Logo
>

Geopolitik dan Kebijakan The Fed Warnai Pergerakan Rupiah

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Geopolitik dan Kebijakan The Fed Warnai Pergerakan Rupiah

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Rupiah diprediksi bergerak dalam pola konsolidasi pada perdagangan, menyusul penguatan tipis.

    Meski demikian, pelemahan mata uang Garuda disebut lebih terkendali dibandingkan sejumlah mata uang global seperti won Korea Selatan, yen Jepang, hingga real Brasil.

    Mengacu pada data Bloomberg, rupiah menguat 0,04 persen pada penutupan Selasa 24 Desember 2024 ke posisi Rp 16.190 per dolar AS. Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia tercatat melemah 0,30 persen ke Rp 16.208 per dolar AS. Seperti dikutip di Jakarta, Jumat 27 Desember 2024.

    Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menilai bahwa sejumlah indikator ekonomi domestik menjadi faktor pendukung stabilitas rupiah. "Secara fundamental, Indonesia masih memiliki performa yang lebih baik dibandingkan negara seperti Brasil," ujarnya.

    Sebagai contoh, defisit anggaran Indonesia sebesar minus 2,7 persen jauh lebih kecil dibandingkan Brasil yang mencatat minus 8,7 persen. Defisit transaksi berjalan RI juga lebih terkendali di level 0,7 persen, sementara Brasil berada pada angka 2,9 persen.

    Namun, Ibrahim menekankan bahwa pergerakan rupiah lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal. "Ketegangan geopolitik di Timur Tengah, konflik Rusia-Ukraina, perlambatan ekonomi Tiongkok, hingga kemenangan Donald Trump dalam pilpres AS menjadi faktor eksternal yang dominan," jelasnya.

    Sikap Hawkish The Fed

    Investor tetap waspada terhadap kebijakan Federal Reserve yang mempertahankan sikap hawkish, meski telah memangkas suku bunga pada Rabu lalu. The Fed mengisyaratkan suku bunga akan tetap tinggi dalam waktu lebih lama, meski hanya diproyeksikan akan ada dua penurunan suku bunga sebesar seperempat poin pada 2025.

    Sikap ini, menurut Ibrahim, membuat pasar enggan memasang taruhan besar dalam perdagangan yang cenderung sepi selama liburan Natal dan Tahun Baru.

    Dari Asia, investor menunggu kejelasan lebih lanjut terkait langkah-langkah stimulus ekonomi China untuk tahun mendatang. Laporan terkini menunjukkan pemerintah Beijing akan meningkatkan belanja fiskal guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang lesu.

    "Dukungan fiskal dari Tiongkok akan memberikan pengaruh signifikan terhadap pasar global, termasuk rupiah," kata Ibrahim dalam risetnya.

    Proyeksi Pergerakan Rupiah

    Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, memprediksi rupiah akan bergerak dalam rentang konsolidasi di tengah tipisnya volume perdagangan akibat suasana libur panjang. "Dolar AS juga relatif datar, sehingga rupiah mungkin sedikit tertekan," ungkapnya.

    Namun, Lukman mencatat bahwa data klaim pengangguran AS yang dirilis Kamis malam dapat memengaruhi pergerakan dolar dan rupiah. "Kami memilih sikap wait and see hingga data tersebut keluar," tambahnya. Ia memperkirakan rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 16.150-16.250 per dolar AS.

    Sementara itu, Ibrahim memproyeksikan rupiah akan tetap fluktuatif, tetapi memiliki peluang untuk ditutup menguat di rentang Rp 16.150-16.200 per dolar AS.

    Pergerakan Sebelum Natal

    Rupiah Selasa, 24 Desember 2024, kembali melemah signifikan, memposisikan diri di level Rp16.185 per dolar AS. Penurunan ini disebabkan oleh sejumlah faktor eksternal, utamanya rilis data ekonomi Amerika Serikat yang mempengaruhi ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).

    Sejak pembukaan perdagangan, rupiah berfluktuasi antara Rp16.150 per dolar AS hingga menyentuh level terlemahnya di Rp16.215 per dolar AS.

    Pada saat yang sama, Indeks Dolar AS (DXY) mengalami penguatan sebesar 0,11 persen menjadi 108,15. Kondisi ini memberikan tekanan pada mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

    Penguatan DXY ini menjadi salah satu faktor utama yang menekan nilai rupiah, mengingat posisinya yang lebih kuat terhadap sebagian besar mata uang dunia. Dampak tersebut semakin diperburuk dengan serangkaian data ekonomi AS yang keluar pada hari itu, yang memberikan indikasi terhadap arah kebijakan moneter The Fed.

    Salah satu data yang mempengaruhi adalah penurunan signifikan dalam indeks kepercayaan konsumen AS untuk bulan Desember yang turun menjadi 104,7, lebih rendah dari ekspektasi para ekonom yang memprediksi kenaikan.

    Penurunan ini menciptakan ketidakpastian dalam perekonomian global dan menyebabkan investor cenderung lebih berhati-hati, mengurangi minat mereka terhadap aset berisiko, termasuk mata uang rupiah.

    Selain itu, sentimen negatif yang ditimbulkan oleh ketegangan perdagangan global juga turut memperburuk prospek bagi mata uang negara berkembang, dengan kekhawatiran mengenai kebijakan perdagangan yang lebih ketat dan potensi tarif impor yang lebih tinggi dari AS.

    Pelemahan rupiah ini datang di tengah upaya keras Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas nilai tukar, yang mana BI telah mengambil serangkaian langkah strategis untuk meredam dampak negatif dari fluktuasi pasar.

    BI mempertahankan suku bunga acuan atau policy rate pada angka 6 persen, langkah yang dimaksudkan untuk menekan inflasi dan menarik minat investor terhadap instrumen-instrumen yang tersedia di pasar Indonesia.

    Selain itu, BI juga berusaha untuk menarik modal asing ke Indonesia melalui instrumen investasi seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI), yang diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian ini.

    Dalam menghadapi gejolak pasar, BI turut melakukan intervensi langsung baik di pasar spot maupun di pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dengan tujuan menjaga pasar tetap kondusif dan menghindari kepanikan.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.