KABARBURSA.COM - Pada awal Juli kemarin, sejumlah badan usaha penyedia Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia mengumumkan penyesuaian harga produk mereka di SPBU. Shell Indonesia, BP-AKR, dan Vivo Energy Indonesia memilih untuk menurunkan harga BBM mereka, sedangkan PT Pertamina (Persero) memilih untuk tidak mengubah harga jual BBM-nya saat ini.
Shell Indonesia mengurangi harga beberapa produk BBM mereka, seperti Shell Super yang turun dari Rp14.580 menjadi Rp13.810 per liter, Shell V Power dari Rp15.400 menjadi Rp14.700 per liter, dan Shell Diesel Extra dari Rp15.320 menjadi Rp14.670 per liter.
BP-AKR juga mengikuti langkah tersebut dengan menurunkan harga BP 92 dari Rp14.500 menjadi Rp13.400 per liter. Sementara itu, Vivo Energy Indonesia menurunkan harga Revvo 92 dari Rp15.000 menjadi Rp13.600 per liter dan Revvo 90 dari Rp13.500 menjadi Rp12.300 per liter.
Namun, PT Pertamina (Persero) masih dalam proses evaluasi terhadap harga BBM non-subsidi mereka. Heppy Wulansari dari Pertamina Patra Niaga menjelaskan bahwa mereka terus memantau pergerakan harga minyak mentah global dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebelum membuat keputusan.
Penyesuaian harga ini merupakan respons dari produsen BBM terhadap dinamika pasar dan upaya untuk meningkatkan daya saing. Meskipun beberapa menyusutkan harga produk mereka, hal ini tetap mempertimbangkan kondisi ekonomi global yang dapat mempengaruhi harga minyak dan nilai tukar mata uang.
Perubahan harga ini berdampak signifikan bagi konsumen dan industri, dengan harapan dapat mendorong peningkatan daya beli dan mengurangi inflasi di tingkat konsumen. Masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan penurunan harga ini untuk mengoptimalkan pengeluaran mereka, terutama dalam hal transportasi dan mobilitas sehari-hari.
Sebagai bagian dari strategi bisnis, penyesuaian harga BBM ini juga mencerminkan komitmen produsen untuk menjaga keseimbangan antara keuntungan bisnis dan kesejahteraan konsumen. Selain itu, langkah ini juga memperkuat kompetisi di sektor energi, yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi perekonomian nasional.
Berikut Harga BBM terbaru di SPBU Pertamina, Shell, BP-AKR, Vivo per 1 Juli 2024:
Pertamina:
- Solar Subsidi: Rp6.800/liter
- Pertalite: Rp10.000/liter
- Pertamax: Rp12.950/liter
- Pertamax Green 95: Rp13.900/lite
- Pertamax Turbo: Rp14.400/liter
- Dexlite: Rp14.550/liter
- Pertamina Dex: Rp15.100/liter
Shell:
- Shell Super (RON 92): Rp13.810/liter
- Shell V Power (RON 95): Rp14.700/liter
- Shell V Power Diesel: Rp15.329/liter
- Shell Diesel Extra: Rp14.860/liter (hanya di Jawa Timur)
- Shell V-power Nitro: Rp14.930/liter (kecuali di Jawa Timur)
BP-AKR:
- BP Ultimate: Rp14.700/liter
- BP 92: Rp13.400/liter
- BP diesel: Rp14.860/liter (hanya di Jawa Timur)
- BP Ultimate Diesel: Rp15.320/liter (hanya di Jawa Timur)
Vivo:
- Revvo 90: Rp12.300/liter
- Revvo 92: Rp13.600/liter
- Revvo 95: Rp14.500/liter.
Solusi Hemat Subsidi BBM
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, memproyeksikan Indonesia dapat menghemat subsidi bahan bakar minyak (BBM) hingga Rp131 miliar per tahun melalui produksi kendaraan listrik (EV) di dalam negeri.
Indonesia sendiri menargetkan kapasitas produksi hingga 600.000 unit kendaraan listrik berbasis baterai (KBLBB) atau battery electric vehicle (BEV) pada 2030. Menurut Luhut, kapasitas produksi BEV Indonesia juga bisa meningkat signifikan seiring dengan dimulainya produksi Kona Electric oleh Hyundai Motor Group di dalam negeri dengan jumlah 50.000 unit per tahun.
“Produksi ini dapat diperkirakan menghemat subsidi BBM mencapai Rp131 miliar per tahun,” ujar Luhut dalam acara Peresmian Ekosistem Baterai dan Kendaraan Listrik Korea Selatan di Indonesia yang disiarkan secara virtual, Rabu 3 Juli 2024.
Sekadar informasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan bahwa pemerintah telah menetapkan target subsidi energi sebesar Rp186,9 triliun pada 2024. Rinciannya, Rp113,3 triliun dialokasikan untuk subsidi BBM dan LPG, serta Rp73,6 triliun untuk subsidi listrik.
Luhut juga memproyeksikan bahwa produksi BEV di Indonesia bakal mengurangi impor BBM hingga 45 juta liter per tahun dan mengurangi emisi CO2 sekitar 160.000 ton per tahun. Ia juga menyoroti penggunaan baterai yang diproduksi dalam negeri yang bisa meningkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) KBLBB.
Hal ini tercermin pada Kona Electric yang diproduksi di Indonesia dan menggunakan baterai buatan dalam negeri. Baterai tersebut diproduksi oleh pabrik sel baterai hasil kerja sama antara Hyundai dengan LG Energy Solution yang membentuk konsorsium PT Hyundai LG Industry (HLI) Green Power.
“Penggunaan baterai LG produksi dalam negeri pada Kona Electric meningkatkan nilai TKDN KBLBB dari awalnya 40 persen menjadi 80 persen,” ujarnya.
Sekadar catatan, pabrik dan ekosistem baterai untuk EV dari Hyundai Motor Company dan LG Energy Solution, yang tergabung dalam konsorsium HLI Green Power dengan nilai investasi Rp160 triliun, telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada hari Rabu 3 Juli 2024.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.