KABARBURSA.COM - Dua dari lima penemuan sumber minyak dan gas bumi (migas) terbesar di dunia berada di Indonesia, yaitu pada sumur Geng North dan Layaran.
Sekretaris SKK Migas, Luky Agung Yusgiantoro, menyatakan bahwa penemuan ini adalah yang terbesar sejak tahun 2000, dengan penemuan besar terakhir sebelumnya adalah Lapangan Abadi.
"Pada tahun 2023, kami menemukan penemuan besar di Geng North dan Layaran. Ini adalah yang terbesar sejak tahun 2000, ketika kami menemukan Lapangan Abadi yang dikenal sebagai Masela," ujarnya dalam Webinar Optimalisasi Pemanfaatan Gas Bumi untuk Percepatan Transisi Energi dan Sirkular Ekonomi dikutip Jumat, 9 Agustus 2024.
Luky menambahkan, bahwa penemuan tersebut diakui tidak hanya oleh SKK Migas, tetapi juga oleh lembaga internasional seperti Wood Mackenzie, Rystad Energy, dan S&P Global.
"Ini adalah dua dari lima penemuan terbesar di dunia, dan diakui oleh konsultan internasional seperti Mackenzie, Rystad, dan S&P Global," ujarnya.
Dia menegaskan bahwa penemuan tersebut merupakan kebanggaan bangsa Indonesia. Dan, tantangan berikutnya adalah mengembangkan temuan tersebut.
"Pesannya adalah bagaimana kita mengembangkan lapangan-lapangan yang sudah ditemukan oleh SKK Migas," ujarnya.
Luky juga melaporkan bahwa total lifting gas bumi hingga Juni 2024 mencapai 5.383,57 billion british thermal unit per day (bbtud), dengan 3.727,95 bbtud untuk kebutuhan domestik dan 1.659,62 bbtud untuk ekspor.
"Dari sudut pandang SKK Migas, kami selalu mendorong agar pemanfaatan gas dapat mendukung pembangunan ekonomi kita. Dengan total produksi sebesar 5.383 bbtud pada Juni 2024, kami berupaya meningkatkan pemanfaatan domestik," ujarnya.
Dalam hal pemanfaatan gas bumi, sektor industri adalah yang terbesar dengan kontribusi sebesar 26,93 persen. Diikuti oleh ekspor LNG 24,61 persen, pupuk 12,68 persen, kelistrikan 12,64 persen, domestik LNG 11,65 persen, dan lainnya.
"Penggunaan terbesar adalah untuk industri dalam negeri, dan juga untuk kelistrikan serta domestik LNG," katanya.
Dia mengakui adanya pemanfaatan gas yang masih rendah, seperti city gas dan BBG. Kata Luky, saat ini pihaknya berupaya meningkatkan produksi, meskipun dihadapkan pada masalah infrastruktur yang terbatas.
Misalnya, penyerapan gas oleh industri masih lebih rendah daripada yang dikontrakan," pungkasnya.
Biaya Pengeboran Migas di Indonesia Semakin Mahal
Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) menghadapi serangkaian tantangan yang semakin kompleks di masa depan. Seiring dengan banyaknya proyek migas yang sedang berjalan, permintaan akan peralatan juga mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini berimplikasi pada kenaikan harga peralatan yang diperlukan untuk mendukung operasi proyek-proyek tersebut.
"Kita menyadari bahwa tantangan yang dihadapi oleh industri hulu migas akan semakin besar ke depannya. Dengan banyaknya proyek yang berjalan di berbagai lokasi, permintaan terhadap bahan baku seperti OCTG dan rig juga akan meningkat, yang tentunya akan mempengaruhi harga," ungkap Kepala Divisi Program Komunikasi SKK Migas, Hudi D Suryodipuro dalam konferensi pers ‘Supply Chain & National Capacity Summit 2024’ di kantor SKK Migas, Jakarta, Rabu, 7 Agustus 2024.
Selain itu, dorongan menuju energi hijau juga turut memperberat tantangan. Hudi D Suryodipuro menambahkan bahwa dengan kondisi tersebut, pengembangan energi fosil akan menghadapi biaya tambahan yang signifikan terkait dengan teknologi penangkapan karbon (carbon capture). Ini berarti, selain biaya yang sudah ada, industri migas harus mempertimbangkan investasi tambahan untuk mengurangi jejak karbon mereka, yang dapat meningkatkan keseluruhan biaya operasional dan pengembangan proyek.
Dalam menghadapi masalah-masalah tersebut, SKK Migas akan menyelenggarakan acara Supply Chain & National Capacity Summit 2024 yang akan berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, pada tanggal 14 sampai dengan 16 Agustus 2024.
Acara ini bertujuan untuk membahas dan mencari solusi terkait tantangan dalam rantai pasokan dan kapasitas nasional di industri migas, serta untuk mengeksplorasi strategi yang dapat mendukung pengembangan energi secara berkelanjutan.
"Belum lagi tantangan yang muncul dari inisiatif untuk beralih ke energi hijau (green energy) dan mencapai emisi nol bersih (net zero emission). Dalam konteks ini, pengembangan energi fosil pasti akan menghadapi biaya tambahan yang terkait dengan teknologi penangkapan karbon. Forum ini, sebenarnya, adalah upaya antisipatif dari industri hulu migas untuk mengatasi isu-isu tersebut dan mencari solusi yang tepat," jelasnya.
Dia menyebutkan bahwa acara tersebut juga akan dihadiri oleh berbagai vendor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dia berharap para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dapat secara langsung menyampaikan kebutuhan mereka kepada para vendor selama forum berlangsung.
"Harapan kami adalah agar para pelaku industri, khususnya KKKS, dapat langsung mengungkapkan kebutuhan mereka secara jelas. Di sisi lain, para vendor juga dapat menyampaikan kekhawatiran atau isu tertentu kepada para pelaku KKKS, sehingga terjalin komunikasi yang efektif antara kedua belah pihak," ujarnya.
Ia pun mencontohkan, ketika bicara rig, ke depan kontraktor tidak bisa mengandalkan rig-rig yang sudah ada. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, kontraktor harus investasi, apakah dengan membeli atau membangun rig baru.
"Tapi kalau umpamanya mereka membangun, melakukan investasi di situ, yang akan jadi pertanyaan, worth it enggak buat mereka? Apa ini programnya dari KKKS? Jangan-jangan dia baru beli rig, tahun depan bornya itu berhenti, ngebornya berhenti. Jadikan mereka bertanya, mungkin enggak balik modal. Di forum ini kita bahas bersama dengan teman-teman," kata Hudi. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.