Logo
>

Harga CPO Naik Akhir 2024, Saham ini Diproyeksi Moncer

Ditulis oleh KabarBursa.com
Harga CPO Naik Akhir 2024, Saham ini Diproyeksi Moncer

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) diperkirakan akan mengalami kenaikan signifikan menjelang akhir tahun.

    Meski sempat turun 4,37 persen dalam sepekan terakhir, data dari Trading Economics menunjukkan bahwa harga CPO mulai pulih dengan kenaikan 1,19 persen ke level MYR 3.746 per ton pada Sabtu 10 Agustus 2024.

    Ibrahim Assuaibi, Direktur Laba Forexindo Berjangka, menjelaskan bahwa penurunan harga CPO baru-baru ini dipicu oleh perlambatan ekonomi di Amerika Serikat (AS) yang berdampak pada tekanan harga global. Namun, Ibrahim yakin bahwa tren penurunan ini tidak akan berlanjut hingga akhir 2024. Ia optimistis bahwa harga CPO akan melampaui MYR 4.000 per ton.

    Salah satu faktor yang diyakini akan mendorong harga CPO naik adalah potensi penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) pada bulan September mendatang. Jika suku bunga diturunkan, dolar AS diprediksi akan melemah, dan kondisi ini sering kali dimanfaatkan oleh para investor untuk membeli komoditas, termasuk minyak CPO.

    Selain itu, pelemahan mata uang ringgit Malaysia turut berperan dalam membuat ekspor CPO menjadi lebih kompetitif di pasar internasional. Situasi ini diperkirakan akan memperkuat permintaan global terhadap CPO, yang pada akhirnya akan mengerek harga komoditas tersebut.

    Ibrahim juga menyoroti faktor cuaca sebagai salah satu elemen penting dalam dinamika harga CPO. Malaysia, salah satu produsen CPO terbesar dunia, sebentar lagi akan memasuki musim kemarau. Pada saat musim panas, produksi CPO cenderung menurun sementara permintaan tetap tinggi, yang berpotensi mendorong kenaikan harga lebih lanjut.

    Meski demikian, Ibrahim tetap memberikan catatan bahwa meskipun prospek kenaikan harga terlihat kuat, masih ada kemungkinan koreksi harga dalam waktu dekat.

    "Saya belum bisa memastikan apakah harga CPO akan terus naik minggu depan, karena secara teknikal masih ada potensi untuk koreksi," tutupnya.

    Kinerja Saham CPO 

    Performa produksi dan keuangan sejumlah emiten minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) masih menunjukkan kelemahan di kuartal I 2024. Namun, beberapa emiten tetap mampu membukukan hasil positif dalam periode ini. PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) misalnya, mencatat pendapatan sebesar Rp 879,46 miliar, meski turun 2,73 persen secara tahunan (yoy). Namun, laba bersihnya melonjak 141 persen yoy menjadi Rp 269 miliar.

    Penurunan pendapatan LSIP sebagian besar disebabkan oleh penurunan volume penjualan produk sawit, meski sedikit tertolong oleh kenaikan harga jual rata-rata produk tersebut, ungkap manajemen LSIP dalam keterbukaan informasi.

    PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) juga mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 2,59 persen menjadi Rp 230,5 miliar pada periode Januari-Maret 2024, dengan pendapatan bersih sebesar Rp 4,79 triliun, naik tipis 0,81 persen dari periode yang sama tahun lalu.

    Vice President Investor Relation & Public Affairs AALI, Fenny Sofyan, menyatakan bahwa peningkatan kinerja keuangan AALI hingga kuartal I 2024 didorong oleh kenaikan penjualan minyak kelapa sawit dan turunannya sebesar 3,9 persen yoy. Selain itu, penurunan beban pokok pendapatan sebesar 0,8 persen yoy juga turut mendukung, ujar Fenny.

    PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) mencatatkan laba sebesar Rp 100,32 miliar di kuartal I 2024, meningkat 30,5 persen dari Rp 76,22 miliar pada akhir Maret 2023, meski penjualannya menurun 19,07 persen menjadi Rp 1,13 triliun.

    Sedangkan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) berhasil membukukan laba sebesar Rp 229 miliar atau naik 6,6 persen yoy, dengan penjualan mencapai Rp 2,23 triliun, meningkat 7,9 persen yoy.

    PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) mencatatkan penjualan sebesar Rp 1,91 triliun, turun 0,71 persen, namun laba bersihnya naik 25,8 persen yoy menjadi Rp 370,8 miliar di akhir Maret 2024.

    Menurut Analis Phillip Sekuritas, Marvin Lievincent, kinerja keuangan mayoritas emiten CPO di kuartal I 2024 lebih baik dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun, ketidakstabilan akibat konflik geopolitik di Timur Tengah masih memberikan tekanan pada harga saham emiten CPO.

    "Di kuartal berikutnya, kinerja mereka bisa membaik, meski saat ini masih berada di tengah tekanan," ungkapnya.

    Ia juga memprediksi bahwa harga CPO pada tahun 2024 kemungkinan akan terus mengalami tekanan akibat konflik geopolitik, meski ada potensi stabilisasi jika situasi mulai membaik, dengan harga yang bisa bertahan di level MYR 4.000 per metrik ton.

    Marvin juga menambahkan bahwa konflik geopolitik bisa meningkatkan harga pupuk dan biaya operasional emiten CPO. Namun, jika kondisi cuaca tahun ini baik, penggunaan pupuk bisa dihemat tanpa mengorbankan tingkat ekstraksi minyak (OER). Mayoritas emiten CPO masih fokus pada pasar domestik, sehingga fluktuasi kurs tidak terlalu berpengaruh pada kinerja mereka.

    Namun, bagi emiten yang memiliki obligasi atau utang dalam dolar AS, penguatan dolar bisa menjadi beban. Di sisi lain, eksportir justru bisa diuntungkan oleh penguatan dolar tersebut, jelasnya.

    Marvin merekomendasikan beli saham LSIP dengan target harga Rp 1.155 per saham. Sementara itu, Equity Research Analyst at Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rizkia Darmawan, melihat kinerja LSIP masih relatif baik di antara emiten CPO lainnya pada kuartal I 2024.

    Selain LSIP, TAPG dan DSNG juga mencatat kinerja keuangan yang solid di kuartal ini, kata Rizkia. Kinerja emiten CPO di kuartal I 2024 masih dipengaruhi oleh cuaca, terutama fenomena El Nino yang melanda di akhir tahun 2023. Namun, sejumlah emiten dengan tanaman sawit di usia prima tetap mampu memaksimalkan produksinya.

    Terkait harga CPO, Rizkia mencatat kenaikan sejak Februari 2024, meski dampaknya belum signifikan terhadap kinerja kuartal I, terutama bagi emiten yang fokus pada pasar domestik.

    Transisi cuaca dari El Nino ke La Nina juga berpotensi mengganggu produksi tanaman. Namun, harga pupuk tahun ini bisa lebih rendah, sehingga menekan biaya operasional emiten. Ditambah lagi, proyeksi harga CPO bisa mencapai level di atas MYR 4.000 per ton.

    "Saat ini, harga CPO sudah berada di atas MYR 3.700 per ton, dengan tren yang mengarah ke MYR 4.000 per ton," tuturnya. Rizkia belum memberikan rekomendasi khusus untuk saham emiten CPO, meski menyarankan posisi netral untuk sektor ini.

    Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, William Wibowo, mencatat bahwa saham AALI saat ini masih berada di level support Rp 6.000 per saham dan resistance Rp 6.550 per saham. William merekomendasikan strategi wait and see untuk saham AALI. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi