KABARBURSA.COM - Turunnya harga bijih besi menjadi sekitar US$100 per ton menjadi indikasi perubahan besar di pasar komoditas China, yang lebih menguntungkan ekonomi baru dibanding ekonomi lama. Harga bahan baku pembuatan baja ini mencapai level terendah dalam 10 bulan, yaitu US$95,40 per ton pada Senin 1 April 2024, sebelum kembali naik ke angka tiga digit.
Hal ini menunjukkan dampak buruk dari krisis properti yang berlangsung selama bertahun-tahun dan tampaknya belum berakhir. Pada awal Januari, harga kontrak berjangka (futures) di Singapura mencapai US$143,50 per ton, tertinggi sejak Juni 2022. Namun, harga tersebut kini turun menjadi US$100,85, mengalami penurunan sebesar 30 persen.
Pelemahan harga bijih besi terjadi di tengah tanda-tanda awal pemulihan ekonomi secara keseluruhan. Aktivitas pabrik yang sebelumnya mengalami kontraksi selama lima bulan terakhir akhirnya meningkat pada bulan Maret, melampaui perkiraan dan menambah indikasi pemulihan moderat.
Perbedaan antara peningkatan yang didorong oleh sektor manufaktur dan pasar properti yang lesu kemungkinan akan semakin dalam seiring dengan upaya Beijing untuk mencari pendorong pertumbuhan ekonomi baru di sektor-sektor seperti energi terbarukan dan teknologi canggih. Menurut Bloomberg Economics, pada puncaknya di tahun 2018, real estat menyumbang hampir seperempat dari ekonomi China. Sekarang angkanya kurang dari seperlima.
Properti masih menjadi penyumbang terbesar dari permintaan baja. Namun, Beijing belum memberikan stimulus fiskal yang besar - terutama pengeluaran infrastruktur - yang dapat sepenuhnya mengimbangi penurunan sektor perumahan. Meningkatnya tingkat utang di pemerintah daerah menjadi salah satu kendala. Sementara itu, peningkatan aktivitas konstruksi pada musim semi yang biasanya terjadi juga belum sepenuhnya terealisasi, sehingga menimbulkan ketidakpastian kapan konsumsi akan pulih.
Pabrik-pabrik baja China termasuk Angang Steel Co dan Maanshan Iron & Steel Co melaporkan kerugian bersih yang lebih buruk dari perkiraan dalam laporan pendapatan tahun 2023 mereka. Maanshan memperingatkan bahwa kondisi "akan tetap suram karena ketidaksesuaian antara pasokan dan permintaan di tahun 2024."
Singkatnya, tindakan keras Presiden Xi Jinping terhadap sektor properti dan dorongannya untuk "kekuatan produksi baru" bisa jadi menandai era di mana bijih besi dan baja memainkan peran yang lebih kecil dibandingkan dengan logam yang akan diuntungkan dari transisi energi.
"Bisa dimengerti jika pelemahan ini berlangsung selama satu atau dua minggu," kata Cao Ying, kepala analis logam besi di SDIC Essence Futures Co. "Lebih lama dari itu, pasar akan mulai menyesuaikan ekspektasinya karena akan terlihat lebih seperti pergeseran struktural."
Harga bijih besi tidak bisa bertahan di bawah US$100 per ton terlalu lama tanpa produsen dengan biaya tinggi yang gulung tikar. Hal itu akan mengurangi pasokan dan menahan harga dalam jangka pendek. Namun, sisi permintaan jangka panjang yang menjadi perhatian terbesar. Pemerintah Australia, pemasok terbesar China, memperkirakan harga free-on-board (FOB) sebesar US$95 per ton tahun ini, US$84 tahun depan, dan kemudian turun ke level US$70-an hingga 2029.
Anjloknya harga bijih besi sangat kontras dengan komoditas acuan lainnya, tembaga, yang mendekati level tertinggi tahunan. Masalah pasokan menjadi pendorong langsung, tetapi peran utama logam ini dalam transisi energi mendorong prediksi kenaikan luar biasa di tahun-tahun mendatang. Pasar baja dan bijih besi tidak akan menikmati tingkat dukungan yang sama dari perubahan sekuler dalam konsumsi komoditas tersebut.
"Tampaknya tidak ada akhir dari krisis real estat, pemerintah daerah tidak dapat mempertahankan tingkat investasi saat ini, konsumen masih sangat berhati-hati," kata Tomas Gutierrez, analis di Kallanish Commodities Ltd. "Mungkin akan ada pemulihan permintaan musiman pada kuartal kedua, tetapi kemungkinan ini tidak akan cukup kuat untuk benar-benar membalikkan keadaan pasar," katanya.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.