KABARBURSA.COM - Harga emas Antam kembali memanas di akhir pekan. Pada Sabtu, 20 September 2025, harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) melesat Rp32.000 ke level Rp2.122.000 per gram, setelah sempat terkoreksi pada perdagangan sebelumnya.
Kenaikan ini juga diikuti oleh harga buyback atau harga yang didapat pemegang emas jika menjual kembali ke Antam, yang naik Rp32.000 ke Rp1.969.000 per gram. Angka tersebut berlaku di kantor penjualan Antam Pulo Gadung, Jakarta.
Meski demikian, di laman resmi Antam tercatat beberapa varian emas masih belum tersedia. Seperti diatur dalam PMK No. 34/PMK 10/2017, pembelian emas batangan tetap dikenakan pajak PPh 22 sebesar 0,9 persen, atau hanya 0,45 persen bila pembeli menyertakan NPWP.
Kenaikan harga emas Antam hari ini tak bisa dilepaskan dari lonjakan harga emas global. Pada perdagangan Jumat waktu setempat, 19 September 2025, emas dunia menguat 0,8 persen ke posisi USD3.672,08 per ons, dengan kontrak berjangka emas AS untuk pengiriman Desember ditutup naik 0,7 persen ke USD3.705,80.
Sepanjang pekan ini, harga emas global tercatat sudah menguat 0,8 persen, sekaligus menandai kenaikan lima pekan beruntun. Bahkan, emas sempat mencetak rekor baru di USD3.707,40 per ons usai keputusan The Federal Reserve memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin.
Sentimen pasar saat ini memang masih dikuasai faktor kebijakan moneter AS. The Fed mengirimkan sinyal hati-hati dengan menyebut inflasi masih persisten, meski sudah mengambil langkah pemangkasan suku bunga pertama tahun ini.

Sikap ini menimbulkan perdebatan soal kecepatan pelonggaran berikutnya, namun tetap memberi angin segar bagi emas yang kerap menjadi pilihan saat suku bunga rendah. Dengan biaya peluang memegang emas yang semakin kecil, investor global kembali memperkuat posisinya di logam mulia.
Selain faktor suku bunga, kondisi geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global masih memperkokoh sentimen bullish. Bob Haberkorn, analis dari RJO Futures, menegaskan bahwa tren emas masih kuat dan berpotensi mencetak rekor baru, bahkan realistis menuju USD4.000 per ons sebelum akhir tahun.
Optimisme serupa terlihat di India, di mana premi emas fisik melonjak ke level tertinggi dalam 10 bulan karena permintaan tetap tinggi menjelang musim perayaan. Di sisi lain, pasar China justru mengalami pelebaran diskon hingga ke puncak lima tahun, menandakan tekanan dari permintaan domestik yang lesu.
Logam Mulia Lainnya Ikut Menguat
Emas bukan satu-satunya logam yang menguat. Harga perak naik 2,2 persen ke USD42,70 per ons, sementara platinum menguat 1,4 persen ke USD1.403,02 per ons. Hanya palladium yang stagnan di USD1.150,04 per ons, bahkan menuju penurunan mingguan.
Menurut Haberkorn, sebagian investor mulai beralih ke perak dan platinum yang dianggap lebih terjangkau di tengah reli harga emas.
Dengan kondisi ini, arah emas Antam di dalam negeri jelas mengikuti gelombang global. Lonjakan harga hingga menembus Rp2,1 juta per gram menjadi refleksi kuatnya dorongan pasar internasional. Bagi investor, tren ini membuka peluang menarik, meski volatilitas tetap tinggi.
Jika The Fed konsisten melanjutkan pelonggaran moneter, harga emas dunia berpotensi terus mendaki, dan harga emas Antam dalam negeri pun akan ikut terbawa menuju level baru. Namun, investor tetap harus memperhitungkan faktor pajak, ketersediaan fisik, serta volatilitas jangka pendek yang bisa memunculkan koreksi sewaktu-waktu.
Singkatnya, emas kembali membuktikan diri sebagai aset lindung nilai yang andal di tengah ketidakpastian. Sebab itu, kenaikan hari ini bukan hanya pantulan teknis, melainkan sinyal bahwa tren bullish logam mulia masih jauh dari kata usai.(*)