Logo
>

Fitch Ratings Naikkan Peringkat LPKR Jadi B-, Prospek Positif

Ditulis oleh Syahrianto
Fitch Ratings Naikkan Peringkat LPKR Jadi B-, Prospek Positif

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Lembaga pemeringkat kredit terbesar di dunia, Fitch Ratings, telah menaikkan Peringkat Default Penerbit Jangka Panjang dalam rupiah untuk PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) menjadi B- dari sebelumnya CCC+. Dengan demikian, prospeknya kini dinyatakan Positif.

    Menurut informasi dari laman resminya, Fitch juga telah meningkatkan peringkat surat utang dalam dolar Amerika Serikat (AS) milik LPKR, yang jatuh tempo pada Januari 2025 dan Oktober 2026, yang diterbitkan oleh Theta Capital Pte. Ltd., menjadi B- dari CCC+ dengan Peringkat Pemulihan 'RR4'. Selain itu, Fitch Ratings Indonesia juga menaikkan Peringkat Jangka Panjang Nasional LPKR menjadi BBB- dari BB-, dengan prospek yang juga Positif.

    Peningkatan ini mencerminkan langkah LPKR dalam menangani jatuh tempo surat utang dalam dolar AS, karena perusahaan baru-baru ini mengumumkan rencana untuk menggunakan sebagian besar hasil penjualan sebagian saham di PT Siloam International Hospital Tbk (SILO) untuk mengurangi utang. Prospek Positif ini mencerminkan harapan bahwa profil keuangan LPKR akan membaik akibat pengurangan utang yang direncanakan, meskipun penjualan pra-penjualan tetap moderat.

    Peringkat Nasional 'BBB' menunjukkan tingkat risiko gagal bayar yang moderat dibandingkan dengan penerbit atau kewajiban lain di negara atau kesatuan moneter yang sama.

    Selain itu, Fitch telah menarik peringkat kelas senior tidak terjamin LPKR karena tidak lagi relevan dengan cakupan agensi tersebut.

    Faktor Penggerak Peringkat Utama

    Pada September 2024, LPKR menjual 18,57 persen saham di SILO senilai Rp6,9 triliun, sehingga mengurangi kepemilikannya menjadi 29,09 persen. Penjualan ini dilakukan dalam rangka penawaran tender sukarela oleh Sight Investment, pemegang saham lain di SILO.

    LPKR menyatakan akan menggunakan Rp3,9 triliun dari hasil penjualan untuk membayar utang, termasuk melunasi USD130,8 juta dari surat utang dalam dolar AS yang jatuh tempo pada Oktober 2026 pada 31 Oktober 2024. Langkah ini diambil untuk mengatasi risiko pembiayaan kembali yang sebelumnya dianggap tinggi, mengingat arus kas internal LPKR yang tidak mencukupi dan profil utang yang sangat tinggi.

    Perusahaan juga berencana menggunakan Rp3,9 triliun yang telah ditetapkan untuk melunasi sisa saldo USD63,6 juta dari surat utang dolar AS lainnya yang jatuh tempo pada Januari 2025. Selain itu, LPKR juga berencana melunasi sebagian kecil dari fasilitas sindikasi yang berjumlah Rp4,9 triliun pada akhir Juni 2024.

    Pada Juli 2024, LPKR telah menjual 10,4 persen saham di SILO dan menggunakan hasil penjualan senilai Rp3,9 triliun untuk menebus sebagian surat utang dalam dolar AS, sehingga secara signifikan mengurangi risiko pembiayaan kembali untuk surat utang 2025-nya.

    Fitch memperkirakan rasio leverage (utang bersih terhadap aset properti bersih) LPKR, tidak termasuk SILO dan anak perusahaan PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), akan membaik menjadi sekitar 25 persen mulai tahun 2024 (berdasarkan data 2023: 65 persen), yang akan memberikan ruang untuk mengumpulkan utang baru jika diperlukan.

