KABARBURSA.COM - Harga Referensi (HR) komoditas minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) untuk penetapan Bea Keluar (BK) dan tarif Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BLU BPDP-KS), atau biasa dikenal sebagai Pungutan Ekspor (PE), periode Februari 2025 adalah sebesar USD955,44 per metrik ton (MT). Nilai ini turun sebesar USD104,10 atau 9,82 persen dari HR CPO periode 1-31 Januari 2025yang tercatat sebesar USD1.059,54/MT.
Penetapan ini tercantum dalam Keputusan Menteri Perdagangan (Kepmendag) Nomor 123Tahun 2025 tentang HR CPO yang Dikenakan BK dan Tarif Layanan Umum BPDP-KS periode Februari 2025.
Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Isy Karim mengatakan, BK CPO periode Februari 2025 merujuk pada Kolom Angka 7 Lampiran Huruf C Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 38 Tahun 2024 sebesar USD 124/MT.
Sementara itu, PECPO periode Februari 2025 merujuk pada Lampiran I PMK Nomor 62 Tahun 2024 sebesar 7,5 persen dari HR CPO periode Februari 2025, yaitu sebesar USD71,6581/MT.
“Saat ini, HRCPO turun mendekati ambang batas sebesarUSD680/MT. Untuk itu, merujuk pada PMK yang berlaku saat ini, pemerintah mengenakan BKCPO sebesar USD124/MT dan PECPO sebesar 7,5 persen dari HRCPO Februari 2025, yaitu sebesar USD71,6581/MT untuk periode Februari 2025,” tutur Isy.
Sumber harga untuk penetapan HR CPO dimaksud diperoleh dari rata-rata harga selama periode25 Desember—24 Januari 2024 pada bursa CPO di Indonesia sebesar USD867,83/MT, bursa CPO di Malaysia sebesar USD1.043,05/MT, dan pasar lelang CPO Rotterdam sebesar USD1.253,90/MT.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 46 Tahun 2022, bila terdapat perbedaan harga rata-rata pada tiga sumber harga sebesar lebih dari USD40, maka perhitungan HR CPO menggunakan rata-rata dari dua sumber harga yang menjadi median dan sumber harga terdekat dari median.
Oleh karena itu, harga referensi bersumber dari bursa CPO di Malaysia dan bursa CPO di Indonesia. Sesuai dengan perhitungan tersebut, ditetapkan HR CPO sebesar USD955,44/MT.
Selain itu, minyak goreng (Refined, Bleached, and Deodorized/RBD palm olein) dalam kemasan bermerek dan dikemas dengan berat bersih ≤25 kg dikenakan BK USD31/MT dengan penetapan merek sebagaimana tercantum dalam Kepmendag Nomor 124 Tahun 2025 tentang Daftar Merek Refined, Bleached, and Deodorized (RBD) Palm Olein dalam Kemasan Bermerek dan Dikemas dengan Berat Netto ≤25 Kg.
Penurunan HR CPO tersebut dikarenakan beberapa faktor, yaitu penurunan permintaan terutama dari India dan penurunan harga minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai dan rapeseed.
Sementara itu, HR biji kakao periode Februari 2025 ditetapkan sebesar USD 11.102,84/MT, meningkat sebesar USD553,25 atau 5,24 persen dari bulan sebelumnya. Hal ini berdampak pada peningkatan Harga Patokan Ekspor (HPE) biji kakao pada Februari 2025 menjadi USD 10.600/MT, naik USD540 atau 5,36 persen dari periode sebelumnya.
Peningkatan harga ini tidak berdampak pada BK biji kakao, yang tetap sebesar 15 persen sesuai Kolom 4 Lampiran Huruf B pada PMK Nomor 38 Tahun 2024. Peningkatan HR dan HPE biji kakao, antara lain, dipengaruhi peningkatan permintaan yang tidak diimbangi dengan peningkatan produksi. Dalam hal ini, ada penurunan produksi biji kakao terutama dari produsen utama di wilayah Afrika Barat.
Di sisi lain, HPE produk kulit periode Februari 2025 tidak berubah dari bulan sebelumnya. Sedangkan, HPE produk kayu meningkat pada beberapa jenis kayu, yaitu kayu veneer dari hutan tanaman, lembaran kayu untuk kotak pengepakan (wooden sheet for packing box), kayu dalam serpihan bentuk keping atau pecahan (wood in chips or particle), serpih kayu (chipwood), kayu gergajian dengan luas penampang 1.000—4.000 mm2dari jenis merbau serta dari sortimen lainnya dari hutan tanaman jenis pinus dan gemelina, acasia, sengon,dan karet.
Sedangkan, HPE produk kayu, yaitu kayu veneer dari hutan alam, kayu gergajian dengan luas penampang 1.000—4.000mm2dari jenis meranti dan rimba campuran serta sortimen lainnya dari hutan tanaman jenis balsa, eucalyptus, dan lain-lain turun.
Rekomendasi Saham Kelapa Sawit
Sejumlah emiten kelapa sawit atau CPO dinilai masih akan menunjukkan performa positif di tengah kebijakan tarif Donald Trump terhadap produk dari China.
Sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan negara pengekspor kelapa sawit ke China. Kebijakan Trump mengenai tarif tersebut dinilai tidak memberikan dampak terhadap aktivitas ekspor komoditas ini.
“Seharusnya tidak (terpengaruh) karena karakter produk CPO ini kan primer ya (untuk konsumsi sehari-hari juga) sehingga pengaruhnya rendah,” ujar financial planner sekaligus CEO Mikirduit.com, Surya Rianto kepada Kabarbursa.com, dikutip, Sabtu, 1 Februari 2025.
Justru, Surya memandang ekspor kelapa sawit ke China bisa meningkat jika negara berjuluk Tirai Bambu itu menurunkan impor minyak kedelai dari Amerika Serikat.
Dengan begitu, Surya memastikan sentimen mengenai kebijakan tarif Trump tersebut tidak langsung menyengat saham kelapa sawit di Indonesia.
“Karena kalau saham CPO basisnya ini banyak gak cuma masalah ekspor, tapi cost pupuk, dan kondisi usia tanaman (kalau banyak yang tua butuh replanting hingga 5-7 tahun mulai produksi bertahap),” jelas dia.
Lebih jauh Surya menjelaskan, saat ini keseluruhan saham sawit rata-rata tengah di posisi fair value. Dengan kondisi seperti ini, dia merekomendasikan tiga saham TAPG, DSNG, dan LSIP.
“Jika ingin yang potensi growth karena usia tanam lagi produktif ada TAPG dan DSNG, sedangkan yang lebih stable ada LSIP,” ungkapnya.
Kendati begitu, dia menyarankan agar para investor memperhatikan titik buy. Sebab, lanjutnya, risiko bisnis CPO biaya produksinya tidak semurah di 2024 yang bisa menggerus margin.
“Kecuali revenue-nya naik, produksi juga naik, itu bisa nutup risiko penurunan margin,” pungkasnya. (*)