KABARBURSA.COM – Harga minyak global bergerak terbatas pada perdagangan Senin, 1 Desember 2025, di tengah kombinasi sentimen stabilisasi produksi oleh OPEC+ dan meningkatnya kekhawatiran surplus pasokan dari produsen non-OPEC+.
Minyak mentah acuan Brent berada di kisaran USD 63,118, turun tipis 0,11 persen, sementara minyak mentah Amerika Serikat (WTI) diperdagangkan mendekati USD 59,287, melemah 0,26 persen.
Pergerakan terbatas ini mencerminkan sikap hati-hati pelaku pasar setelah OPEC+ memutuskan untuk mempertahankan kebijakan produksi hingga kuartal I 2026. Keputusan tersebut disampaikan dalam pertemuan akhir pekan lalu dan menjadi penopang utama harga dalam beberapa hari terakhir.
Menurut laporan Reuters, aliansi produsen tersebut sepakat menahan output pada level saat ini untuk menjaga keseimbangan pasar di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Reuters menyebutkan bahwa keputusan ini dipandang pasar sebagai langkah untuk mencegah tekanan harga yang lebih dalam akibat potensi kenaikan pasokan dari luar OPEC+.
Sehari setelah keputusan itu, harga minyak sempat menguat lebih dari 1,5 persen. Dalam laporan terpisah Reuters, 30 November 2025, disebutkan bahwa:
“Kontrak berjangka Brent naik 94 sen atau sekitar 1,51 persen ke posisi USD 63,32 per barel setelah OPEC+ memutuskan mempertahankan tingkat produksi,” tulis Reuters, dikutip KabarBursa.com, Senin, 1 Desember 2025.
Hal ini mengindikasikan bahwa pasar merespons positif keputusan stabilitas produksi, meski efeknya tidak berlangsung lama.
Sementara itu, sentimen lain yang membebani pasar datang dari prospek kelebihan pasokan minyak global. Dalam sebuah survei pasar yang diterbitkan Reuters pada 28 November 2025, para analis memperkirakan harga minyak berpotensi berada pada kisaran yang lebih rendah tahun depan.
Survei itu menyebutkan bahwa harga Brent diperkirakan rata-rata hanya USD 62,23 per barel pada 2026, sementara WTI diproyeksi bergerak di sekitar USD 59 per barel.
Masih menurut survei tersebut, faktor utama yang menekan prospek harga adalah peningkatan produksi dari negara-negara non-OPEC+, terutama dari kawasan Amerika Utara dan Afrika, yang diperkirakan melampaui pertumbuhan permintaan global.
Kombinasi dari kedua faktor, stabilisasi oleh OPEC+ dan ancaman oversupply, menjadikan pasar berada dalam fase ketidakpastian moderat. Investor kini menantikan rilis data persediaan minyak Amerika Serikat pekan ini, yang akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai tingkat konsumsi energi domestik.
Pada saat yang sama, pelaku pasar juga memantau perkembangan kebijakan produsen minyak non-OPEC+ yang berpotensi menentukan arah harga dalam beberapa bulan ke depan.
Untuk saat ini, para analis menilai ruang penguatan harga masih terbatas, namun pasar tidak berada pada zona tekanan ekstrem berkat kebijakan produksi OPEC+ yang relatif stabil.(*)