KABARBURSA.COM - Investor dinilai tengah semringah setelah Amerika Serikat (AS) dan China menyepakati pemangkasan tarif sementara selama 90 hari.
Hal itu tercermin dari pergerakan Wall Street yang melesat tajam, ditandai dengan indeks S&P 500 yang mencetak level tertinggi sejak awal Maret pada perdagangan Senin, 12 Mei 2025, waktu setempat.
Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata mengatakan penguatan pasar global mencerminkan kelegaan investor terhadap risiko perang dagang.
"Indeks saham global MSCI naik 2 persen, sudah kembali ke level akhir Maret, meskipun sebelumnya sempat anjlok akibat kenaikan tajam tarif pada 2 April lalu," ujar dia dalam risetnya, Selasa, 13 Mei 2025.
Bahkan, jelas Liza, Goldman Sachs langsung menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS untuk kuartal keempat tahun 2025 menjadi 1 persen dari yang sebelumnya diharapkan sebesar 0,5 persen. Menurutnya, hal tersebut juga sekaligus mengurangi kemungkinan terjadinya resesi dalam 12 bulan ke depan menjadi 35 persen.
Liza menambahkan di balik optimisme bahwa gencatan tarif ini akan menurunkan eskalasi tensi dagang ke level yang lebih masuk akal, sehingga dampak negatif dari trade war kemungkinan akan menjadi lebih terkendali dan terukur.
"Sejatinya kepercayaan pasar terhadap Trump dan stabilitas kebijakan ekonomi masih rapuh. Analis memperingatkan bahwa meskipun kesepakatan tarif menjadi katalis positif jangka pendek, risiko resesi dan perlambatan ekonomi AS tetap membayangi, terutama tanpa kejelasan akhir dari perjanjian ini," jelasnya.
Meski tarif diturunkan dan pasar bereaksi positif, lanjut Liza, sebagian besar tarif era Presiden AS Donald Trump, termasuk tarif fentanyl 20 persen dari AS dan balasan 4 persen dari China tetap berlaku.
Menurut ia, analis dari Macquarie menegaskan AS belum mengubah niatnya untuk membendung kebangkitan China secara ekonomi, politik, dan militer.
"Mereka juga meragukan keberlanjutan hubungan ini, menyebut kepercayaan terhadap AS sebagai mitra kredibel belum pulih, dan negara-negara kemungkinan terus mendiversifikasi risiko dari ketergantungan pada AS," jelasnya.
Wall Street Naik usai Gencatan Tarif AS-China 90 Hari
Sebelumnya pada Senin, S&P 500, Nasdaq, dan Dow mencatat kenaikan harian tertajam sejak sembilan April. Indeks S&P bahkan berhasil menembus rata-rata pergerakan 200 harinya untuk pertama kali sejak akhir Maret.
Dow Jones Industrial Average naik 1.160,72 poin atau 2,81 persen ke 42.410,10, penutupan tertinggi sejak 26 Maret. S&P 500 melonjak 184,28 poin atau 3,26 persen ke 5.844,19, tertinggi sejak tiga Maret.
Sementara itu, Nasdaq Composite menguat 779,43 poin atau 4,35 persen ke 18.708,34, penutupan tertinggi sejak 28 Februari.
Nasdaq tercatat telah naik lebih dari 22 persen dibandingkan posisi terendahnya selama aksi jual akibat tarif pada April, meski masih 8 persen di bawah rekor penutupan tertingginya pada 16 Desember.
Indeks volatilitas CBOE atau “fear gauge” Wall Street, yang sempat menyentuh angka 60 pada April karena kekhawatiran tarif, turun di bawah 20 untuk pertama kalinya sejak akhir Maret. Di pasar komoditas, harga emas sebagai aset lindung nilai turun sekitar 2,6 persen.
Dari 11 sub-sektor di S&P, hanya sektor utilitas defensif yang mencatatkan penurunan yakni sebesar 0,68 persen. Kenaikan tertinggi dicetak oleh sektor barang konsumsi non-primer yang menguat 5,66 persen dan sektor teknologi yang naik 4,66 persen.
Di sektor teknologi, saham Apple melonjak 6,3 persen setelah laporan menyebut perusahaan sedang mempertimbangkan untuk menaikkan harga iPhone generasi mendatang.
Musim laporan keuangan hampir berakhir, dengan lebih dari 90 persen perusahaan dalam indeks S&P 500 telah melaporkan hasilnya. Data dari raksasa ritel Walmart dijadwalkan keluar akhir pekan ini.
Saham NRG Energy meroket 26,2 persen dan memimpin penguatan di S&P 500 setelah perusahaan utilitas tersebut mengumumkan akan mengakuisisi aset pembangkit listrik dari LS Power, sebuah perusahaan investasi infrastruktur energi, dalam kesepakatan senilai 12 miliar dolar.
Beberapa pejabat Federal Reserve, termasuk Ketua Jerome Powell, dijadwalkan menyampaikan pidato publik selama pekan ini. Para pelaku pasar kini memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar dua kali masing-masing 25 basis poin hingga akhir 2025, dengan pemangkasan pertama diprediksi terjadi pada bulan September, menurut data dari LSEG.
Jumlah saham yang naik di Bursa New York melebihi yang turun dengan rasio 2,83 banding 1. Tercatat 165 saham mencetak rekor tertinggi baru, sementara 43 mencetak rekor terendah.
Di Nasdaq, 3.285 saham menguat dan 1.158 melemah, dengan rasio kenaikan terhadap penurunan sebesar 2,84 banding 1.
S&P 500 mencatatkan 15 saham dengan harga tertinggi dalam 52 minggu terakhir dan 3 saham dengan harga terendah. Sementara itu, Nasdaq mencatat 83 rekor tertinggi baru dan 50 rekor terendah baru.
Total volume transaksi di seluruh bursa AS mencapai sekitar 20,20 miliar saham, lebih tinggi dibanding rata-rata 20 hari sebelumnya yang sebesar 16,52 miliar saham.(*)