Logo
>

Harga Emas Turun, Tanda Perang Dagang Mulai Mendingin?

Harga emas dunia terkoreksi dua persen akibat penguatan dolar AS dan tanda-tanda meredanya ketegangan dagang AS-Tiongkok, mengakhiri pekan ini dengan pelemahan tipis.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Emas Turun, Tanda Perang Dagang Mulai Mendingin?
Emas Perhiasa di Pameran Emas The Palace National Jeweler di Mal Kota Kasablanka (Kokas), Kamis, 10 April 2025. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Harga emas dunia ambles 2 persen pada Sabtu, 26 April 205, dini hari WIB dan bersiap menutup pekan dengan penurunan. Pelemahan ini seiring menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat serta munculnya tanda-tanda meredanya ketegangan dagang antara AS dan China.

    Mengutip laporan Reuters di Jakarta, Sabtu, harga spot emas tercatat melemah 1,7 persen ke level USD3.292,99 per ons troi. Di sesi perdagangan sebelumnya, harga bahkan sempat jatuh 2 persen. Secara keseluruhan, emas sudah terkoreksi 1,2 persen dalam sepekan terakhir.

    Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup turun 1,5 persen di posisi USD3.298,40 per ons troi.

    Analis komoditas di TD Securities, Daniel Ghali, mengatakan kabar tentang potensi detente atau meredanya ketegangan tarif berdampak negatif pada harga emas. “Namun sejauh ini belum ada aksi jual besar-besaran,” ujarnya.

    Ia menambahkan, investor justru masih terlihat memanfaatkan momentum penurunan harga untuk membeli emas dalam beberapa sesi terakhir sehingga ada kemungkinan tren kenaikan akan kembali berlanjut.
    Sentimen pelonggaran perang dagang menguat setelah kabar bahwa pemerintah Tiongkok mempertimbangkan untuk membebaskan sebagian barang impor AS dari tarif 125 persen. Beijing dilaporkan tengah meminta masukan dari kalangan bisnis terkait daftar barang mana saja yang bisa masuk daftar pembebasan.

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump juga mengisyaratkan adanya de-eskalasi dalam perang tarif. Ia menyebutkan bahwa pembicaraan langsung antara kedua negara sudah mulai berjalan.

    Di sisi lain, dolar AS menguat dan mencatatkan kenaikan mingguan pertamanya sejak Maret. Penguatan dolar ini membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pembeli dari luar negeri.

    Sepanjang tahun ini, harga emas sudah melonjak lebih dari 25 persen, didorong oleh ketegangan geopolitik, kekhawatiran ekonomi global, serta permintaan kuat dari bank-bank sentral. Emas bahkan sempat menyentuh rekor tertingginya di USD3.500,05 per ons troi.

    Analis pasar di City Index dan FOREX.com, Fawad Razaqzada, mengatakan kekhawatiran soal perang dagang memang menjadi pendorong utama lonjakan emas sebelumnya. “Tapi bisa saja butuh waktu cukup lama sebelum ada kemajuan konkret, jadi kekhawatiran itu belum sepenuhnya hilang,” katanya.

    Untuk logam mulia lainnya, harga perak spot turun 1,6 persen menjadi USD33,03 per ons troi, meski masih mengarah pada kenaikan mingguan ketiga berturut-turut. Harga platinum ikut melemah 0,5 persen ke USD965,53, sedangkan palladium tergelincir 1,8 persen ke USD936,89.

    Goldman Sachs Prediksi Harga Emas Tembus USD3.700 Tahun ini

    Goldman Sachs kembali menaikkan proyeksi harga emas di akhir tahun 2025. Dalam catatan riset terbarunya, bank investasi raksasa asal Amerika Serikat ini memperkirakan harga emas bisa mencapai USD3.700 (Rp61.790.000) per ons troi, naik dari prediksi sebelumnya sebesar USD3.300. Bahkan, mereka mematok kisaran perdagangan antara USD3.650 hingga USD3.950 per ons troi.

