KABARBURSA.COM - Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang diajukan oleh PT Wiradjaja Prima Kencana terhadap PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) resmi dicabut. Hal ini disampaikan oleh pihak WIKA dalam laporan keterbukaan informasi menyusul penetapan pencabutan permohonan tersebut pada 14 November 2024.
Dalam keterangannya, WIKA mengungkapkan bahwa pencabutan PKPU ini merujuk pada hasil persidangan perkara PKPU Nomor 329/Pdt.Sus-PKPU/2024/PN.Niaga.Jkt.Pst. Berdasarkan Berita Acara Persidangan pada 11 November 2024, majelis hakim menyatakan bahwa perkara tersebut tidak lagi berlaku.
Corporate Secretary PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, Mahendra Vijaya, menegaskan bahwa pencabutan permohonan PKPU ini tidak memberikan dampak signifikan terhadap kinerja keuangan maupun operasional perusahaan.
“Permohonan PKPU ini tidak memengaruhi kegiatan operasional kami secara keseluruhan. Perseroan tetap berkomitmen menjalankan bisnis di berbagai sektor, termasuk konstruksi, energi terbarukan, hingga investasi infrastruktur,” ujar Mahendra, Senin, 18 November 2024.
Dalam laporan tersebut, WIKA juga menegaskan bahwa pihaknya selalu berkomitmen menjaga stabilitas keuangan dan kelancaran operasional perusahaan.
Dengan pencabutan PKPU, PT Wijaya Karya kini fokus melanjutkan proyek-proyek strategis yang tengah berjalan, termasuk di sektor perkeretaapian, pelabuhan, dan energi terbarukan. “Kami berterima kasih atas kepercayaan para pemangku kepentingan dan terus berusaha meningkatkan performa perusahaan,” tutup Mahendra.
WIKA sendiri merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di berbagai bidang, seperti industri konstruksi, pabrikasi, dan energi. Selain itu, perusahaan juga terlibat dalam pengelolaan infrastruktur dasar serta layanan Engineering Procurement Construction (EPC).
Kinerja Keuangan di Tengah Laporan PKPU
WIKA) mencatatkan kinerja gemilang pada kuartal III 2024. Hal ini sejalan dengan upaya perusahaan dalam meningkatkan efisiensi dan profitabilitas.
Dalam laporan keuangan kuartal III 2024, WIKA sukses mencatatkan pendapatan sebesar Rp12,55 triliun, dengan kapasitas tingkat produksi (burn rate) sebesar 34,3 persen dari kontrak berjalan perseroan.
Segmen infrastruktur dan gedung, industri, EPC dan realti properti, berkontribusi dalam pendapat tersebut.
Selain itu WIKA juga berhasil membukukan laba kotor sebesar Rp1,06 triliun, dengan Gross Profit Margin (GPM) sebesar 8,4 persen, meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,1 persen.
Hal tersebut membuktikan kemampuan eksekusi proyek WIKA yang semakin excellence, terutama pada lini bisnis utama yang menjadi core operasi Perseroan, seperti infrastruktur & gedung serta EPCC yang naik rata-rata 0,6 persen dari tahun sebelumnya.
Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito, menyatakan manajemen percaya dengan meningkatkan tata kelola, perkuatan manajemen risiko, keunggulan eksekusi proyek, fokus terhadap likuiditas serta pengelolaan struktur modal kerja yang baik.
“Perseroan akan mampu menjaga nilai kompetitifnya di masa mendatang,” ujar dia dalam pernyataannya, dikutip Jumat, 1 November 2024.
WIKA juga mampu meraih peningkatan laba usaha sebesar Rp839,75 miliar, angka ini meningkat 55,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan demikian Operating Profit Margin (OPM) Perseroan berhasil meningkat dengan peningkatan yang sama secara year on year.
Berpindah ke sisi neraca, WIKA berhasil memperbaiki kolektabilitas piutang hingga 30,4 persen menjadi sebesar Rp6,61 triliun dari Rp9,50 triliun per September 2023. Selain itu WIKA juga terus berupaya maksimal untuk melakukan pembayaran kepada mitra kerja, sehingga utang usaha Perseroan tercatat menurun hingga 50,7 persen di periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun arus kas atas aktivitas operasi Perseroan memperlihatkan perbaikan hingga 86,9 persen dari -Rp1,67 triliun menjadi -Rp218,94 miliar di kuartal III-2024. Perbaikan ini merupakan hasil dari upaya transformasi Perseroan yang fokus dalam peningkatan likuiditas sebagai upaya penyehatan keuangan.
Likuiditas WIKA juga terpantau semakin baik yang tercermin dari current ratio perseroan meningkat menjadi 191,8 persen dengan rasio solvabilitas seperti rasio utang berbunga terhadap ekuitas (gearing ratio) dan Debt to Equity Ratio (DER) yang juga kini telah menurun menjadi 2,18 kali dan 3,12 kali dari posisi sebelumnya 3,10 kali dan 5,07 kali.
Saham WIKA Hari ini
Harga saham WIKA tercatat stabil pada level Rp290 per saham dalam perdagangan sesi I hari ini. Kinerja saham emiten konstruksi pelat merah ini tidak menunjukkan perubahan harga (0,00 persen) dibandingkan penutupan sebelumnya.
Sepanjang sesi perdagangan, saham WIKA bergerak pada rentang harga Rp282 hingga Rp296 per saham. Dengan nilai transaksi mencapai Rp2,1 miliar, volume perdagangan saham WIKA tercatat sebanyak 7,2 juta lot, lebih rendah dibandingkan rata-rata volume harian yang mencapai 62,7 juta lot.
Untuk perdagangan hari ini, batas auto reject atas (ARA) saham WIKA berada di Rp362 per saham, sedangkan batas auto reject bawah (ARB) ditetapkan di Rp218 per saham. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.