    LPKR berencana menggunakan sisa Rp3 triliun dari hasil penjualan saham SILO untuk keperluan bisnis lainnya, termasuk modal kerja dan penyelesaian proyek, yang mungkin mendukung likuiditasnya. Selain itu, LPKR juga berencana untuk melakukan investasi baru, meskipun rencana ini belum final, dan Fitch akan menganggap hal ini sebagai risiko yang harus diperhatikan.

    Fitch memperkirakan LPKR akan memiliki arus kas bebas (FCF) positif mulai 2025 setelah mengalami defisit dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan ini diperkirakan berasal dari pengurangan total utang dan pengurangan utang mata uang asing, serta biaya lindung nilai terkait, di tengah pelemahan rupiah terhadap dolar AS.

    Utang LPKR (tidak termasuk SILO dan LPCK) sebagian besar berdenominasi rupiah, kecuali dua surat utang dolar AS yang mencakup 40 persen dari total utangnya pada akhir Juni 2024.

    Peningkatan ini sebagian akan diimbangi oleh penurunan pendapatan dividen tahunan dari SILO yang diperkirakan menjadi kurang dari Rp100 miliar mulai 2025 (2023: Rp148 miliar) akibat berkurangnya kepemilikan LPKR di SILO. Secara historis, LPKR menggunakan penjualan aset dan penjualan tanah besar-besaran kepada SILO untuk menghasilkan arus kas tambahan.

    Fitch meyakini bahwa sumber likuiditas darurat ini telah menyusut seiring dengan berkurangnya kepemilikan LPKR di SILO, yang merupakan salah satu aset utamanya. Oleh karena itu, peningkatan berkelanjutan dalam arus kas operasi akan sangat penting untuk mendukung peringkat yang lebih tinggi.

    Penjualan pra-penjualan pemasaran LPKR, termasuk penjualan tanah tetapi tidak termasuk LPCK, meningkat 30 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp2,4 triliun pada semester I 2024, berkontribusi 58 persen dari proyeksi Fitch sebesar Rp4,1 triliun pada 2024 (2023: Rp3,8 triliun).

    "Kami mengharapkan penjualan pra-penjualan meningkat dari peluncuran baru dan kondisi ekonomi yang mendukung akibat penurunan suku bunga yang diharapkan dan pertumbuhan PDB yang stabil," tulis Fitch.

    LPKR memiliki lahan tidak dijaminkan dengan nilai buku sekitar Rp13,5 triliun yang sebagian besar tidak diagunkan, tidak termasuk persediaan lahan yang dibukukan di bawah LPCK. Namun, terdapat tantangan dalam mengagunkan lahan bank jika lahan tersebut tidak berdekatan.

    Selain itu, sebagian dari lahan kosong diperlukan untuk meluncurkan pengembangan baru. Fitch percaya LPKR perlu menambah lahan banknya secara signifikan untuk mempertahankan skala dalam jangka menengah hingga panjang. LPKR menjaminkan lahan dengan nilai buku sebesar Rp1,25 triliun sebagai jaminan untuk pinjaman sindikasi yang diperoleh untuk penawaran tender utang pasar modalnya pada Januari 2023.

    "Kami menilai peringkat LPKR berdasarkan perusahaan mandiri dan anak perusahaan yang dimiliki secara erat, serta mengecualikan anak perusahaan utama yang terdaftar, LPCK. Hal ini dilakukan untuk mencerminkan terbatasnya kas yang dapat dipindahkan antara LPKR, yang merupakan pihak yang berutang sebagian besar dari utang kelompok yang dikonsolidasikan, dan LPCK," ungkap laporan tersebut.

    LPKR telah mendekonsolidasikan SILO setelah penjualan saham dan mengklasifikasikannya sebagai asosiasi mulai 13 Juni 2024. Ini tidak akan berdampak pada penilaian peringkat Fitch, karena Fitch telah mengecualikan SILO dalam penilaian peringkat LPKR.

    LPKR dapat dibandingkan dengan rekanan terdekat yang berbasis di Indonesia, PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA; IDR: B-/Stabil; Peringkat Nasional: BB+ (idn)/Stabil), baik dalam skala peringkat internasional maupun nasional. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.