KABARBURSA.COM - Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) mengaku melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak terlalu berdampak pada harga penjualan Crude Palm Oil (CPO).
Mengacu data Google Finance, Jum’at, 28 Juni 2024 pukul 11.45 WIB , nilai tukar rupiah berada pada level Rp16.394 per dolar AS. Sebelumnya, rupiah sempat terperosok lebih dari Rp16.400 per dolar AS atau terlemah sejak tahun 2020.
Ketua Apkasindo, Gulat Manurung menyebut, pelemahan rupiah hanya berdapak pada biaya produksi. Pasalnya, pupuk yang digunakan para petani sawit mayoritas masih bergantung pada produk impor yang transaksinya menggunakan mata uang dolar.
“Bagi kami petani sawit kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak begitu berpengaruh, justru menaikkan biaya produksi karena pupuk itu mayoritas di impor,” kata Gulat kepada KabarBursa, Jumat, 28 Juni 2024.
Meski begitu, Gulat mencatat adanya kenaikan harga kendati tidak signifikan. Dia mencatat, kenaikan harga terjadi di Bursa CPO Indonesia, Bursa CPO Malaysia, maupun tender PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) Inacom.
Berdasarkan data dari Apkasindo periode 1 November hingga 21 Juni 2024, harga CPO di Bursa Indonesia ICDX, Bursa Malaysia, dan tender KPBN terpantau bergerak fluktuatif.
Akan tetapi, bursa Malaysia sempat menyentuh harga tertinggi hampir menyentuh 15.500 pada awal April. Sedangkan bursa CPO indonesia-ICDX awal April kenaikan tertinggi hampir menyentuh 15.000. Dan tender KPBN di bulan yang sama hanya menyentuh 13.500.
Namun, bursa ICDX sempat menyentuh harga terendahnya di bawah 10.500 pada Desember 2023.
“Kami mencatat kenaikan harga CPO di bursa CPO Inconesia ICDX, Bursa Malaysia dan Tender KPBN juga tidakk naik signifikan, (kurva) malah turun di bursa ICDX (Bursa CPO Indonesia),” ungkap Gulat.
Secara hitungan ekonomi, kata Gulat, mestinya melemahnya rupiah mengerek harga CPO. Faktanya, kata dia, tidak ada kenaikan harga yang signifikan. “Secara hitungan ekonomi memang seharusnya naik harga CPO karena di Bursa Indnesia maupun tender CPO KBPN itu memakai rupiah, tapi faktanya tidak naik,” tutupnya.
Senada dengan Apkasindo, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) atau Indonesian Palm Oil Association (IPOA), justru mengkhawatirkan tingginya nilai tukar rupiah akan mengerek biaya produksi di industri sawit.
Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono menyebut, tingginya nilai tukar rupiah yang berlarut-larut berdampak pada kenaikan harga pupuk. Pasalnya, pupuk yang digunakan perkebunan sawit masih mengandalkan bahan impor.
“Kalau ini berlama-lama maka biaya produksi akan naik karena pupuk masih Impor, pupuk yang diproduksi dalam negeri hanya pupuk nitrogen,” kata Eddy kepada Kabar Bursa, Kamis, 27 Juni 2024.
Eddy juga menyebut, tekanan biaya produksi akan mengerek naik harga minyak goreng di pasaran. Meski begitu, dia menilai naiknya harga minyak yang disebabkan oleh pelemahan rupiah tidak terlalu signifikan.
Sementara saat ini, berdasarkan panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) pukul 11.40 WIB pada Rabu, 27 Juni 2024, harga minyak goreng kemasan ada di level Rp17.880 per liter, sedangkan minyak goreng curah Rp15.870 per liter.
“Kalau secara Rupiah, ya (mengerek harga minyak) dengan catatan harga international secara USD tidak turun,” jelasnya.
Dinamika Pasar Bursa CPO Indonesia
Saat ini, Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) sendiri mencatat sebanyak ada sebanyak 50 anggota yang terdaftar dalam Bursa CPO Indonesia. Kendati demikian, ICDX mencatat baru ada 16 anggota yang aktif bertransaksi di Bursa CPO Indonesia.
Direktur Utama ICDX, Nursalam mengungkap, para pengusaha CPO masih mempersiapkan diri untuk bergumul dalam transaksi Bursa CPO Indonesia. Di sisi lain, dia juga menilai para pengusaha tengah beradaptasi dengan pasar Bursa CPO.
“Ya mereka sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk bisa beradaptasi dengan pasar Bursa tentunya,” ungkapnya kepada KabarBursa, Jumat, 28 Juni 2024.
Meski begitu, Nursalam mencatat volume transaksi CPO Berjangka atau CPO Futures berkinerja yang cukup baik hingga pertengahan tahun 2024. Dia menyebut, volume transaksi di Bursa CPO Indonesia menyentuh 100 lot per hari.
“Sampai dengan pertengahan tahun ini untuk volume transaksi CPO Berjangka atau CPO Futures cukup baik. Rata-rata per hari bisa mencapai 100 lot atau 500 ton per hari,” jelasnya.
Meski transaksi CPO Futures mencatat kenerja baik, Nursalam juga mencatat terhambatnya transaksi CPO Fisik. Dia menyebut, hal itu terjadi karena para pelaku usaha masih memantau dinamika pasar.
“Sayangnya untuk transaksi CPO Fisik nya masih stuck dan beberapa pelaku masih wait and see untuk masuk ke perdagangan bursa CPO,” pungkasnya. (and/*)