KABARBURSA.COM - Harga batu bara dunia kembali mengalami pelemahan pada Selasa, 5 November 2024, menyusul kabar dari China yang terus memperluas kapasitas pembangkit listrik energi terbarukan.
Harga batu bara Newcastle untuk November turun USD 1 menjadi USD142,9 per ton, sementara harga kontrak Desember melemah USD1 menjadi USD143,9 per ton. Kontrak Januari 2025 juga ikut terseret turun, berkurang USD 1,15 menjadi USD144,75 per ton.
Di sisi lain, harga batu bara Rotterdam turut tertekan. Harga kontrak November 2024 turun USD 0,95 ke posisi USD118,1 per ton, kontrak Desember melemah USD1,45 menjadi USD117,9, dan kontrak Januari 2025 terpangkas USD1,65 menjadi USD118,55.
Pelemahan harga batu bara ini berkaitan dengan upaya China memperbesar pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan. Pada Selasa, China Energy melaporkan bahwa pusat photovoltaic di Ordos, Mongolia Dalam, dengan kapasitas 3 juta kilowatt, telah terhubung ke jaringan listrik.
Proyek ini menjadi fasilitas pembangkit tenaga surya terbesar di China, yang dibangun di area tambang batu bara yang terdegradasi. Dengan total kapasitas terpasang 3 juta kilowatt, proyek ini melibatkan pemasangan sekitar 5,9 juta panel photovoltaic yang mencakup area lebih dari 70 juta meter persegi—setara dengan 10.000 lapangan sepak bola standar.
Proyek ambisius ini tidak hanya mendukung rehabilitasi lahan terdegradasi tetapi juga menjadi bagian dari strategi energi yang lebih luas di China. Selain menyediakan energi bersih, fasilitas ini mendukung sistem transmisi listrik dari barat ke timur, membantu mengalirkan listrik dari wilayah barat yang kaya sumber daya ke bagian timur China yang lebih industrialisasi.
Kenaikan Produksi India Picu Penurunan Harga
Harga batu bara sebelumnya tertekan pada Senin, 4 November 2024. Ini karena produksi dalam negeri India lagi jorjoran. Meskipun demikian, pelemahan harga terbatas oleh penguatan harga gas.
Harga batu bara Newcastle untuk kontrak November turun tipis USD0,05 menjadi USD143,90 per ton, sementara kontrak Desember melemah dengan nilai yang sama ke USD144,9 per ton. Namun, harga untuk Januari 2025 justru naik sebesar USD0,2 menjadi USD145,9 per ton.
Di sisi lain, harga batu bara Rotterdam mencatat kenaikan. Harga kontrak November naik USD0,45 menjadi USD119,05, Desember meningkat USD 0,25 ke USD119,35, dan Januari 2025 terkerek USD 0,3 menjadi USD120,2 per ton.
Berdasarkan laporan The Economic Times, total produksi batu bara India mencapai 84,45 juta ton pada Oktober 2024, lebih tinggi dari 78,57 juta ton pada periode yang sama tahun sebelumnya, menunjukkan kenaikan sebesar 7,48 persen.
Selama tahun anggaran hingga Oktober 2024, produksi kumulatif mencapai 537,45 juta ton, naik dari 506,56 juta ton pada periode yang sama tahun sebelumnya, atau meningkat sebesar 6,10 persen menurut data dari Kementerian Batu Bara India.
Di sisi permintaan, pengiriman batu bara India juga tumbuh, mencapai 82,89 juta ton atau naik 4,60 persen, sementara pengiriman dari entitas captive dan lainnya melonjak 36,83 persen menjadi 16,18 juta ton pada bulan yang sama.
Secara kumulatif, total pengiriman batu bara mencapai 571,39 juta ton hingga Oktober 2024, mencerminkan pertumbuhan 5,52 persen dibandingkan tahun lalu. Meski harga batu bara cenderung melemah, penguatan harga gas turut memberikan penopang. Harga kontrak gas alam TTF Dutch untuk Desember, acuan perdagangan gas di Eropa, turun 3,43 persen ke 40,52 euro per megawatt-jam.
Hilirisasi Jadi Jalan Keluar di Indonesia
Di tengah tekanan harga batu bara akibat produksi yang meningkat di India, perhatian kini beralih pada upaya Indonesia untuk memperkuat ketahanan energi nasional. Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menyebutkan substitusi energi, termasuk melalui hilirisasi batu bara, dapat menjadi alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada impor, terutama untuk elpiji.
“Bagaimana kita menyediakan elpiji yang cukup yang sebagian besar berasal dari impor, justru ini kita mengharapkan substitusinya dari hilirisasi (batu bara),” kata Yuliot dalam keterangannya, Kamis 31 Oktober 2024.
Alasan pemerintah menjadikan batu bara sebagai substitusi energi adalah karena Indonesia memiliki cadangan batu bara yang besar. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk hilirisasi dari batu bara menjadi gas. Menurutnya, Indonesia dapat mencontoh hilirisasi batu bara menjadi gas.
Selain hilirisasi batu bara, pemerintah juga akan menggenjot produksi dari sumur minyak dan gas bumi guna mengejar ketersediaan energi di dalam negeri.
Pemenuhan kebutuhan energi nasional, lanjut dia, tidak hanya bergantung dari energi berbasis fosil saja, tapi juga menggunakan energi baru terbarukan (EBT).
“Untuk ketersediaan energi ke depan, itu tidak hanya berasal dari energi fosil, tapi kita juga akan memakai EBT, termasuk yang berasal dari bahan bakar nabati, itu berupa biosolar, bioetanol, dan biodiesel,” jelasnya.
Pemanfaatan dan Pengembangan Biodiesel
Upaya memenuhi kebutuhan energi nasional melalui biodiesel, pemerintah Indonesia bakal mengembangkan energi dari nabati ini hingga B100. Sedangkan untuk biodiesel yang sejak Agustus 2023 lalu digunakan adalah B35 atau mencampur Biodiesel B35 sebanyak 35 persen ke dalam solar.
“Pemerintah juga menargetkan B100, yang sekarang sudah itu B35 yang akan ditingkatkan ke B40 B50 B60 sampai dengan B100 ke depan,” ujar Yuliot.
Yuliot menuturkan, terkait dengan ketersediaan bahan baku, pihaknya telah membahas hal ini dengan stakeholder terkait seperti Kementerian Pertanian.
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa penggunaan biodiesel B35 dan B40 merupakan langkah menuju swasembada energi. Menurutnya, swasembada hanya dapat dicapai jika ketahanan energi nasional berhasil ditingkatkan.(*)