    Goldman menyebutkan, revisi ini didorong oleh permintaan yang lebih kuat dari bank-bank sentral dunia serta arus masuk dana ke produk Exchange Traded Fund (ETF) emas yang meningkat akibat kekhawatiran resesi global. “Jika resesi benar-benar terjadi, arus masuk ke ETF bisa semakin deras dan mendorong harga emas menembus USD3.880 per ons troi pada akhir tahun,” tulis Goldman Sachs dalam laporannya, dikutip dari Yahoo Finance.

    Namun, bank itu juga memberikan catatan. Jika pertumbuhan ekonomi ternyata lebih kuat dari perkiraan akibat berkurangnya ketidakpastian kebijakan, maka aliran dana ke ETF bisa kembali melambat. Dengan begitu, harga emas diprediksi lebih mendekati kisaran USD3.550 per ons troi.

    Di sisi lain, Gedung Putih baru-baru ini mengumumkan pengecualian tarif untuk produk-produk seperti ponsel pintar dan komputer dalam skema tarif “resiprokal” Amerika Serikat. Meski demikian, Presiden Donald Trump tetap memperingatkan kemungkinan pemberlakuan tarif di kemudian hari tetap terbuka.

    Sementara itu, harga emas di pasar spot sempat mencetak rekor baru lagi pada awal pekan ini, mencapai USD3.245,42 per ons troi. Namun, arah pergerakan harga masih cenderung tidak pasti lantaran pasar tengah mencerna perkembangan cerita perang tarif AS-China.

    Goldman Sachs juga merevisi asumsi permintaan dari bank sentral. Mereka memperkirakan pembelian emas oleh bank sentral kini mencapai 80 ton per bulan, naik dari estimasi sebelumnya sebesar 70 ton.

    Sementara itu, JP Morgan memproyeksikan harga emas mencapai rata-rata USD3.675 (sekitar Rp61.372.500) per ons troi pada kuartal keempat 2025, dan terus bergerak naik hingga menembus USD4.000 (sekitar Rp66.800.000) per ons troi pada kuartal kedua 2026. Lonjakan ini seiring meningkatnya potensi resesi akibat lonjakan tarif AS dan memanasnya kembali perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

    JP Morgan juga mengingatkan ada peluang harga emas melampaui proyeksi tersebut lebih cepat dari perkiraan, apabila permintaan investor dan bank sentral melebihi ekspektasi pasar. “Yang menopang proyeksi harga emas menembus USD4.000 per ons tahun depan adalah permintaan kuat dari investor dan bank sentral, dengan rata-rata net demand sekitar 710 ton per kuartal sepanjang tahun ini,” tulis analis JP Morgan dalam riset tersebut, dikutip dari Reuters.

    Sepanjang tahun ini, harga spot emas sudah melonjak 29 persen dan menorehkan 28 rekor harga baru, termasuk saat pertama kalinya menembus level USD3.500 (sekitar Rp58.450.000) per ons troi pada Selasa, 8 April 2025 lalu. Sebelumnya, Goldman Sachs juga menaikkan proyeksi harga emas akhir 2025 dari USD3.300 menjadi USD3.700 (sekitar Rp61.790.000) per ons troi. Bahkan dalam skenario ekstrem, Goldman membuka kemungkinan harga emas bisa menyentuh kisaran USD4.500 (sekitar Rp75.150.000) per ons troi pada akhir tahun depan.

    Meski demikian, JP Morgan mengingatkan ada sejumlah risiko yang bisa membalikkan tren emas. Salah satu ancaman utamanya adalah penurunan drastis permintaan dari bank sentral, yang saat ini menjadi salah satu motor utama kenaikan harga emas.

    “Risiko penurunan yang lebih serius akan muncul bila ekonomi AS ternyata tetap tangguh terhadap dampak tarif. Jika itu terjadi, Federal Reserve bisa menjadi lebih agresif dalam merespons potensi inflasi, sehingga pasar mulai memperkirakan kenaikan suku bunga bahkan sebelum inflasi betulan muncul,” jelas para analis JP Morgan.

    Sementara untuk logam mulia lainnya, JP Morgan memperkirakan pergerakan harga perak akan menghadapi hambatan jangka pendek akibat ketidakpastian permintaan industri. Namun, bank tersebut melihat adanya peluang catch-up rally pada paruh kedua 2025, dengan target harga perak naik ke kisaran USD39 (sekitar Rp651.300) per ons troi pada akhir tahun depan.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).