KABARBURSA.COM – Banyak investor hari ini mulai bertanya-tanya, berapa sih sebenarnya harga wajar saham PGAS di tahun 2025 ini? Di tengah fluktuasi harga pasar dan dinamika sektor energi nasional, mencari tahu valuasi yang adil untuk saham Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) memang menjadi kebutuhan wajib, khususnya bagi mereka yang ingin mengambil posisi lebih serius di saham berbasis gas bumi ini.
Berdasarkan data Stockbit, harga saham PGAS hari ini tercatat di level Rp1.710 per saham pada perdagangan Senin, 28 April 2025, pukul 16.12 WIB. Jika dibandingkan dengan penutupan sebelumnya, harga ini turun tipis sebesar 15 poin atau setara -0,87 persen. Volume transaksi pun tercatat sebesar 51,68 juta lembar, sedikit lebih rendah dibandingkan rata-rata volume harian PGAS yang berada di kisaran 36,59 juta.
Harga Saham PGAS, Berapa Wajarnya?
Nah, untuk menentukan harga wajar saham PGAS, ada dua indikator klasik yang sudah jadi sahabat setia para value investor, yakni Price to Earnings Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV). Dua angka ini, meski kelihatannya sederhana, sering kali jadi kompas utama buat menilai apakah sebuah saham lagi murah meriah atau justru kelewat mahal.
Per Senin, 28 April 2025 ini, PGAS tercatat punya:
- PER sebesar 7,71 kali ➔ Ini artinya, harga saham PGAS saat ini sekitar 7,71 kali lebih tinggi dari laba bersih tahunannya. Dengan kata lain, kalau laba PGAS tetap stabil, butuh waktu kira-kira 7,7 tahun buat investor mengembalikan modalnya dari laba bersih perusahaan saja.
- PBV sebesar 0,91 kali ➔ Ini berarti harga saham PGAS saat ini bahkan lebih rendah dibandingkan nilai buku bersih perusahaan. Ibaratnya, kalau PGAS dibongkar dan semua asetnya dijual, nilai yang didapat bisa lebih besar daripada harga sahamnya sekarang.
Dalam dunia value investing, kombinasi PER di bawah 10 kali dan PBV di bawah 1 kali ini adalah harta karun tersendiri. Saham dengan dua indikator ini biasanya dipandang undervalued, alias diperdagangkan di bawah nilai seharusnya.
Tidak heran kalau saham PGAS masuk ke radar para pemburu saham murah kelas kakap, sebut saja Lo Kheng Hong—sang "Warren Buffett Indonesia". Lo Kheng Hong tercatat menggenggam sebanyak 257.696.100 saham PGAS, atau setara dengan 1,06 persen kepemilikan. Dengan jumlah tersebut, ia menempati posisi sebagai pemegang saham terbesar keenam di Perusahaan Gas Negara Tbk per 31 Oktober 2024.
Gaya investasi Lo memang konsisten mencari perusahaan dengan valuasi rendah, fundamental kuat, dan prospek jangka panjang yang solid. Melihat kondisi PGAS hari ini, syarat-syarat tersebut tampaknya mulai bertemu di satu titik.
Kalau memakai pendekatan sederhana, sektor utilitas energi seperti gas wajar dihargai dengan PER di kisaran 9 hingga 10 kali. Artinya, kalau valuasi PGAS normal, harga sahamnya harusnya berada di atas harga saat ini. Dengan perhitungan kasar: Jika PER normal di 9 kali, maka harga wajarnya seharusnya ada di kisaran Rp1.995 per saham.
Sementara itu, dari sisi PBV, perusahaan yang sehat dan beroperasi stabil seharusnya memiliki rasio mendekati 1 kali. Mengingat PBV PGAS saat ini masih di 0,91 kali, ada ruang apresiasi harga sekitar 10 persen dari posisi sekarang. Jika dikonversi ke nominal, harga saham PGAS idealnya berada di kisaran Rp1.880 per saham berdasarkan rasio nilai buku.
Melihat dua indikator tersebut, ada sinyal kuat bahwa harga wajar saham PGAS saat ini memang masih lebih tinggi daripada harga pasarnya. Dengan kata lain, PGAS masih punya peluang untuk menguat, apalagi kalau ditopang sentimen positif dari sektor energi nasional dalam waktu dekat.
Apa Kata Konsensus Analis tentang Harga Wajar Saham PGAS?
Melihat dari sisi pandangan analis, data konsensus yang dihimpun TradingView mencatat bahwa target harga rata-rata saham PGAS dalam jangka satu tahun ke depan berada di level Rp1.625 per saham. Jika dibandingkan dengan harga pasar hingga berita ini ditulis, yakni sekitar Rp1.710, berarti secara matematis PGAS dinilai sedikit overvalued sekitar -5,01 persen.
Namun, cerita tidak berhenti sampai di situ. Rentang proyeksi yang diberikan analis juga menunjukkan perbedaan pandangan yang cukup lebar. Di sisi paling optimistis, target harga maksimum dipatok di Rp1.995, yang berarti ada potensi kenaikan sekitar +16,66 persen dari harga sekarang.
Sementara di sisi yang lebih konservatif, target harga minimum diperkirakan di Rp1.440, yang mengindikasikan potensi penurunan sebesar -15,75 persen.
Dengan kata lain, pasar saat ini berdiri di tengah "persimpangan harapan", di mana peluang untuk naik tetap terbuka, tetapi risiko koreksi juga tidak bisa diabaikan. Situasi ini tercermin dari indikator sentimen analis yang terekam di TradingView, di mana dari total 11 analis yang memberikan rating dalam tiga bulan terakhir:
- 2 analis merekomendasikan pembelian kuat,
- 0 analis memberikan rekomendasi pembelian biasa,
- 8 analis memilih untuk menahan posisi,
- 1 analis malah memberikan sinyal penjualan kuat.
Hasil ini menghasilkan posisi netral dalam meteran sentimen analis atau menandakan bahwa pasar masih wait and see, setidaknya hingga ada katalis besar baru yang bisa menggerakkan harga lebih tegas ke salah satu arah.
Dari semua data itu, bisa disimpulkan bahwa meskipun harga wajar saham PGAS menurut konsensus terlihat sedikit lebih rendah dibandingkan harga pasar saat ini, peluang upside masih cukup menarik, khususnya kalau PGAS berhasil memanfaatkan momentum ekspansi gas nasional dan proyek LNG yang sedang didorong pemerintah.
Dengan valuasi yang masih cukup bersahabat, fundamental bisnis yang berpotensi menguat dan ruang apresiasi harga dari sisi optimistis analis, saham PGAS hari ini tetap layak diperhitungkan untuk investor jangka menengah hingga panjang, tentu saja dengan tetap mempertimbangkan profil risiko masing-masing.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.