KABARBURSA.COM - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) telah melaporkan transaksi afiliasi penting yang melibatkan aset strategis berupa hangar pesawat dan fasilitas pendukung lainnya.
Transaksi ini bertujuan memperkuat struktur operasional dan meningkatkan efisiensi anak perusahaannya, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI).
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko GIAA Prasetio mengatakan, nilai aset yang ditransfer mencapai Rp418,29 miliar.
"Sebagai kompensasi, GIAA menerima 9.093.245.600 lembar saham Seri B GMFI dengan nilai nominal Rp25 per saham. Total nilai nominal saham ini mencapai Rp227,33 miliar," ujar Prasetio, dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 3 Januari 2025.
Lebih lanjut, ia menyampaikan, langkah strategis ini mencerminkan upaya GIAA untuk mengoptimalkan asetnya melalui konsolidasi operasional di bawah GMFI.
Transfer hangar dan fasilitas pendukung diharapkan dapat memperkuat kemampuan GMFI dalam memberikan layanan perawatan pesawat yang lebih efisien, sekaligus meningkatkan nilai perusahaan dalam jangka panjang.
"Melalui transaksi ini, Garuda Indonesia juga menegaskan komitmennya terhadap keterbukaan informasi dan tata kelola perusahaan yang baik, sebagaimana diwajibkan oleh otoritas bursa," tambah Prasetio.
Lebih jauh, dia menuturkan, transaksi afiliasi ini menegaskan arah strategis GIAA dalam memaksimalkan aset perusahaan sekaligus mendukung pertumbuhan GMFI sebagai penyedia layanan perawatan pesawat terkemuka.
"Dengan nilai yang signifikan dan potensi dampak operasional yang besar, langkah ini diharapkan dapat membawa manfaat jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan," jelasnya.
Langkah Strategis GMFI
Garuda Maintenance Facility Aero Asia telah meningkatkan fasilitas kredit modal kerja dari dua bank pelat merah, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI). Total pinjaman yang berhasil dihimpun mencapai USD339,46 juta, setara dengan sekitar Rp5,26 triliun.
GMFI memperoleh fasilitas kredit sebesar USD144,35 juta atau setara Rp2,24 triliun dari BBRI. Pinjaman ini mencakup tiga fasilitas kredit modal kerja dengan rincian sebagai berikut:
- USD36,50 juta
- USD47,17 juta
- USD60,69 juta
Menurut Rian Fajar Isnaeni, VP Corporate Secretary & Legal GMFI, perjanjian baru ini dituangkan dalam addendum yang ditandatangani pada 29 Desember 2023. Melalui addendum tersebut, fasilitas kredit lama sebesar USD90,5 juta diintegrasikan ke dalam skema baru dengan perpanjangan jangka waktu hingga 31 Desember 2035.
“Perjanjian baru ini tidak hanya memberikan fleksibilitas kepada GMFI untuk menghadapi dinamika bisnis, tetapi juga memperpanjang jangka waktu fasilitas hingga lebih dari satu dekade,” jelas Rian pada Kamis, 5 Desember 2024.
Suku bunga kredit ditetapkan minimum sebesar 3 persen per tahun atau mengacu pada suku bunga Himbara, mana yang lebih tinggi. Untuk memberikan perlindungan kepada kreditur, GMFI menyerahkan jaminan fidusia berupa aset tetap, peralatan bengkel, perlengkapan kantor, dan komputer. Jaminan tersebut bersifat cross collateral dengan kredit lain yang memiliki hak pari passu.
Selain dari BBRI, GMFI juga menandatangani fasilitas kredit dengan BBNI senilai USD195,11 juta. Kredit ini terdiri dari tiga skema restrukturisasi:
- Perjanjian Restrukturisasi BNI I: Kredit term loan hingga USD77,12 juta.
- Perjanjian Restrukturisasi BNI II: Kredit term loan hingga USD20,54 juta.
- Perjanjian Restrukturisasi BNI III: Kredit term loan hingga USD97,45 juta.
Fasilitas kredit ini diharapkan memberikan ruang likuiditas tambahan bagi GMFI untuk memperbaiki struktur modal dan menopang kebutuhan operasional jangka panjang.
Peningkatan plafon kredit ini merupakan bagian dari strategi GMFI untuk memperkuat struktur keuangan di tengah tantangan industri Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO).
Dengan jangka waktu yang panjang hingga 2035, fasilitas ini memberikan fleksibilitas kepada perusahaan dalam menghadapi tekanan bisnis, sekaligus memperkuat daya saing di pasar domestik maupun internasional.
Di tengah tekanan likuiditas yang signifikan, langkah ini juga menjadi upaya GMFI untuk memperbaiki struktur modal sekaligus memberikan ruang bernapas bagi operasional perusahaan.
Manajemen memastikan bahwa transaksi ini, meskipun bernilai lebih dari 10 persen dari total aset, tidak akan memberikan dampak material yang negatif terhadap keberlanjutan usaha perseroan.
“Melalui fasilitas ini, kami optimistis dapat meningkatkan kapasitas operasional dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan,” tambah Rian.
Prospek Saham GIAA
Kinerja saham GIAA diprediksi akan menunjukkan perbaikan setelah pergantian Direktur Utama yang terjadi beberapa waktu lalu.
Pergantian tersebut telah disetujui melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Jumat, 15 November 2024. Dalam rapat tersebut, Wamildan Tsani Panjaitan resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia, menggantikan Irfan Setiaputra.
Menurut pengamat pasar modal, William Hartanto, sosok Wamildan Tsani Panjaitan yang berpengalaman dalam industri maskapai, memberikan harapan baru bagi kinerja Garuda Indonesia ke depan. William menilai bahwa pengalaman Wamildan di dunia maskapai akan memberi dampak positif bagi perusahaan dan saham GIAA.
“Dengan latar belakang yang kuat di industri penerbangan, pergantian ini membawa angin segar untuk Garuda Indonesia,” ujarnya.
Namun, meskipun pergantian pimpinan ini dianggap positif, William mengingatkan bahwa saham GIAA masih belum menunjukkan kinerja yang gemilang. Oleh karena itu, ia belum bisa merekomendasikan untuk membeli saham GIAA dalam waktu dekat.
Menurutnya, Garuda Indonesia perlu melakukan aksi korporasi yang signifikan agar pelaku pasar kembali tertarik untuk berinvestasi di saham perusahaan ini.
“Kita masih harus melihat apakah ada langkah strategis dari direktur baru dan bagaimana reaksi pasar terhadap perubahan ini,” tambahnya.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.