Pada awal sesi, harga minyak mentah AS dan Brent sempat mencapai posisi terendah dalam empat bulan. Minyak mentah AS telah mengalami penurunan selama lima hari perdagangan berturut-turut, dengan kontrak Juli anjlok 3,6 persen setelah pertemuan OPEC+ akhir pekan lalu.
OPEC+, yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, berencana untuk menghapus pengurangan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari mulai Oktober 2024 hingga September 2025. Ini berarti pasokan minyak akan meningkat pada kuartal keempat tahun ini.
“Reaksi pasar negatif karena rencana peningkatan produksi minyak, tetapi memberi kegembiraan bagi konsumen,” kata Tamas Varga, analis di pialang minyak PVM, dalam sebuah catatan pada Selasa yang dikutip oleh CNBC International.
Selain itu, penurunan harga minyak juga disebabkan oleh kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi. Pada hari Senin, sebuah laporan menunjukkan bahwa sektor manufaktur AS mengalami kontraksi, menambah tekanan pada harga minyak.
Permintaan Bahan Bakar
Harga minyak mentah mencatat penurunan mingguan di tengah kekhawatiran akan perlambatan permintaan bahan bakar akibat kebijakan suku bunga yang lebih ketat oleh bank sentral utama.
Pada akhir perdagangan Jumat, harga minyak Brent berjangka ditutup pada $81,16 per barel, turun 0,25 persen dari minggu sebelumnya. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir di $76,61 per barel, mengalami penurunan mingguan sebesar 0,32 persen.
Penurunan harga ini dipicu oleh kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga agresif oleh The Fed dan bank sentral lainnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global, yang pada gilirannya akan menekan permintaan bahan bakar.
Investor tengah memperhatikan risalah pertemuan kebijakan terbaru The Fed, yang menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan mempertanyakan apakah tingkat suku bunga saat ini cukup tinggi untuk memerangi inflasi.
Kekhawatiran akan permintaan bahan bakar semakin diperparah oleh penguatan dolar AS, yang membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Namun, ada beberapa faktor yang membantu menstabilkan harga. Permintaan bensin di AS mencapai level tertinggi sejak November, didorong oleh musim mengemudi musim panas yang segera tiba. Selain itu, pasar menantikan pertemuan OPEC+ pada 1 Juni, di mana kelompok tersebut akan membahas apakah akan memperpanjang pemotongan produksi minyak secara sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari.
Secara keseluruhan, prospek harga minyak dalam waktu dekat tetap suram karena ketidakpastian atas permintaan bahan bakar dan kebijakan suku bunga. Investor akan terus memantau data ekonomi dan pernyataan dari pejabat bank sentral untuk petunjuk tentang arah pasar.
Pergerakan harga minyak dalam waktu dekat akan bergantung pada keseimbangan antara faktor-faktor yang mendukung permintaan dan penawaran. Jika kekhawatiran permintaan terus meningkat dan kebijakan suku bunga yang lebih ketat diberlakukan, harga minyak kemungkinan akan mengalami tekanan ke bawah. Namun, jika pemulihan ekonomi global berlanjut dan OPEC+ mempertahankan pembatasan produksinya, harga dapat kembali stabil.
Berikut beberapa faktor tambahan yang dapat mempengaruhi harga minyak:
Ketegangan geopolitik: Kenaikan ketegangan di Timur Tengah atau Ukraina dapat mengganggu pasokan minyak dan mendorong harga lebih tinggi. Badai dan gangguan cuaca lainnya: Peristiwa cuaca ekstrem dapat mengganggu produksi dan infrastruktur minyak, menyebabkan lonjakan harga sementara.
Perubahan persediaan: Peningkatan atau penurunan persediaan minyak mentah AS dapat berdampak signifikan pada harga.
Permintaan dari negara-negara berkembang: Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang dapat meningkatkan permintaan minyak dan mendorong harga lebih tinggi.
Perdagangan Pekan Lalu
Harga minyak kembali menguat pada perdagangan Rabu 29 Mei 2024 pagi. Pukul 07.57 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli 2024 di New York Mercantile Exchange tercatat di US$80,27 per barel, naik 0,55 persen dari sehari sebelumnya yang berada di US$79,83 per barel.
Mengutip Reuters, kenaikan harga minyak didukung oleh ekspektasi bahwa OPEC+ akan memperpanjang pembatasan pasokan minyak mentah pada pertemuan 2 Juni mendatang. Selain itu, kenaikan ini juga didorong oleh dimulainya musim mengemudi di musim panas AS.
Pertemuan anggota OPEC+ akan digelar secara daring pada Minggu (2/6). Para analis dan trader memperkirakan OPEC+ akan melanjutkan pengurangan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari.
“Kami memperkirakan OPEC+ akan memperpanjang pengurangan produksi saat ini, setidaknya selama tiga bulan lagi,” ujar analis UBS dalam catatan yang dikutip Reuters.
Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates menyebutkan, “Kenaikan harga minggu ini difasilitasi oleh melemahnya dolar secara signifikan dan berkembangnya konsensus bahwa OPEC+ akan memperpanjang pengurangan produksi pada pertemuan akhir pekan mendatang.”
Dolar tergelincir 0,1 persen ke level terendah lebih dari satu minggu.
Investor akan mencermati data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti AS, yang merupakan ukuran inflasi utama untuk Federal Reserve, yang akan dirilis pada hari Jumat.
Meskipun suasana cerah terlihat dalam dua hari terakhir, Tamas Varga dari broker PVM menyatakan bahwa kekhawatiran suku bunga akan bertindak sebagai “rem” terhadap upaya lebih lanjut untuk menaikkan harga minyak dalam waktu dekat.
Data dari perusahaan analisis penerbangan OAG menunjukkan, jumlah kursi penerbangan domestik AS pada bulan Mei naik 5 persen secara bulanan dan hampir 6 persen secara tahunan menjadi sedikit di atas 90 juta, melampaui level tahun 2019. Data perjalanan udara ini juga membantu mendorong harga minyak