KABARBURSA.COM - Harga komoditas gas Eropa telah melonjak sebesar 13 persen mencapai level tertinggi sepanjang tahun 2024. Kenaikan ini dipicu oleh pemadaman listrik di pabrik pemrosesan gas di Norwegia. Pasokan gas dari Norwegia menjadi semakin penting setelah sebagian besar negara-negara di Eropa menghentikan impor gas dari Rusia.
Harga acuan gas TTF Eropa melesat di atas 38 Euro per megawatt jam di Intercontinental Exchange, naik lebih dari 13 persen sebelum akhirnya kembali turun ke 36,80 Euro. Lonjakan harga tersebut merupakan yang tertinggi sejak awal Desember 2023.
Norwegia saat ini menjadi pemasok gas alam terbesar di Eropa, menyumbang 30 persen dari pasokan blok tersebut tahun lalu. Ini terjadi setelah sebagian besar pengiriman pipa dari Rusia terhenti akibat invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada 2022. Pemadaman listrik yang tidak direncanakan di Norwegia cenderung memicu reaksi tajam di pasar.
Meskipun Eropa memiliki tingkat penyimpanan gas yang cukup dalam, harga gas terus melonjak. Lokasi penyimpanan di Uni Eropa sudah terisi lebih dari 70 persen hingga Sabtu, 1 Juni 2024), mencapai level tertinggi kedua selama tahun ini. Komisi Eropa telah menetapkan target untuk mencapai level penyimpanan 90 persen pada November, namun para analis memperkirakan bahwa stok tersebut dapat terisi penuh pada musim panas.
Harga gas telah menunjukkan tren kenaikan sejak akhir Mei, setelah peringatan dari grup energi Austria, OMV, bahwa Gazprom mungkin akan menghentikan pengiriman gas menyusul putusan pengadilan yang melibatkan perusahaan tersebut. Hal ini mempertanyakan kelangsungan pasokan pipa Rusia yang tersisa ke Eropa.
Pemadaman di Norwegia terjadi di fasilitas yang memasok gas ke pabrik gas Nyhamna, yang memiliki kapasitas untuk memproses 79,8 juta meter kubik per hari. Gassco, perusahaan milik negara Norwegia yang mengelola sistem transportasi gas, menyatakan bahwa masalah ini dijadwalkan akan berlangsung selama "durasi yang tidak pasti".
Di sisi lain, permintaan gas alam cair (LNG) di Asia semakin meningkat karena gelombang panas, yang berarti harga gas Eropa harus tetap tinggi agar kawasan tersebut dapat menarik kargo LNG. Gas merupakan sumber energi pengganti batu bara di Eropa, sehingga pemadaman listrik di pabrik pemrosesan gas di Norwegia dapat mendorong kenaikan harga batu bara.
Namun, harga batu bara global acuan New Castle untuk kontrak Juli 2024 mengalami penurunan pada Selasa, 4 Juni 2024, tercatat sebesar US$140,05 per ton, turun 4,65 persen. Penurunan harga ini terjadi setelah China meningkatkan kapasitas energi terbarukan.
Laporan Badan Energi Internasional (IEA) mengungkapkan bahwa China memasang hampir 350 gigawatt (GW) kapasitas energi terbarukan baru pada 2023, lebih dari separuh total kapasitas global. Jika China dapat mempertahankan tingkat pertumbuhan ini, kemungkinan besar negara tersebut akan melampaui target energi terbarukan 2030 pada tahun ini.
Perubahan iklim dan kekhawatiran atas ketergantungan pada energi fosil telah mendorong banyak negara, termasuk China, untuk beralih ke sumber energi terbarukan. Penurunan harga batu bara juga sejalan dengan peningkatan investasi dalam teknologi energi terbarukan, yang membuatnya semakin kompetitif. Di samping itu, China juga memandang energi terbarukan sebagai peluang untuk mengurangi polusi udara yang serius di negara tersebut. Pengurangan polusi udara menjadi fokus utama pemerintah China dalam upaya meningkatkan kualitas udara dan kesehatan masyarakat.
Meskipun harga gas Eropa mengalami kenaikan yang signifikan, penurunan harga batu bara global memberikan sedikit lega bagi beberapa negara yang mengandalkan batu bara sebagai sumber energi utama mereka. Kenaikan harga gas Eropa dapat mendorong negara-negara tersebut untuk mencari alternatif energi yang lebih murah dan ramah lingkungan.
Adapun faktor yang mempengaruhi naiknya harga gas di Eropa antara lain tingkat konsumsi gas alam, baik di Eropa maupun di luar Eropa dapat mempengaruhi harga. Faktor-faktor seperti cuaca, pertumbuhan ekonomi, dan kebijakan energi dapat memengaruhi permintaan dan penawaran gas alam. Begitu pula dengan pasokan gas dari produsen utama seperti Rusia, Norwegia, dan negara-negara lain. Ketegangan geopolitik, perubahan kebijakan, atau masalah teknis di negara produsen dapat memengaruhi ketersediaan dan harga gas.
Pasar LNG global juga dapat mempengaruhi harga gas di Eropa. Permintaan yang tinggi dari pasar Asia, misalnya, dapat mengarah pada pengalihan pasokan LNG dari Eropa ke Asia, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi harga di Eropa. Termasuk kebijakan pemerintah, baik di tingkat nasional maupun di tingkat Uni Eropa, terkait dengan energi dan lingkungan, dapat memengaruhi harga gas. Misalnya, kebijakan pengurangan emisi karbon atau insentif untuk energi terbarukan dapat memengaruhi permintaan dan penawaran gas alam.
Terakhir, kenaikan harga komoditas gas di Eropa juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor pasar seperti fluktuasi nilai tukar mata uang, spekulasi pasar, dan kejadian global lainnya juga dapat memengaruhi harga gas.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.