Logo
>

IHSG Bangkit dari Tekanan, ini Level Krusialnya

IHSG sempat tertekan akibat aksi jual asing dan ketidakpastian global, namun ada peluang rebound jika arus modal kembali masuk dan kebijakan domestik lebih mendukung pasar.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
IHSG Bangkit dari Tekanan, ini Level Krusialnya
Tangkapan layar program Bursa Pagi-Pagi di Kabar Bursa yang membahas prospek IHSG bersama analis pasar modal Hendra Wardana. Dalam diskusi ini, Hendra mengulas faktor-faktor yang menekan pasar serta kemungkinan pemulihan indeks di tengah tekanan eksternal dan domestik. Foto: Tangkapan layar YouTube Kabar Bursa.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG masih dalam tekanan setelah aksi jual investor asing yang terus berlanjut. Sejak awal tahun, asing sudah mencatatkan net sell hingga Rp23,19 triliun, angka yang cukup besar dan mencerminkan ketidakpastian di pasar modal Indonesia.

    Meski begitu, ada secercah harapan. Beberapa saham big cap, terutama di sektor perbankan, mulai menarik minat asing. Pada perdagangan Selasa, 11 Maret 2025, Bank Mandiri (BMRI) mencatatkan net buy Rp204,7 miliar, sementara BBCA mendapat aliran dana asing sebesar Rp82,17 miliar.

    Head of Republik Investor, Hendra Wardana, mengatakan tekanan besar yang dialami IHSG berkaitan dengan meningkatnya risiko fiskal dan kebijakan ekonomi dalam negeri yang belum cukup meyakinkan pasar.

    “Kalau misalnya kita lihat sendiri memang beberapa minggu terakhir ini asing ini net sell besar-besaran, sekitar 23 triliun. Angka itu bisa dibilang sangat besar,” ujar Hendra dalam program Bursa Pagi-pagi di Channel YouTube Kabar Bursa, Rabu, 12 Maret 2025.

    Menurut Hendra, stabilitas arus modal asing akan menjadi kunci utama pemulihan IHSG. Jika dana asing mulai kembali masuk ke pasar saham Indonesia, potensi rebound akan semakin besar. Faktor lain yang bisa menjadi pemicu pemulihan IHSG adalah stabilitas eksternal. Hendra menyoroti kebijakan proteksionisme Presiden Donald Trump yang kembali memanaskan tensi perdagangan global.

    “Amerika Serikat dengan Presiden Donald Trump-nya bisa dibilang bikin gaduh banget. Kalau tadi malam kita perhatikan, kebijakan steel dari 25 persen dinaikin sampai 50 persen,” katanya.


    Kebijakan ini memicu ketegangan dengan China, Kanada, dan Meksiko, yang pada akhirnya berimbas ke pasar negara berkembang seperti Indonesia. Jika ketegangan ini mereda, ada kemungkinan IHSG mendapat sentimen positif.

    Level 6.500 Jadi Penentu Rebound

    Aktifitas Papan Pantau Saham di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, 11 Maret 2025. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

    Di tengah tekanan yang masih terjadi, Hendra melihat ada peluang IHSG untuk bangkit. “Secara teknikal ada peluang untuk technical rebound karena IHSG mampu kuat di area gate-nya kemarin di level 6.530 dan closing-nya di 6.545,” jelasnya.

    Hingga berita ini ditulis, IHSG telah rebound 1,24 persen atau 80,91 poin ke level 6.626,76. Sepanjang sesi perdagangan yang dilihat di data Stockbit, IHSG bergerak di rentang 6.545,85 hingga 6.639,16 dengan level pembukaan di 6.545,85.

    Aktivitas perdagangan di seluruh pasar cukup solid dengan total volume transaksi mencapai 80,88 juta lot dan nilai transaksi Rp4 triliun. Sementara di pasar reguler, volume yang diperdagangkan mencapai 75,17 juta lot dengan nilai transaksi Rp3,77 triliun.

    Dari sisi frekuensi transaksi, pasar mencatat 586,41 ribu kali transaksi secara keseluruhan. Ini menunjukkan aktivitas perdagangan yang masih cukup tinggi di tengah pergerakan positif IHSG.

    Meski begitu, sentimen global masih menjadi ancaman. Indeks Dow Jones yang kembali melemah lebih dari 1 persen bisa memberi dampak psikologis ke pasar domestik. Jika tekanan ini berlanjut, IHSG harus mampu bertahan di level psikologis 6.500 agar tidak semakin terpuruk.

    “Walaupun IHSG melemah, saya sih berharap IHSG akan kuat di level psikologis 6.500. Karena saya yakin entah nanti di sesi dua ada peluang rebound atau setidaknya besok ada peluang technical rebound untuk IHSG,” ujarnya.


    Di sisi lain, dukungan kebijakan domestik juga menjadi faktor penting. Menurut Hendra, pemerintah dan regulator harus bisa menghadirkan kebijakan yang memperkuat kepercayaan investor.

    “Seharusnya Bank Indonesia bisa lebih menstabilkan atau mengintervensi nilai tukar rupiah untuk pertumbuhan ekonomi,” katanya.

    Hendra pun menyebut pentingnya kajian ulang atas kebijakan Bursa Efek Indonesia dan OJK, seperti pembukaan kembali broker summary secara real-time untuk meningkatkan transparansi dan kepercayaan investor.

    Selain intervensi dari regulator, Hendra juga melihat peluang sentimen positif dari aksi buyback saham oleh emiten-emiten besar, khususnya dari sektor perbankan. “Emiten-emiten big banks ini bakal ada RUPS nanti, dan salah satu pembahasannya itu buyback. Mungkin itu akan jadi salah satu sentimen positif untuk pasar,” katanya.

    IHSG Dibuka Menghijau

    IHSG sebelumnya dibuka menghijau sebesar 0,40 persen atau naik 26 poin ke level 6.571 pada sesi I perdagangan Rabu, 12 Maret 2025.

    Jika melihat data RTI Business pada sesi pembukaan perdagangan hari ini, volume transaksi mencapai 264,26 juta lembar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp159,01 miliar. Secara keseluruhan, 169 saham mengalami kenaikan, sementara 85 saham melemah, dan 201 saham lainnya stagnan.

    Di jajaran top gainer, saham PT Sinar Terang Mandiri Tbk (MINE) mencatat lonjakan tertinggi dengan kenaikan 25 persen ke level Rp420. Mengikuti di belakangnya, PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk (RELI) naik 22,17 persen ke Rp540, sedangkan PT Radana Bhaskara Finance Tbk (HDFA) turut menguat 10 persen menjadi Rp114.

    Sebaliknya, di kelompok top loser, saham PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) mengalami penurunan paling tajam, anjlok 16,73 persen ke Rp10.575. Saham PT Remala Abadi Tbk (DATA) juga terkoreksi 9,56 persen ke Rp1.325, diikuti PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM) yang melemah 8,29 persen ke Rp1.990.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).