KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis, 8 Agustus 2024, berpotensi melaju di zona merah, dengan sentimen wait and see atas respons pasar terhadap data-data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat, termasuk malam nanti rilis data Klaim Pengangguran.
Pada perdagangan kemarin Rabu 7 Agustus, IHSG melaju di zona hijau dengan kenaikan 82,91 poin, atau menguat 1,16 persen dan menutup perdagangan di level 7.212.
Secara teknikal IHSG ada potensi untuk melemah, searah dengan indeks global terutama Wall Street dan Bursa Asia, menuju area support trendline terdekatnya 7.170, yang mendekati range area support selanjutnya pada time frame daily di level 7.120, dan juga support 7.100.
Apabila IHSG berhasil bertahan, dan memberikan indikasi penguatan, resistance penguatan pertama berpotensi menuju 7.255 sebagai target terdekat, dan ada resistance psikologis 7.280–7.310 sebagai target paling potensial selanjutnya.
Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global, dan regional. Pasar telah bergerak tidak menentu sejak data ekonomi minggu lalu memicu ketidakpastian bahwa keputusan Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga pada level tertinggi dalam dua dekade mempertaruhkan perlambatan ekonomi global yang lebih dalam.
Ekonom JPMorgan sekarang melihat peluang 35 persen bahwa ekonomi Amerika Serikat akan mengalami resesi jelang tutup tahun ini, melonjak dari sebelumnya 25 persen pada awal bulan lalu.
Tim JPMorgan Chase & Co juga mempertahankan peluang resesi pada paruh kedua tahun 2025 mencapai 45 persen. “Peningkatan sederhana dalam penilaian kami terhadap risiko resesi ini kontras dengan penilaian ulang yang lebih substansial yang kami lakukan terhadap prospek suku bunga,” tulis Kasman dan rekan-rekannya.
“Saham-saham masih rentan,” kata Fawad Razaqzada di City Index dan Forex.com.
“Lebih banyak bukti dasar diperlukan untuk menggairahkan kenaikan lagi. Secara keseluruhan, sentimen masih tetap berhati-hati. Tidak banyak orang yang percaya diri untuk membeli penurunan terbaru ini, terutama dengan Inflasi AS yang akan dirilis minggu depan,” jelasnya.
Sentimen diperberat oleh lelang Departemen Keuangan AS yang lemah memberikan pukulan baru pada sentimen di Wall Street, yang melemah nyaris 1 persen semalam.
Seperti yang diwartakan BloombergNews, hasil lelang ini “Konsisten dengan pandangan kami bahwa kita akan mengalami koreksi lanjutan yang lebih tinggi dalam imbal hasil dalam waktu dekat,” kata Zachary Griffiths, Kepala Strategi Investasi dan Makro AS di Creditsights.
Para pelaku pasar saat ini menanti dengan cermati rilis data terbaru Klaim Pengangguran AS sebelum pekan depan menghadapi laporan inflasi Harga Konsumen dan juga Produsen dari Negeri Adidaya itu.
Dari regional, Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, index saham di Asia mencatatkan kenaikan yang cukup terbatas di tengah masih rapuhnya sentimen pasar akibat prospek perlambatan ekonomi global.
“Kenaikan Nikkei 225 didorong oleh komentar dari Deputi Gubernur Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) Shinichi Uchida yang mengatakan bahwa BOJ tidak akan menaikkan suku bunga ketika pasar berada dalam kondisi tidak stabil. Komentar ini memicu optimisme bahwa suku bunga di Jepang tidak akan naik setajam yang sebelumnya diramalkan oleh BOJ,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Seperti diketahui, BOJ minggu lalu menaikkan suku bunga jangka pendek menjadi 0,25 persen dari sebelumnya di kisaran 0 persen - 0,1 persen dan berjanji akan melanjutkan kenaikan suku bunga di sisa tahun ini.
Dengan itu, pelonggaran global carry trade yang dipicu oleh sikap BOJ yang secara mengejutkan lebih hawkish minggu lalu, yang pada gilirannya memperkuat yen secara signifikan, telah mereda secara signifikan, menurut Quincy Krosby dari LPL Financial.
Pergerakan ini diperparah oleh pandangan bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga secara lebih agresif, mendorong para trader untuk dengan cepat melepas carry trade yang dulunya sangat populer dalam mata uang yen.
Sementara itu, dari dalam negeri, posisi Cadangan Devisa Indonesia pada Juli tercatat sebesar USD145,4 miliar. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu USD140,2 miliar pada Juni kemarin.
Kenaikan posisi Cadangan Devisa tersebut terutama dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global Pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa.
Posisi Cadangan Devisa pada Juli 2024 selaras dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Ke depan, lanjut keterangan tersebut, BI memandang Cadangan Devisa tetap memadai sehingga dapat terus mendukung ketahanan sektor eksternal.
Prospek ekspor yang tetap positif serta neraca transaksi modal dan finansial yang diperkirakan tetap mencatatkan surplus sejalan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik, mendukung tetap terjaganya ketahanan eksternal.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 1,16 persen ke 7.212 dan masih didominasi oleh volume pembelian.
“Saat ini, posisi IHSG diperkirakan sudah berada di akhir wave [b] dari wave 2, sehingga penguatannya sudah relatif terbatas dan rawan berbalik terkoreksi untuk membentuk awal wave [c] dari wave 2,” papar Herditya dalam risetnya pada Rabu, 7 Agustus 2024.
Herditya juga memberikan catatan, cermati area 6.949-7.026 sebagai area koreksi berikutnya.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, BREN, INKP, MEDC, dan UNTR.
Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, rebound lanjutan IHSG di Rabu, 7 Agustus 2024 memvalidasi indikasi minor Bullish Reversal dari golden cross pada Stochastic RSI.
Dengan demikian, IHSG diperkirakan lanjutkan penguatan ke kisaran 7.230-7.250 di Kamis, 8 Agustus 2024.
“Cadangan Devisa Indonesia secara mengejutkan mencatatkan kenaikan ke USD145,4 miliar di Juli 2024, setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor, jauh di atas rasio kecukupan internasional di 3 bulan impor,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi CPIN, ERAA, TLKM, INKP, dan SMRA. (*)