KABARBURSA.COM-Dalam penutupan perdagangan Jumat, harga minyak mengalami penurunan sekitar 2 persen, menuju penurunan mingguan. Data pekerjaan Amerika Serikat (AS) memperkecil kemungkinan penurunan suku bunga dalam waktu dekat di negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
Kondisi ekonomi AS yang melemah dapat mengurangi permintaan minyak mentah. Sementara itu, pertumbuhan yang melambat di Tiongkok dan potensi meredanya ketegangan di Timur Tengah juga ikut menekan harga minyak.
Pada Jumat (2/2), harga minyak mentah West Texas Intermediate AS kontrak Maret 2024 di New York Mercantile Exchange turun 2,09 persen ke US$ 72,28 per barel. Dalam sepekan, harga minyak WTI mengalami penurunan signifikan sebesar 7,34 persen.
Harga minyak Brent kontrak April 2024 di ICE Futures juga mengalami penurunan sebesar 1,74 persen, menjadi US$ 77,33 per barel. Harga minyak acuan internasional ini merosot 6,77 persen dalam satu minggu.
Prospek suku bunga tinggi tampaknya akan bertahan dalam jangka pendek. Tingkat suku bunga yang tinggi memiliki potensi untuk menghambat pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak di negara-negara besar seperti AS dan Zona Euro.
Data pada Jumat menunjukkan penambahan lapangan pekerjaan oleh pengusaha AS lebih banyak dari perkiraan pada bulan Januari. Data terbaru ini mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga Federal Reserve dalam jangka pendek. Akibatnya, dolar menguat terhadap mata uang utama lainnya.
Meskipun harga-harga bergerak sedikit sebelum laporan ini, penurunan besar dalam penciptaan lapangan kerja meningkatkan peluang penurunan suku bunga, kata Matt Smith, analis di Kpler kepada Reuters.
Bank Sentral Eropa juga menyatakan bahwa masih terlalu dini untuk menurunkan suku bunga di Zona Euro.
Sementara itu, kekhawatiran terhadap pemulihan ekonomi Tiongkok terus berlanjut. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi China akan melambat menjadi 4,6 persen pada tahun 2024 dan terus menurun menjadi sekitar 3,5 persen pada tahun 2028.
Penurunan mingguan harga minyak terjadi setelah laporan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang tidak berdasar menyebabkan penurunan lebih dari 2 persen pada hari Kamis.
Para mediator sedang menunggu tanggapan proposal perpanjangan gencatan senjata pertama dalam konflik tersebut. Gencatan senjata ini dapat mengurangi risiko politik yang memengaruhi jalur pelayaran Teluk dan Laut Merah, yang sangat penting bagi aliran energi global.
Pada hari Kamis, sumber mengatakan bahwa OPEC+ memutuskan untuk mempertahankan kebijakan produksinya tidak berubah. Keputusan tentang apakah akan memperpanjang pengurangan produksi minyak sukarela akan diambil pada bulan Maret.
OPEC+ saat ini menerapkan pengurangan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari (bph) untuk kuartal pertama, sesuai dengan pengumuman pada bulan November.
Harga minyak juga dipengaruhi oleh pemadaman di kilang minyak BP berkapasitas 435.000 barel per hari di Whiting, Indiana. Pemadaman ini terjadi akibat gangguan listrik pada Kamis sore, seperti yang diungkapkan oleh Bob Yawger dari bank Mizuho.
Meskipun listrik di kilang sudah pulih pada tengah hari Jumat, BP tidak memberikan informasi tentang dampaknya pada pengolahan minyak mentah.