KABARBURSA.COM - Harga ayam ras terancam naik di pasaran seandainya rupiah terus mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mengutip dari data Google Finance, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada pukul 08.00 WIB, Rabu, 19 Juni 2024, rupiah berada pada level Rp16.389 menguat jika dibandingkan hari sebelumnya yang menyentuh angka Rp16.451 per dolar AS.
Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Blitar Jawa Timur, Rofiyasifun mengakui lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berdampak pada usaha para peternak ayam petelur. Dengan tingginya nilai tukar rupiah, harga bahan pokok pakan ayam akan mengalami lonjakan.
Sebagaimana diketahui, bahan pakan ayam sendiri masih mengandalkan produk tepung kedelai atau Soybeanmeal (SBM) dan tepung tulang atau Meat Bone Meal (MBM) yang didapat secara impor. Terlebih, mata uang yang digunakan dalam transaksi tersebut juga menggunakan dolar AS.
"Ada dampak langsung untuk pembelian bahan baku yang jatuh tempo yang harus dibayar di minggu ini, karena pembayaran pakai kurs USD," kata Rofi saat dihubungi Kabar Bursa, Rabu, 19 Juni 2024.
Secara otomatis, kata Rofi, melemahnya nilai tukar rupiah membuat biaya produksi membengkak. Hal ini yang mendorong tingginya harga telur ayam ras jika pemerintah gagal menjaga nilai tukar rupiah.
"Imbasnya harga telur juga didorong naik linier dengan kenaikan harga pakan jadi atau complet feed," ungkapnya.
Sementara saat ini, mengacu pada papan harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) pukul 08.00 WIB pada Rabu, 19 Juni 2024, harga telur ayam ras naik 4.14 persen atau Rp1.240 menjadi Rp31.200 per kg dari harga di hari sebelumnya yang ditutup di angka Rp29.960 per kg.
Kendati begitu, Rofi menyebut, naiknya harga telur ras akibat melemahnya nilai tukar rupiah biasa terjadi peternak yang menggunakan metode self mix atau mencampur sendiri bahan SBM dan MBM. Sementara peternak yang mengandalkan bahan pakan pabrikan, masih dapat menahan harga jual.
"Kalau pakan pabrikan (harga telur) masih bisa belum naik, karena sudah kontrak bahan baku ke importir," jelasnya.
Daging Ayam Naik
Nasib sama juga akan terjadi pada penjualan daging ayam ras/broiler. Naiknya harga bahan pokok pakan ayam mempengaruhi harga jual daging ayam ras di pasar.
Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Sugeng Wahyudi, menuturkan pada giliran sektor peternakan ayam ras juga akan terdampak oleh tingginya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pasalnya, kata Sugeng, material pakan ternak ayam ras masih sangat bergantung pada produk import seperti SBM dan tepung tulang MBM. Hal itu menyebabkan tingginya harga pakan ternak.
“Pada giliranya pasti (terdampak tingginya nilai tukar rupiah) karena material pakan tergantung pada produk import, seperti tepung kedelai, tepung tulang dan lain-lain,” kata Sugeng saat dihubungi KabarBursa, Selasa, 18 Juni 2024.
Di sisi lain, Sugeng juga mengungkap adanya penurunan jumlah peternak ayam mandiri sejak 2019 lalu. Saat ini, penurunan jumlah peternak ayam mandiri mencapai angka 10 persen. Adapun dinamika pasar yang tidak pasti menjadi penyebab menurunnya jumlah peternak ayam mandiri.
“Efek dari kondisi usaha dari tahun 2019 sampai dengan 2023 yang tidak kondusif, peternak dalam kondisi merugi sepanjang tahun di tahun-tahun tersebut,” ungkapnya.
Sementara saat ini, mengacu pada papan harga Bapanas pukul 08.00 WIB pada Rabu, 19 Juni 2024, harga telur ayam ras naik 1.27 persen atau Rp480 menjadi Rp38.230 per kg dari harga di hari sebelumnya yang ditutup di angka Rp37.750 per kg.
Rupiah Diprediksi Stabil
Sementara itu, Direktur Eksekutif SEGERA Institute Piter Abdullah, tak menampik tingginya nilai tukar rupiah berdampak pada sektor importir. Ia menyebut, tingginya nilai tukar rupiah akan sangat berdampak pada sektor industri pengolahan.
Dalam hal ini, kata Piter, konsumen menjadi pihak yang paling dirugikan akibat tingginya nilai tukar rupiah. “Memang industri pengolahan yang banyak bergantung kepada barang impor akan merasa berat, Yang paling dirugikan oleh pelemahan rupiah adalah konsumen,” kata Piter saat dihubungi Kabar Bursa, Selasa, 18 Juni 2024.
Meski begitu, Piter menyebut pelemahan rupiah tidak selamanya berdampak buruk pada pekonomian dalam negeri. Bagi sektor eksportir misalnya, lanjutnya, bisa menambah nilai keuntungan dari melemahnya rupiah.
“Eksportir terutama pada industri pertambangan, perkebunan, yang tidak banyak beban impor, mendapatkan tambahan keuntungan dari melemahnya rupiah. Jadi melemahnya rupiah tidak sepenuhnya negatif bagi perekonomian,” jelasnya.
Lebih jauh, Piter meyakini pelemahan rupiah tidak akan berlangsung lama. Dia pun memprediksi rupiah akan segera terkendali di tahun ini. "Perkiraan saya dalam tahun ini rupiah akan segera terkendali," tandasnya. (and/prm)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.