KABARBURSA.COM - Harga emas mencatat lonjakan yang signifikan, melampaui ambang US$ 2.000 dan ditutup dengan kenaikan mencapai posisi US$ 2.014,32 per ons troi pada sesi perdagangan Senin (24/11).
Andrew Fischer, seorang analis dari Deu Calion Futures (DCFX), menjelaskan bahwa pendorong utama dari lonjakan ini adalah pelemahan dolar Amerika Serikat (AS).
Pelemahan mata uang ini dipicu oleh spekulasi bahwa The Fed telah menyelesaikan siklus kenaikan suku bunga.
Para analis bahkan memperkirakan potensi penurunan suku bunga acuan oleh The Fed pada Mei 2024. Ekspektasi ini mendorong kenaikan harga emas melampaui angka US$ 2.000.
Fischer menekankan bahwa penguatan emas (XAUUSD) masih tetap tinggi karena berada dalam pola kenaikan. Tren yang ada mendukung kenaikan, tanpa tanda-tanda pembalikan yang signifikan, setidaknya dalam jangka pendek.
Pelemahan data ekonomi AS minggu ini membuat The Fed cenderung mengambil sikap dovish, mendukung potensi kenaikan harga emas pada tahun 2024.
Dengan kemungkinan penurunan suku bunga pertama pada pertengahan tahun depan, harga emas dapat terus melonjak di atas US$ 2.000, kata Fischer.
Dia juga memperingatkan bahwa pergerakan harga emas akan terus dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga The Fed. Oleh karena itu, pelaku pasar perlu memantau perkembangan The Fed dan indikator ekonomi untuk memahami dinamika yang memengaruhi harga emas.