KABARBURSA.COM - Petualangan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) di tahun 2023 seperti menaklukkan badai. Harga batubara yang terjun bebas menjadi batu ujian berat bagi langkah perusahaan pelat merah ini.
Dari Januari hingga September 2023, PTBA melaporkan kinerja finansial yang melompat-lompat. Pendapatan, sekitar Rp 27.7 triliun, terpental sekitar 10.84 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Laba bersihnya juga merosot sekitar 62 persen menjadi Rp 3.8 triliun hingga akhir September 2023.
Praska Putrantyo, sang CEO Edvisor.id, mencermati penurunan tersebut sejak kuartal IV-2022, seiring terjun bebasnya harga batubara mencapai 64 persen dari rekor tertinggi tahun sebelumnya. Dari US$400 per ton, harga batubara menyentuh US$136.95 per ton pada 29 Desember 2023.
Harga batubara merosot setelah krisis geopolitik antara Rusia dan Ukraina mereda, dan pasokan kembali normal. Selain itu, rencana peningkatan penggunaan energi terbarukan menjadi satu dari beberapa faktor yang menyumbang pada penurunan harga komoditas energi berbasis fosil, termasuk batubara. Meski demikian, PTBA tetap menarik karena dividen yield yang besar sepanjang 2023.
Praska berharap PTBA masih dapat bersinar di tahun-tahun mendatang. Meskipun proyeksi harga rata-rata (ASP) batubara tahun 2024 diperkirakan relatif rendah, di kisaran US$100 per ton hingga US$160 per ton, sentimen ekonomi negara importir, terutama Tiongkok, tetap menjadi penentu utama.
Dengan ekonomi Tiongkok yang sedang melambat, Praska berharap permintaan batubara domestik untuk pembangkit listrik dapat menjadi penyelamat bagi PTBA. Erindra Krisnawan, analis BRI Danareksa Sekuritas, menambahkan bahwa pertumbuhan organik batubara PTBA akan terus berlanjut. Ekspansi kapasitas kereta api menjadi 52 juta ton pada 2024 dan 72 juta ton pada 2026 akan mendukung pertumbuhan PTBA.
Dalam perjalanan menuju masa depannya, PTBA masih mencari mitra strategis untuk proyek gasifikasi batubara. Harapan normalisasi harga batubara di 2024 muncul, didorong oleh pertumbuhan produksi domestik yang kuat di India dan Tiongkok.
Meski pasar diperkirakan surplus sekitar 5-10 juta ton di tahun 2024, PTBA diharapkan tetap dapat menjaga margin laba di tengah melandainya harga batubara. Investor dan pemangku kepentingan di sektor batubara perlu memperhatikan dinamika ini sambil bersiap menghadapi gelombang perubahan harga dan permintaan global. Perjalanan PTBA, sebagaimana perusahaan pertambangan lainnya, tetap menjadi kisah menarik untuk diikuti.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.