KABARBURSA.COM – PT Timah Tbk (TINS), anggota holding tambang MIND ID, mencatatkan lonjakan laba bersih signifikan sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2025.
Perseroan mengumumkan telah membukukan laba bersih sebesar Rp602 miliar atau dua kali lipat dibandingkan capaian pada semester pertama tahun 2025, didorong oleh tren kenaikan harga logam timah dunia dan strategi ekspor yang efisien.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk, Fina Eliani, mengatakan peningkatan laba tersebut mencerminkan kemampuan perusahaan memanfaatkan momentum perbaikan harga timah global.
“Seiring dengan tren kenaikan harga logam timah dan peningkatan produksi dari kuartal ke kuartal, PT Timah berhasil membukukan laba bersih dua kali lipat dibandingkan semester pertama tahun ini,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Senin, 3 Oktober 2025.
Sepanjang Januari hingga September 2025, PT Timah mencatat pendapatan sebesar Rp6,6 triliun dengan EBITDA mencapai Rp1,5 triliun. Nilai tersebut setara dengan 78 persen dari target laba tahunan yang ditetapkan perusahaan sebesar Rp774 miliar.
Kinerja solid tersebut ditopang oleh efisiensi operasional serta strategi pemasaran ekspor yang adaptif terhadap pergerakan harga internasional.
Meski secara produksi bijih timah menurun 20 persen menjadi 12.197 ton dan produksi logam timah turun 25 persen ke 10.855 ton, perusahaan tetap mampu mempertahankan margin positif berkat kenaikan harga jual rata-rata. Hingga September 2025, harga jual rata-rata logam timah PT Timah mencapai USD33.596 per ton atau naik 8 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar USD31.183 per ton.
Penjualan logam timah tercatat turun 30 persen menjadi 9.469 ton, dengan komposisi ekspor sebesar 93 persen dan domestik 7 persen. Enam negara tujuan utama ekspor mencakup Jepang dan Singapura masing-masing 19 persen, Korea Selatan 18 persen, Belanda 9 persen, serta Italia dan Amerika Serikat masing-masing 4 persen.
Fokus ekspor ke pasar Asia Pasifik dan Eropa menjadi strategi utama PT Timah untuk memanfaatkan momentum pemulihan industri elektronik global, terutama dari Jepang dan China.
Secara fundamental, aset perusahaan meningkat 7 persen menjadi Rp13,7 triliun dari Rp12,8 triliun pada akhir 2024. Liabilitas naik 14 persen menjadi Rp6,1 triliun akibat peningkatan utang usaha dan pinjaman jangka pendek, sementara ekuitas tumbuh 2 persen menjadi Rp7,61 triliun.
Rasio keuangan menunjukkan posisi keuangan yang sehat, dengan Quick Ratio 32,8 persen, Current Ratio 177,8 persen, Debt to Asset Ratio 44,4 persen, dan Debt to Equity Ratio 79,9 persen.
Secara makro, prospek industri timah global pada 2025 masih positif. Berdasarkan data International Tin Association (ITA), konsumsi logam timah global diperkirakan tumbuh 0,6 persen menjadi 380.160 ton, sedangkan pasokan diproyeksikan 374.910 ton.
Keterbatasan pasokan dari negara produsen utama seperti Indonesia, Myanmar, dan Republik Demokratik Kongo turut menopang harga yang diperkirakan bergerak di kisaran USD32.254 hingga USD34.000 per ton.
Memasuki 2026, PT Timah optimistis terhadap outlook industri timah global yang akan ditopang oleh peningkatan permintaan di sektor semikonduktor, kecerdasan buatan (AI), dan digitalisasi industri. Namun, perusahaan tetap mencermati risiko makroekonomi seperti kebijakan stimulus fiskal China dan arah kebijakan suku bunga Federal Reserve.
Sebagai anak usaha MIND ID, PT Timah Tbk merupakan produsen dan eksportir timah terbesar di dunia dengan wilayah operasi di Bangka Belitung, Kepulauan Riau, dan Riau.
Sejak melantai di Bursa Efek Indonesia pada 1995, perusahaan menjalankan bisnis terintegrasi mulai dari eksplorasi hingga pemurnian logam timah dan telah menjadi anggota resmi International Tin Association (ITA).
Menilik data perdagangannya pada penutupan Jumat, 31 Oktober 202 TINS berada di Rp2.670 per lembarnya. Jika dilihat data tiga bulan terakhir saham PT Timah mengalami kenaikan 159,22 person atau 1.640 poin dari harga sebelumnya Rp995 per lembarnya. (*)