Logo
>

Harga Batu Bara Anjlok: Produksi China Naik, Energi Bersih Meningkat

Ditulis oleh Syahrianto
Harga Batu Bara Anjlok: Produksi China Naik, Energi Bersih Meningkat

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga batu bara mengalami penurunan pada Selasa, 20 Agustus 2024, seiring dengan berbagai faktor yang dipengaruhi oleh kondisi di China. Salah satu faktor utama yang memicu pelemahan ini adalah peningkatan produksi batu bara di China yang bersamaan dengan penurunan pangsa pasar pembangkit listrik tenaga batu bara, yang secara keseluruhan memberi tekanan pada harga batu bara global.

    Harga batu bara Newcastle, yang merupakan salah satu acuan utama di pasar, mengalami penurunan sebesar USD0,5, menjadi USD146 per ton untuk kontrak Agustus 2024. Penurunan yang lebih signifikan terlihat pada kontrak September 2024, yang jatuh sebesar USD2 menjadi USD149,25 per ton, dan kontrak Oktober 2024 yang terkoreksi sebesar USD1,95 menjadi USD150,75 per ton.

    Sementara itu, harga batu bara Rotterdam juga mencatat penurunan yang cukup signifikan. Untuk kontrak Agustus 2024, harga turun sebesar USD1 menjadi USD121,5 per ton. Penurunan lebih besar terjadi pada kontrak September 2024, yang jatuh sebesar USD2,8 menjadi USD119,95 per ton, serta kontrak Oktober 2024 yang merosot USD3,3 menjadi USD122 per ton.

    Menurut laporan Reuters, peningkatan produksi batu bara di China yang beriringan dengan berkurangnya pangsa pasar pembangkit listrik tenaga batu bara di negara tersebut menimbulkan dampak yang kontradiktif.

    Di satu sisi, produksi batu bara yang meningkat dapat mengurangi kebutuhan impor, sehingga menekan harga di pasar internasional. Di sisi lain, penurunan pangsa pasar pembangkit listrik tenaga batu bara mencerminkan pergeseran menuju sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan, yang dapat mempercepat penurunan permintaan batu bara dalam jangka panjang.

    Berdasarkan data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional China pada 15 Agustus 2024, produksi batu bara di negara tersebut meningkat sebesar 2,8 persen pada bulan Juli dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, mencapai 390,37 juta metrik ton.

    Namun, jika dilihat dari bulan ke bulan, produksi pada Juli sebenarnya mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan Juni, di mana produksi mencapai 405,38 juta ton, menjadikan Juni sebagai bulan dengan produksi tertinggi sepanjang tahun ini. Meski demikian, produksi batu bara pada Juli tetap berada di posisi ketiga tertinggi sepanjang 2024, dengan tren peningkatan yang dimulai sejak April.

    Penurunan harga batu bara ini juga mencerminkan sentimen pasar yang semakin dipengaruhi oleh pergeseran global menuju energi terbarukan. Dengan pembangkit listrik tenaga batu bara yang kehilangan pangsa pasar di China, serta peningkatan instalasi tenaga surya dan angin, pasar batu bara mungkin akan terus menghadapi tantangan berat di masa depan.

    Pembangkit Listrik 

    Namun, pembangkit listrik berbasis batu bara di China mengalami penurunan pangsa pasar yang signifikan dibandingkan dengan sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Tren ini tampaknya akan terus berlanjut, seiring dengan percepatan instalasi panel tenaga surya yang semakin pesat, serta pertumbuhan kapasitas energi angin meskipun pada tingkat yang lebih kecil.

    Pada bulan Juli, pembangkit listrik termal di China mengalami penurunan untuk bulan ketiga berturut-turut dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun konsumsi energi secara keseluruhan menunjukkan kenaikan, output dari pembangkit listrik termal—yang sebagian besar bergantung pada batu bara dengan kontribusi minimal dari gas alam—menurun sebesar 4,9 persen dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu, mencapai 574,9 miliar kilowatt-jam (kWh).

    Sebaliknya, total output pembangkit listrik mengalami peningkatan sebesar 2,5 persen, mencapai 883,1 miliar kWh, didorong oleh lonjakan signifikan dalam produksi tenaga air yang melonjak sebesar 36,2 persen menjadi 166,4 miliar kWh. Kenaikan ini mencerminkan pergeseran menuju sumber energi terbarukan yang semakin mendominasi bauran energi negara tersebut.

    Pelemahan harga batu bara juga didorong oleh penurunan harga komoditas energi lainnya, seperti minyak mentah dan gas alam. Pada Selasa, 20 Agustus 2024, harga minyak mentah jatuh ke level terendah dalam dua minggu terakhir.

    Penurunan ini disebabkan oleh meredanya kekhawatiran pasokan di Timur Tengah, setelah Israel menerima proposal untuk menyelesaikan perselisihan yang menghambat kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Selain itu, data ekonomi yang kurang memuaskan dari China juga turut menekan permintaan bahan bakar, menyebabkan harga energi global tertekan.

    Di sisi lain, harga gas alam juga mengalami penurunan karena prospek pasokan gas alam di Amerika Serikat yang tetap melimpah, meskipun ada prakiraan cuaca yang lebih panas. Prospek pasokan yang kuat di tengah permintaan yang tidak meningkat secara signifikan menyebabkan tekanan pada harga gas alam, menyusul tren yang sama yang mempengaruhi pasar batu bara.

    Secara keseluruhan, dinamika ini mencerminkan perubahan signifikan dalam lanskap energi global, di mana transisi menuju sumber energi terbarukan semakin mendominasi, sementara sumber energi fosil seperti batu bara, minyak, dan gas alam menghadapi tantangan berat dari faktor-faktor yang mempengaruhi pasar global. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.