KABARBURSA.COM - Garuda Indonesia (GIAA) sedang menjajaki langkah strategis penting dengan mengusulkan rencana merger dengan Pelita Air. Proses ini masih berada dalam tahap awal, dengan fokus pada penyusunan kajian komprehensif yang melibatkan diskusi aktif bersama Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku pemegang saham utama.
Rencana merger dengan Pelita Air ini menjadi bagian dari strategi Garuda untuk mengoptimalkan peluang sinergi dalam industri transportasi udara guna memperkuat ekosistem bisnisnya.
Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani, dalam keterangannya di Jakarta dikutip Jumat, 10 Januari 2025, menjelaskan bahwa potensi sinergi yang dapat terwujud melalui merger ini diharapkan mampu memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat. Ia menegaskan bahwa perseroan memandang rencana ini secara positif dengan dukungan penuh, namun tetap menekankan perlunya kehati-hatian melalui kajian mendalam. Kajian ini mencakup analisis komprehensif terhadap prospek bisnis serta dampaknya pada kinerja keuangan dan operasional perusahaan.
Menurut Wamildan, setiap tahapan dalam proses merger akan dipantau secara ketat untuk memastikan rencana strategis ini memberikan hasil yang optimal, baik bagi perseroan maupun pemangku kepentingan lainnya. Jika terdapat perkembangan signifikan, Garuda akan segera memberikan informasi lebih lanjut kepada publik. Hal ini menunjukkan komitmen perusahaan untuk tetap transparan dan patuh terhadap peraturan perundang-undangan, khususnya yang berkaitan dengan pasar modal.
Lebih lanjut, Garuda menegaskan bahwa langkah ini tidak membawa dampak negatif terhadap keberlanjutan operasional maupun harga saham perseroan di pasar modal. Sebaliknya, inisiatif ini dipandang sebagai peluang untuk meningkatkan daya saing, memperluas jangkauan layanan, dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan dan masyarakat luas.
Dengan optimisme dan komitmen yang tinggi, Garuda Indonesia berupaya menjadikan rencana ini sebagai tonggak penting dalam transformasi industri penerbangan nasional. Prospek sinergi antara dua entitas penerbangan ini diharapkan mampu menciptakan ekosistem yang lebih kuat dan berdaya saing tinggi, sejalan dengan kebutuhan pasar yang terus berkembang.
Erick Thohir: Ada Potensi Sinergi Bisnis yang Signifikan
Sementara itu, Menteri BUMN Erick Thohir, menjelaskan bahwa penggabungan kedua perusahaan ini didasari oleh potensi sinergi bisnis yang signifikan, dengan segmentasi pasar yang dirancang khusus untuk mencakup berbagai kebutuhan pelanggan.
Dalam penjelasannya, Erick menyampaikan bahwa Garuda Indonesia akan difokuskan untuk melayani pasar maskapai premium dengan layanan kelas atas, sementara Pelita Air ditargetkan mengisi segmen premium ekonomi. Selain itu, Citilink, anak usaha Garuda yang telah lebih dahulu bergabung, tetap menjadi andalan di segmen maskapai berbiaya rendah.
Strategi ini, menurut Erick, adalah bentuk konsolidasi yang bertujuan menciptakan keseimbangan dan keberlanjutan dalam ekosistem transportasi udara di Indonesia.
Di sisi lain, manajemen Garuda Indonesia juga mengonfirmasi bahwa penjajakan terkait rencana merger tersebut telah diumumkan melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI). Proses ini, sebagaimana dikemukakan, masih berada dalam tahap diskusi awal bersama berbagai pihak terkait.
Menurut pihak Garuda, langkah ini diharapkan dapat membuka peluang baru dalam pengembangan bisnis, sekaligus memperkuat struktur industri transportasi udara domestik.
Merger dipandang sebagai upaya strategis untuk meningkatkan daya saing industri aviasi di Indonesia, seiring dengan berkembangnya kebutuhan masyarakat terhadap layanan penerbangan yang lebih variatif. Pengelompokan segmen yang jelas—premium, premium ekonomi, dan low-cost—dianggap dapat menciptakan ekosistem yang saling melengkapi dan memberikan manfaat berkelanjutan, baik bagi konsumen maupun perusahaan.
Erick juga menegaskan pentingnya konsolidasi ini sebagai langkah proaktif untuk memperkuat industri BUMN agar lebih kompetitif di pasar global. Dengan tetap berorientasi pada tata kelola perusahaan yang baik dan mematuhi regulasi pasar modal, proses ini dijalankan secara hati-hati guna meminimalkan risiko dan memastikan hasil optimal.
Rencana merger ini menjadi sorotan penting dalam transformasi industri penerbangan di Indonesia. Dengan segmen yang ditata ulang dan kekuatan bisnis yang dikonsolidasikan, sinergi antara Garuda Indonesia dan Pelita Air diharapkan mampu memperkuat posisi nasional dalam peta transportasi udara regional, memberikan layanan berkualitas tinggi, serta mendukung pertumbuhan ekonomi melalui konektivitas yang lebih baik.
Saham Sepekan Turun 1.85 Persen
Dalam pergerakan saham selama sepekan ini, saham Garuda Indonesia turun sebanyak 1,85 persen atau setara dengan Rp1. Saat ini saham GIAA berada di level Rp53.
Dengan rencana merger bersama Pelita Air yang merupakan anak usaha dari PT Pertamina ini, baik GIAA maupun Pelita Air dapat memberikan layanan maksimal kepada masyarakat.(*)