Logo
>

Harga Logam Terus Terkerek, TINS Diprediksi Bullish setelah Pullback

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Logam Terus Terkerek, TINS Diprediksi Bullish setelah Pullback

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Stimulus ekonomi China bernilai jumbo dinilai telah mengerek harga logam, di antaranya harga komoditas nikel, tembaga, hingga timah. Salah satu saham yang mendapatkan cuan besar adalah PT Timah Tbk (TINS) yang berhasil menyelesaikan fase pullback-nya.

    Saham PT Timah Tbk (TINS) menunjukkan tanda-tanda positif setelah menyelesaikan fase pullback. Dengan harga saat ini di Rp1.205, saham ini mencatatkan keuntungan sebesar Rp25, atau sekitar 2.12 persen, setelah dibuka pada harga Rp1.130. Dalam beberapa sesi terakhir, TINS mengalami fluktuasi yang cukup signifikan, mencatatkan level tertinggi di Rp1.215 dan terendah di Rp1.110.

    Salah satu faktor utama yang memicu optimisme di pasar adalah berhasilnya TINS breakout dari level resistance Rp1.090 hingga Rp1.100. Penembusan ini kemudian diikuti dengan retest, yang berfungsi sebagai konfirmasi bahwa level tersebut sekarang menjadi support yang kuat.

    Para analis percaya bahwa selama saham ini bertahan di atas level support baru ini, TINS memiliki potensi untuk melanjutkan tren penguatan.

    Target Harga

    Para investor dan analis memperkirakan bahwa TINS dapat melanjutkan pergerakan bullish hingga mencapai target harga Rp1.450, dengan target minor di Rp1.225. Ini menunjukkan potensi upside yang menarik bagi para pemegang saham. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap investasi memiliki risiko, dan fluktuasi harga yang cepat bisa terjadi.

    Untuk menjaga risiko, disarankan bagi investor untuk mempertimbangkan level stop loss di Rp1.085. Ini memberikan batasan kerugian yang jelas jika terjadi pembalikan tren. Dengan demikian, para investor bisa menjaga modal mereka sambil tetap membuka peluang untuk keuntungan lebih lanjut.

    Dengan volume perdagangan mencapai 386 ribu lot dan nilai transaksi sekitar Rp46,3 miliar, terlihat adanya minat yang signifikan dari pasar terhadap saham TINS. Volume yang meningkat sering kali menjadi indikator kuat bahwa tren bullish ini dapat berlanjut, dengan banyak trader yang ingin mengambil posisi di saham ini.

    Secara keseluruhan, saham TINS menunjukkan potensi bullish yang kuat setelah pullback yang telah diselesaikan. Dengan dukungan dari level resistance yang telah ditembus dan minat pasar yang tinggi, ada peluang bagi TINS untuk mencapai target harga yang lebih tinggi.

    Namun, Kalvin Lie, seorang trader, meminta investor untuk tetap berhati-hati dan mempertimbangkan risiko yang ada. Pemantauan terhadap perkembangan pasar dan pergerakan harga selanjutnya akan menjadi kunci untuk mengambil keputusan investasi yang tepat.

    Stimulus Jumbo China

    Bank Sentral China (PBoC) pada pekan lalu mengumumkan langkah signifikan dalam rangka mendongkrak pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Dalam upaya mencapai target pertumbuhan tahunan sebesar 5 persen, PBoC menginformasikan bahwa mereka akan meluncurkan stimulus fiskal besar-besaran, termasuk mencabut pembatasan pembelian rumah utama yang diharapkan dapat mendorong sektor perumahan.

    Rencana ini juga mencakup penerbitan obligasi khusus senilai 2 triliun yuan (sekitar USD284,43 miliar) untuk mensubsidi program penggantian barang konsumsi dan peralatan bisnis, serta membantu mengatasi masalah utang yang dihadapi beberapa sektor​.

    Stimulus ini kemudian menaikkan harga nikel di pasar London Metal Exchange (LME) tercatat rata-rata sebesar USD16.435 per ton, mengalami penurunan triwulanan sebesar 12,8 persen. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya pasokan nikel dari produsen Indonesia yang kembali beroperasi, yang telah membanjiri pasar dengan produk nikel kelas 2.

    Selain itu, produksi nikel Kelas 1 di Tiongkok dan Indonesia juga berkontribusi pada tekanan harga tersebut. Target harga nikel untuk tahun 2024-2026 kini direvisi menjadi USD17.100, USD17.200, dan USD17.500 per ton.

    Di sisi lain, harga tembaga menunjukkan tren kenaikan yang signifikan, melonjak 16,8 persen sejak awal tahun hingga 24 September 2024, mendekati USD10.000 per ton.

    Kenaikan ini dipicu oleh stimulus dari Tiongkok yang meningkatkan permintaan tembaga, terutama untuk infrastruktur jaringan listrik dan pembangkit listrik energi bersih. Target harga tembaga pun direvisi menjadi USD9.300 per ton​ .

    Sementara itu, stok timah di LME juga mengalami penurunan drastis sebesar 41,1 persen sejak awal tahun, mencapai 4,7 ribu ton. Penurunan stok ini terjadi akibat permintaan yang kuat dari Tiongkok, terutama setelah rilis stimulus jumbo.

    Harga timah di LME meroket 32 persen selama tahun berjalan, mencapai USD32.008 per ton. Diperkirakan pertumbuhan permintaan yang moderat akan terjadi seiring membaiknya kondisi ekonomi makro, dengan target harga timah untuk 2024-2026 direvisi menjadi USD30.000, USD31.000, dan USD31.500 per ton.

    Dengan langkah-langkah tersebut, Tiongkok berusaha menggenjot kembali ekonominya di tengah tantangan global yang dihadapi, dan pasar akan terus memantau dampak dari stimulus ini terhadap harga komoditas dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79