KABARBURSA.COM - Fenomena lonjakan free float saham PT Indo Kripto Semesta Tbk (COIN) usai IPO langsung mencuri perhatian pelaku pasar. Dari data Bursa Efek Indonesia, free float atau porsi saham yang beredar di publik kini mencapai 43,05 persen.
Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan saat perusahaan melantai perdana di bursa pada 9 Juli 2025, ketika manajemen hanya melepas 15 persen saham ke masyarakat.
Pertanyaan pun muncul, bagaimana bisa porsi kepemilikan publik membengkak hampir tiga kali lipat hanya dalam waktu singkat?
Secara sederhana, free float adalah bagian saham suatu emiten yang dimiliki oleh publik atau investor non-pengendali, dan diperdagangkan secara bebas di pasar sekunder. Angka ini penting karena menjadi cerminan tingkat likuiditas saham di bursa.
Semakin tinggi free float, semakin besar peluang saham tersebut diperdagangkan aktif, sehingga menarik bagi investor yang mengutamakan fleksibilitas keluar-masuk posisi.
Lonjakan free float COIN mengindikasikan bahwa ada sebagian pemegang saham lama atau institusi yang melepas kepemilikan mereka ke publik pasca-IPO. Itulah yang kemudian membuat jumlah saham yang tersedia di pasar bertambah signifikan.
Valuasi Premium, Akankah Bertahan Lama?
Dari sisi fundamental, valuasi COIN terlihat sangat premium. Price to Earnings Ratio (PER) TTM berada di level 329 kali, jauh di atas median PER IHSG yang hanya 8,58 kali. Price to Sales (P/S) bahkan menyentuh 106,30 kali, sementara Price to Book Value (PBV) mencapai 17,31 kali.
Angka-angka ini mencerminkan harga saham yang sudah melesat jauh dibandingkan kinerja keuangan perusahaan.
Meski COIN membukukan kinerja impresif pada kuartal II-2025 dengan laba bersih Rp26 miliar, melonjak 1.380 persen dibandingkan tahun sebelumnya, valuasi yang terlampau tinggi menyisakan pertanyaan tentang keberlanjutan momentum ini.
Di sisi neraca, posisi keuangan COIN cukup sehat. Perusahaan mencatat kas Rp171 miliar dengan total liabilitas hanya Rp62 miliar, menghasilkan debt to equity ratio yang sangat rendah, yakni 0,06 kali.
Altman Z-Score di level 22,56 juga menegaskan bahwa risiko kebangkrutan dalam jangka pendek relatif kecil. Namun, efisiensi operasional masih menjadi pekerjaan rumah, terlihat dari Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) yang tercatat 0 persen, menandakan bahwa perolehan laba belum optimal dibandingkan modal dan aset yang dikelola.
Sebulan Terakhir, COIN Melesat 227 Persen
Secara teknikal, saham COIN memang mencatat reli luar biasa. Dalam sebulan terakhir, harga melonjak 227 persen, sementara sepanjang tahun sudah terbang lebih dari 1.400 persen.
Namun reli yang terlalu cepat ini juga berisiko menimbulkan koreksi tajam, apalagi dengan valuasi setinggi saat ini. Apalagi, pergerakan saham dalam sepekan terakhir justru turun 3,13 persen, sinyal bahwa pasar mulai melakukan penyesuaian setelah euforia IPO mereda.
Ke depan, proyeksi saham COIN sangat bergantung pada dua faktor utama. Pertama, kemampuan perusahaan menjaga pertumbuhan pendapatan dan laba bersih agar bisa mengimbangi valuasi premium.
Data menunjukkan pendapatan per kuartal tumbuh spektakuler, lebih dari 18.000 persen secara tahunan, tetapi investor akan menunggu apakah pertumbuhan ini berkelanjutan atau hanya efek anomali dari basis rendah sebelumnya.
Kedua, dinamika pasar kripto global yang sangat fluktuatif juga akan menentukan arah bisnis COIN, mengingat perusahaan beroperasi di sektor teknologi kripto yang penuh risiko regulasi maupun volatilitas harga aset digital.
Dengan free float yang kini membengkak ke level 43 persen, saham COIN memang menjadi jauh lebih likuid dan terbuka bagi investor publik. Namun, tingginya valuasi serta ketergantungan pada prospek industri kripto menuntut investor untuk lebih cermat.
Euforia pasca-IPO boleh jadi sudah berakhir, dan kini pasar menunggu bukti bahwa kinerja keuangan COIN benar-benar bisa menopang harga saham yang sudah melesat tinggi.(*)