Logo
>

Harga Emas Turun Dihantam Optimisme Dagang dan Kuatnya Dolar

Harga emas dunia tertekan setelah muncul optimisme kesepakatan dagang global dan penguatan dolar AS yang mengurangi minat investor pada aset aman.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Emas Turun Dihantam Optimisme Dagang dan Kuatnya Dolar
Emas tergelincir usai dolar AS menguat dan imbal hasil naik. Sentimen risiko pulih karena peluang kesepakatan dagang AS–Asia. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Harga emas dunia turun lebih dari 1 persen pada perdagangan Rabu, 9 Juli 2025, dini hari WIB. Penurunan ini dipicu meningkatnya optimisme pasar terhadap kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan mitra perdagangannya. Penguatan dolar AS dan naiknya imbal hasil obligasi pemerintah turut menekan minat pelaku pasar terhadap aset lindung nilai seperti emas.

    Dilansir dari Reuters di Jakarta, Rabu, Harga spot emas tercatat melemah 0,8 persen ke level USD3.307,16 per ons troi (sekitar Rp53,1 juta dengan kurs Rp16.300), pada pukul 13:49 siang waktu New York. Sementara itu, emas berjangka AS ditutup turun ke USD3.316,9 (sekitar Rp54 juta).

    Imbal hasil surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun naik ke level tertinggi dalam dua pekan, membuat instrumen tanpa imbal hasil seperti emas menjadi kurang menarik. Indeks dolar (DXY) juga menguat tipis 0,1 persen terhadap mata uang utama dunia lainnya.

    Dari Asia, Jepang dan Korea Selatan menyatakan akan melakukan negosiasi dengan pemerintahan Trump untuk mengurangi dampak dari tarif impor baru yang akan diberlakukan mulai 1 Agustus. Sebelumnya, Presiden Donald Trump memperingatkan 14 negara bahwa mereka akan menghadapi tarif lebih tinggi sebagai bagian dari strategi tekanan dagang terbarunya.

    Meski perang dagang kembali memanas, penundaan pemberlakuan tarif selama tiga pekan memberi ruang bagi negara-negara terdampak untuk mencari jalan tengah. Hal ini menumbuhkan sedikit harapan pasar bahwa kesepakatan bisa dicapai, dan menurunkan kebutuhan akan emas sebagai aset aman.

    “Fokus pasar saat ini tertuju pada tenggat 9 Juli, ketika tekanan dari administrasi Trump makin meningkat. Tapi optimisme terhadap kemungkinan kesepakatan dagang mendorong sentimen risk-on dan membuat emas tetap tertekan,” ujar Peter Grant, wakil presiden dan kepala strategi logam di Zaner Metals.

    Sementara itu, pelaku pasar juga menanti risalah rapat kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve) yang akan dirilis Rabu waktu setempat. Beberapa pejabat The Fed juga dijadwalkan berbicara pekan ini untuk memberikan petunjuk arah kebijakan selanjutnya.

    “Ancaman tarif yang bisa memicu inflasi kemungkinan membuat The Fed menunda pemangkasan suku bunga hingga tahun depan, dan ini akan menahan laju harga emas,” kata Hamad Hussain, ekonom iklim dan komoditas dari Capital Economics.

    Investor saat ini memperkirakan pemangkasan suku bunga acuan The Fed sebesar 50 basis poin akan terjadi pada akhir tahun, dimulai pada Oktober mendatang.

    Untuk logam mulia lainnya, perak spot turun 0,3 persen ke USD36,64 per ons troi (sekitar Rp597 ribu), platinum merosot 0,8 persen ke USD1.359,90 (sekitar Rp22,2 juta), sedangkan palladium stagnan di USD1.111,36 (sekitar Rp18,1 juta).(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).