KABARBURSA.COM - Bitcoin kembali menunjukkan pergerakan yang membingungkan pasar. Pada Rabu, 24 September 2025, harga sempat menguat tipis 0,06 persen ke Rp1,86 miliar per koin, namun indikator teknikal harian justru memberi sinyal “sangat jual”.
Kenaikan tipis harga tidak cukup menutupi tekanan yang lebih luas, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah momentum Bitcoin benar-benar mengarah ke pemulihan, atau justru sekadar jeda sebelum pelemahan berlanjut.
Harga Bitcoin hari ini memang mencatatkan penguatan tipis, naik sekitar Rp1,17 juta dibanding sesi sebelumnya. Namun secara teknikal, gambaran yang muncul tidak seindah pergerakan nominalnya.
Rangkuman indikator teknikal harian menunjukkan dominasi sinyal jual, dengan enam indikator menyarankan jual, satu netral, dan hanya satu yang memberi sinyal beli. Bahkan, indikator penting seperti MACD, CCI, dan ROC kompak menunjukkan tren pelemahan.
Indikator momentum lain menambah kekhawatiran. Stochastic RSI menunjukkan kondisi jual berlebih, sementara Williams %R menandakan area beli berlebih, mencerminkan volatilitas jangka pendek yang membingungkan.
ADX yang tinggi di atas 50 memberi sinyal tren kuat, namun arahnya condong ke penurunan, bukan penguatan. Artinya, meski harga Bitcoin tampak stabil, tekanan penjual lebih dominan ketimbang daya beli yang masuk.
Dari sisi moving average, mayoritas jangka pendek hingga menengah (MA5, MA10, MA20) mengarah pada sinyal jual, hanya diselamatkan oleh MA50 hingga MA200 yang masih memberi sinyal beli. Ini menandakan tren jangka panjang Bitcoin tetap positif, tetapi dalam jangka pendek, ruang koreksi belum sepenuhnya selesai.
Dengan kata lain, kenaikan 0,06 persen hari ini lebih banyak mencerminkan konsolidasi tipis ketimbang tanda pemulihan yang meyakinkan.
Jika melihat pivot point, area support terdekat Bitcoin berada di kisaran Rp1,85 miliar hingga Rp1,83 miliar. Sementara resistensi berada di sekitar Rp1,89 miliar hingga Rp1,91 miliar.
Selama Bitcoin belum mampu menembus area resistensi tersebut dengan volume kuat, peluang pelemahan masih terbuka, terutama jika tekanan jual dari trader jangka pendek berlanjut.
Bagi investor, kondisi ini ibarat alarm untuk berhati-hati. Investor jangka panjang dengan horizon multi-tahun masih bisa melihat momentum ini sebagai fase wajar dari volatilitas Bitcoin, apalagi tren jangka panjang masih menunjukkan sinyal positif.
Namun bagi trader jangka pendek, sinyal teknikal harian jelas memperingatkan bahwa risiko koreksi lebih besar dibanding peluang kenaikan. Strategi wait and see atau mengatur posisi lebih defensif bisa menjadi pilihan bijak, sambil menunggu konfirmasi arah tren berikutnya.
Dengan volatilitas yang masih tinggi dan sinyal teknikal yang lebih banyak menunjukkan kelemahan, Bitcoin hari ini bukan sekadar naik tipis, melainkan memperlihatkan dilema klasik pasar kripto, yaitu optimisme jangka panjang yang terus berhadapan dengan tekanan jual jangka pendek.(*)