Logo
>

Harga Emas Antam Terperosok, Anjlok Hingga Rp23.000

Harga emas Antam turun Rp23.000 jadi Rp1,88 juta/gram, tertekan sentimen global usai gencatan senjata Iran-Israel dan potensi pemangkasan suku bunga The Fed.

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Emas Antam Terperosok, Anjlok Hingga Rp23.000
Ilustrasi: Gencatan senjata Iran-Israel dan kepastian kebijakan The Fed, membuat harga emas dunia anjlok dan berpengaruh pada harga jual serta buy back emas perhiasan Antam. (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM - Harga emas produksi PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) kembali melemah tajam pada akhir pekan ini. 

Berdasarkan data dari situs resmi logammulia.com, harga emas satuan 1 gram di butik LM Graha Dipta Pulo Gadung, Jakarta, turun ke level Rp1.884.000 per batang pada Sabtu, 28 Juni 2025. Angka ini terkoreksi cukup dalam, yakni Rp23.000 dari posisi sebelumnya di Rp1.907.000 per gram.

Koreksi serupa terjadi pada harga pembelian kembali atau buyback. Antam mematok harga buyback di posisi Rp1.728.000 per gram, juga turun Rp23.000 dibanding perdagangan hari sebelumnya.

Penurunan harga emas Antam ini tak bisa dilepaskan dari tekanan yang melanda pasar global. Pada penutupan perdagangan Jumat, 27 Juni 2025, harga emas dunia merosot 1,65 persen menjadi USD3.272,99 per troy ons. Penurunan ini memperpanjang tren pelemahan yang sudah terjadi sejak pertengahan Juni.

Sepanjang sepekan terakhir, harga emas global tercatat turun hingga 2,82 persen. Performa negatif ini menandakan bahwa logam mulia kehilangan daya tariknya di tengah membaiknya sentimen pasar keuangan global.

Gencatan Senjata Iran-Israel Bikin Harga Emas Anjlok

Sebagaimana diketahui, emas merupakan instrumen investasi yang cenderung diburu saat pasar diliputi ketidakpastian. Ketika ketegangan global mereda dan investor mulai kembali percaya diri terhadap prospek ekonomi, permintaan terhadap emas pun menurun.

Beberapa katalis utama datang dari geopolitik dan perdagangan global. Gencatan senjata antara Iran dan Israel masih berjalan meski sempat diwarnai bentrokan kecil. Pasar melihat kesepakatan ini sebagai sinyal bahwa eskalasi konflik di Timur Tengah dapat ditekan.

Tak hanya itu, kabar positif juga datang dari hubungan dagang Amerika Serikat dan China. Kedua negara disebut telah mencapai kesepakatan untuk mempercepat pengiriman logam tanah jarang, komoditas penting dalam industri teknologi, ke AS. 

Langkah ini dinilai sebagai tanda mencairnya ketegangan tarif, apalagi kesepakatan diraih jauh sebelum tenggat 9 Juli yang ditetapkan Presiden AS sebelumnya, Donald Trump.

Pasar Tunggu Arah Kebijakan The Fed

Di sisi makroekonomi, investor masih menanti arah kebijakan bank sentral AS, Federal Reserve. Data terbaru menunjukkan inflasi konsumsi personal (Personal Consumption Expenditure/PCE) pada Mei tetap di atas target 2 persen The Fed. 

Meski inflasi bulanan menunjukkan kontraksi 0,1 persen, PCE tahunan tercatat di angka 2,3 persen dan PCE inti di 2,7 persen.

Artinya, tekanan inflasi masih ada, tetapi daya beli mulai melemah. Ini terlihat dari laporan terpisah University of Michigan yang menunjukkan kenaikan indeks sentimen konsumen dari 52,2 di Mei menjadi 60,7 di Juni. Meskipun naik, angka ini masih jauh dari euforia pasca pemilu akhir tahun lalu.

Dengan kondisi tersebut, pasar mulai mempertimbangkan kemungkinan pemangkasan suku bunga. Proyeksi FedWatch CME menyebut peluang pemangkasan pertama oleh The Fed bisa terjadi pada September, dengan probabilitas mencapai 76 persen. Adapun peluang pemangkasan lebih cepat di bulan Juli hanya sebesar 19 persen.

Tekanan dari sisi global inilah yang akhirnya memukul harga emas domestik. Meski stabilitas nilai tukar rupiah atau permintaan lokal juga berperan, arah utama tetap ditentukan sentimen eksternal.

Dalam kondisi seperti ini, investor emas disarankan untuk tidak mengambil keputusan reaktif. Emas, sebagaimana aset safe haven lainnya, akan kembali bersinar saat risiko global meningkat. Untuk saat ini, pasar sedang memasuki fase optimisme yang belum tentu bertahan lama.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79