Logo
>

Harga Emas Turun akibat Data Ekonomi AS dan Aksi ini

Ditulis oleh Syahrianto
Harga Emas Turun akibat Data Ekonomi AS dan Aksi ini

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Pada Selasa, 13 Agustus 2024, harga emas mengalami penurunan seiring dengan turunnya nilai dolar dan imbal hasil obligasi. Penurunan ini dipicu oleh data harga produsen (PPI) di Amerika Serikat (AS) yang memperkuat harapan akan pemotongan suku bunga Federal Reserve pada bulan September mendatang.

    Menurut laporan dari Reuters, harga emas spot turun 0,2 persen menjadi USD2.467,80 per ons pada pukul 17:54 GMT. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh aksi profit taking oleh para investor. Harga emas mencapai rekor tertinggi USD2.483,60 pada 17 Juli 2024 dan telah mengalami kenaikan sekitar 20 persen sepanjang tahun ini. Namun, kontrak berjangka emas AS untuk pengiriman Desember justru mengalami kenaikan tipis sebesar 0,2 persen menjadi USD2.507,80 per ons.

    Sementara itu, dolar AS mengalami penurunan sebesar 0,4 persen terhadap mata uang utama lainnya. Penurunan ini membuat emas menjadi lebih menarik bagi investor yang menggunakan mata uang selain dolar. Selain itu, imbal hasil obligasi AS untuk tenor 10 tahun turun ke level terendah dalam satu minggu, yang menunjukkan adanya penurunan tekanan inflasi. Data terbaru menunjukkan bahwa harga produsen AS meningkat lebih rendah dari perkiraan pada bulan Juli, menandakan bahwa inflasi mungkin terus mereda.

    Para trader kini menantikan data indeks harga konsumen (CPI) AS untuk bulan Juli yang akan dirilis pada Rabu, 14 Agustus 2024, serta data penjualan ritel yang dijadwalkan keluar pada Kamis, 15 Agustus 2024. Kedua laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran lebih lanjut mengenai kebijakan Federal Reserve di masa mendatang.

    Alex Ebkarian, Chief Operating Officer di Allegiance Gold, menyatakan bahwa meskipun terjadi aksi profit taking baru-baru ini, ketegangan geopolitik yang terus berlanjut dan volatilitas pasar terkini bersama dengan harapan pemangkasan suku bunga tetap mendorong investor untuk beralih ke aset yang aman seperti emas.

    Commerzbank dalam catatannya menyebutkan bahwa data inflasi AS yang akan dirilis pada hari Rabu mungkin akan memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga lebih lanjut, yang berpotensi memberikan dorongan tambahan pada harga emas. Dengan kondisi ini, pencapaian rekor baru untuk harga emas mungkin hanya tinggal menunggu waktu.

    Menurut alat FedWatch dari CME Group, para trader memperkirakan kemungkinan sekitar 54 persen untuk pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin oleh Federal Reserve pada bulan September. Dalam lingkungan suku bunga rendah, daya tarik logam mulia seperti emas biasanya meningkat.

    Untuk logam mulia lainnya, harga perak spot turun 1,2 persen menjadi USD 27,68 per ons. Sebaliknya, harga platinum naik 0,4 persen menjadi USD 939,80 per ons, dan harga paladium mengalami kenaikan sebesar 1,8 persen menjadi USD 936,29 per ons. Pergerakan harga ini mencerminkan dinamika yang beragam dalam pasar logam mulia seiring dengan perubahan kondisi ekonomi dan geopolitik global.

    Faktor Penggerak Harga Emas

    Harga emas tetap berada di level tinggi karena kekhawatiran pasar yang meningkat terkait dengan ketegangan geopolitik di Timur Tengah. BloombergNews melaporkan bahwa Iran mungkin sedang mempersiapkan serangan terhadap Israel, yang dapat memicu konflik bersenjata lebih luas di wilayah tersebut.

    Juru Bicara Gedung Putih, John Kirby, dalam pernyataannya kepada wartawan, menyatakan bahwa serangan Iran terhadap Israel bisa terjadi dalam waktu dekat, mungkin bahkan pekan ini. "AS dan sekutunya harus bersiap menghadapi kemungkinan serangan signifikan. Kemungkinan tersebut semakin besar," tegas Kirby. Kekhawatiran ini telah mendorong investor untuk mencari perlindungan di emas, yang dianggap sebagai aset aman (safe haven asset) saat situasi geopolitik tidak stabil.

    Selain ketegangan geopolitik, pernyataan dari pejabat tinggi Federal Reserve Amerika Serikat juga turut memengaruhi pergerakan harga emas. Michelle ‘Miki’ Bowman, anggota Dewan Gubernur Federal Reserve, menyatakan bahwa penurunan suku bunga acuan mungkin menjadi opsi jika kondisi ekonomi mendukung.

    Dalam sambutannya di acara yang diselenggarakan oleh Kansas Bankers Association, Bowman menyebutkan, “Jika data menunjukkan bahwa inflasi bergerak menuju target 2 persen secara berkelanjutan, maka akan menjadi layak untuk secara bertahap menurunkan suku bunga acuan. Namun, kita harus tetap sabar dan tidak bereaksi berlebihan terhadap satu data saja,” seperti yang dilaporkan oleh BloombergNews.

    Pernyataan Bowman telah memengaruhi sentimen pasar, menyebabkan para investor memperkirakan kemungkinan penurunan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bps) dan 25 bps pada bulan September menjadi sama besar, yaitu 50-50. Penurunan suku bunga akan membuat emas, yang tidak memberikan imbal hasil, menjadi lebih menarik. Dengan suku bunga yang lebih rendah, biaya peluang untuk memegang emas, yang tidak memberikan imbal hasil, menjadi lebih kecil, sehingga meningkatkan daya tariknya.

    Secara keseluruhan, ketegangan geopolitik dan potensi perubahan kebijakan suku bunga oleh Federal Reserve menjadi dua faktor utama yang mempengaruhi harga emas saat ini. Dengan situasi yang tidak pasti dan ekspektasi penurunan suku bunga, investor cenderung beralih ke emas sebagai aset pelindung nilai. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.