KABARBURSA.COM - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin. Kenaikan harga minyak nabati pesaing turut mempengaruhi peningkatan harga CPO.
Pada Selasa 30 Juli 2024 kemarin, harga CPO di Bursa Malaysia untuk kontrak pengiriman Oktober tercatat sebesar MYR 3.916 per ton, naik sebesar 0,2 persen dari hari sebelumnya.
Kenaikan harga CPO ini dipicu oleh lonjakan harga minyak nabati lainnya. Di pasar global, harga minyak kedelai di Dalian (China) dan Chicago Board of Trade (AS) meningkat masing-masing sebesar 0,95 persen dan 0,19 .
Dengan harga minyak kedelai yang semakin tinggi, CPO menjadi lebih menguntungkan sebagai alternatif. Keduanya memang saling bersaing dan menggantikan satu sama lain.
Selain itu, tampaknya investor mulai melakukan aksi beli setelah harga CPO mengalami koreksi. Dalam sepekan terakhir, harga CPO masih mencatat penurunan sebesar 1,29 persen secara point-to-point, dan dalam sebulan terakhir, harganya berkurang 1,71 persen.
“Aksi bargain buying terlihat jelas di pasar futures CPO,” ungkap Anilkumar Bagani, Kepala Riset Komoditas di Sunvin Group.
Dalam perspektif teknikal harian (daily time frame), CPO masih berada dalam zona bearish. Hal ini terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang berada di angka 45,27. RSI di bawah 50 menunjukkan bahwa aset ini berada dalam posisi bearish.
Namun, indikator Stochastic RSI menunjukkan angka 9,66, jauh di bawah 20, menandakan kondisi jenuh jual (oversold).
Dengan demikian, potensi kenaikan harga CPO masih terbuka. Target resisten terdekat berada di MYR 3.932 per ton. Jika level ini berhasil ditembus, maka target berikutnya adalah MYR 3.940 per ton.
Sementara itu, target support terdekat berada di MYR 3.911 per ton. Penembusan di level ini bisa menyebabkan harga CPO turun menuju MYR 3.879 per ton.
Beberapa emiten perkebunan sawit di Indonesia yang seringkali terpengaruh oleh fluktuasi harga CPO antara lain:
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
AALI melaporkan kinerja keuangan yang mengesankan pada semester pertama tahun 2024. Pendapatan bersih perusahaan tercatat mencapai Rp 10,31 triliun, mengalami peningkatan sebesar 9,83 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di angka Rp 9,39 triliun.
Pendapatan terbesar berasal dari segmen minyak sawit dan turunannya yang mencapai Rp 9,63 triliun. Produk inti sawit menyumbang Rp 643,60 miliar, sementara segmen lainnya menyumbang Rp 32,29 miliar.
Meskipun beban pokok pendapatan meningkat dari Rp 8,36 triliun menjadi Rp 9,02 triliun, laba bruto AALI berhasil naik 24,93 persen yoy menjadi Rp 1,28 triliun. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan tercatat sebesar Rp 501,04 miliar, meningkat 26,64 persen dari sebelumnya Rp 367,57 miliar.
Menurut Fenny Sofyan, Vice President Investor Relation & Public Affairs AALI, peningkatan kinerja ini didorong oleh kenaikan harga jual rata-rata (average selling price/ASP) minyak sawit mentah (CPO) sebesar 7,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya, serta peningkatan volume penjualan CPO sebesar 5,1 persen.
PT Wilmar International Ltd (WILM)
Pendapatan bersih Wilmar International tercatat sebesar USD 50 miliar pada tahun 2024, mengalami peningkatan sebesar 10 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan volume penjualan serta harga komoditas yang lebih tinggi, terutama pada segmen minyak nabati dan produk turunannya.
Laba bersih perusahaan mencapai USD 2,5 miliar, naik 15 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh efisiensi operasional dan strategi diversifikasi produk yang berhasil diterapkan oleh perusahaan.
PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)
Pada tahun 2024, pendapatan bersih TBLA mencapai Rp 15 triliun, meningkat sebesar 12 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 13,4 triliun. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO) dan gula, serta peningkatan volume penjualan.
Laba bersih perusahaan juga mencatatkan pertumbuhan yang signifikan, mencapai Rp 1,5 triliun, naik 18 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1,27 triliun. Peningkatan laba ini terutama disebabkan oleh efisiensi operasional dan manajemen biaya yang efektif.
PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP)
Pada tahun 2024, LSIP mencatat pendapatan bersih sebesar Rp 8,75 triliun, meningkat 14 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 7,68 triliun. Pertumbuhan pendapatan ini didorong oleh kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar global serta peningkatan volume penjualan produk-produk turunannya.
Laba bersih perusahaan juga mengalami peningkatan yang signifikan, mencapai Rp 1,2 triliun, naik 20 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1 triliun. Peningkatan laba ini terutama disebabkan oleh efisiensi operasional yang lebih baik serta pengelolaan biaya yang lebih efektif. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.