Logo
>

IHSG di Awal Perdagangan Melemah 0,23 Persen

Ditulis oleh KabarBursa.com
IHSG di Awal Perdagangan Melemah 0,23 Persen

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan pada awal perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu, 19 Juni 2024, berbeda dengan penguatan mata uang rupiah di pasar spot.

    Berdasarkan data RTI pada pukul 09.18 WIB, IHSG turun ke level 6.719,57 atau mengalami penurunan sebesar 15,25 poin (0,23 persen) dari penutupan sebelumnya yang berada di level 6.734,83.

    Dari 550 saham yang diperdagangkan, 144 saham mengalami kenaikan di zona hijau, 263 saham turun di zona merah, sementara 183 saham lainnya stagnan. Transaksi hingga saat ini mencapai Rp1,5 triliun dengan volume 2,1 miliar saham.

    William Hartanto, pendiri WH Project, menyatakan bahwa IHSG berpotensi untuk melemah hari ini. Menurutnya, berdasarkan posisi candlestick dan tren, IHSG mengalami downtrend dengan level psikologis 6.700 sebagai support.

    Dari segi teknikal, posisi candlestick IHSG berada di area demand zone, dan level psikologis 6.700 dapat memberikan potensi rebound. Ada indikasi jenuh jual dengan nilai transaksi harian IHSG yang semakin mengecil (beberapa kali di bawah Rp 10 triliun).

    Menurut William, meskipun IHSG dapat melanjutkan pelemahan hingga tembus 6.700, tetapi ada peluang bahwa pelemahan tersebut hanya berakhir sebagai false break.

    Di pasar Asia, mayoritas mengalami kenaikan, seperti Hang Seng Hong Kong naik 1,45 persen (260,58 poin) ke level 18.176,13, Nikkei turun 0,6 persen (252,79 poin) ke level 38.734,89, dan Strait Times terkoreksi 0,31 persen (10,2 poin) ke level 3.312,05. Shanghai Komposit juga mengalami penurunan sebesar 0,05 persen (1,62 poin) ke posisi 3.028,62.

    Rupiah Menguat

    Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot pagi ini mengalami penguatan. Menurut data dari Bloomberg pada pukul 9.27 WIB, rupiah berada di level Rp16.376 per dolar AS, naik 36 poin (0,22 persen) dibanding penutupan sebelumnya yang berada di Rp16.412 per dolar AS.

    Ariston Tjendra, seorang pengamat pasar uang, menyatakan bahwa hari ini rupiah tetap berpotensi mengalami melemah kembali. Hal ini disebabkan oleh kehati-hatian pasar terhadap kebijakan The Fed yang tidak tergesa-gesa dalam pemangkasan suku bunga, hanya memproyeksikan satu kali pemangkasan pada tahun 2024.

    "Dengan berhasilnya rupiah menembus level Rp16.300 per dolar AS, kemungkinan rupiah akan melemah terhadap dolar AS. The Fed juga membuka kemungkinan kenaikan suku bunga jika inflasi di AS meningkat lagi," kata Ariston.

    Meskipun demikian, pergerakan positif indeks saham Asia pagi ini menunjukkan minat pasar terhadap aset berisiko, yang dapat menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS.

    "Akan ada data trade balance Indonesia yang dirilis pagi ini. Jika data tersebut menunjukkan surplus, ini dapat menahan pelemahan rupiah. Potensi pergerakan rupiah hari ini adalah melemah menuju Rp16.450 per dolar AS, dengan support potensial di sekitar Rp16.350 per dolar AS," tegasnya.

    Prediksi IHSG Melemah

    Diberitakan sebelumnya, Head of Customer Literation & Education Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, menyatakan bahwa investor merespons rilis suku bunga Bank Indonesia (BI) pekan ini dengan sikap moderat.

    “Sentimen terkait rilis suku bunga acuan BI, yang diperkirakan tetap bertahan di level 6,25 persen, akan direspon dengan moderat oleh pasar, terutama di tengah pelemahan nilai tukar rupiah,” ujarnya.

    Oktavianus juga memproyeksikan IHSG bergerak di rentang support 6.700 dan resistance 6.828 pada hari ini.

    Sementara itu, CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya Wijaya, memproyeksikan IHSG akan bergerak terkonsolidasi. Menurutnya, perdagangan di pekan yang pendek setelah libur panjang masih akan dibayangi oleh tekanan pasar.

    “Minimnya sentimen membuat pergerakan IHSG cenderung berada dalam rentang konsolidasi untuk beberapa waktu mendatang,” kata William.

    William memprediksi pasar saham akan bergerak dalam rentang support 6.698 dan resistance 6.821 pada hari ini. Dia juga merekomendasikan beberapa saham seperti ASII, BBNI, ICBP, SMGR, dan BSDE.

    Pada perdagangan Jumat, 14 Juni, IHSG ditutup melemah sebesar 96,73 poin atau turun 1,42 persen ke level 6.734. Investor melakukan transaksi senilai Rp9,79 triliun dengan volume perdagangan mencapai 21,76 miliar saham.

    IHSG Melemah Jelang Akhir Semester I-2024

    Menjelang akhir semester pertama tahun 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan tren penurunan di tengah aksi jual yang dilakukan oleh investor asing. IHSG berada di posisi kedua terbawah di antara bursa saham di Asia Tenggara (ASEAN).

    Berdasarkan data perdagangan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat, 14 Juni 2024, IHSG tercatat di level 6.734,83, mengalami penurunan sebesar 7,40 persen sepanjang tahun ini. Angka ini juga merupakan titik terendah IHSG selama tahun 2024.

    Catatan perdagangan menunjukkan bahwa investor asing telah berbalik melakukan net sell sebesar Rp8,56 triliun sepanjang tahun 2024. Ini kontras dengan kondisi pada bulan Maret 2024, di mana investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp28,25 triliun.

    Kondisi IHSG seperti sehingga menempati posisi kedua terbawah di ASEAN, hanya sedikit lebih baik dibandingkan Bursa Thailand yang turun 7,70 persen sepanjang tahun 2024.

    Sementara itu, Bursa Filipina berada sedikit di atas IHSG dengan penurunan 1,03 persen. Bursa Vietnam memimpin dengan kenaikan 15,19 persen.

    Di pasar Asia Pasifik, Indonesia menempati posisi ke-12, atau kedua terlemah. Bursa Taiwan mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 25,51 persen sepanjang tahun ini, memimpin pasar Asia.

    David Sumual, Chief Economist of BCA Group, menyatakan bahwa pelemahan IHSG disebabkan oleh aksi jual saham oleh investor asing yang memindahkan dana mereka ke negara lain dengan valuasi yang lebih menarik, seperti China dan India. Menurutnya, langkah ini merupakan keputusan taktis sementara.

    Meski begitu, David melihat potensi rebound IHSG jika Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga acuan, yang diprediksi baru akan terjadi pada kuartal IV/2024. Proyeksi ini didasarkan pada kondisi ekonomi Amerika Serikat yang kuat dan inflasi yang belum mencapai target The Fed. (*)

     

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi