Logo
>

IHSG Dibuka Menguat 0,42 Persen: Asing Catat Net Sell Rp737,40 Miliar

IHSG dibuka menguat ke 8.077, didorong sektor teknologi dan sentimen positif dari optimisme pemangkasan suku bunga The Fed serta kesepakatan dagang RI-Uni Eropa.

Ditulis oleh Desty Luthfiani
IHSG Dibuka Menguat 0,42 Persen: Asing Catat Net Sell Rp737,40 Miliar
IHSG dibuka dengan kenaikan, masih berada di level 8.000-an. Foto: KabarBursa.com/Desty Luthfiani.

KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan Kamis, 2 Oktober 2025, dengan penguatan. IHSG naik 33,83 poin atau 0,42 persen ke level 8.077,66. Sepanjang awal sesi, indeks bergerak di kisaran 8.069,32 hingga 8.083,24 setelah dibuka di posisi 8.070,42.

Aktivitas transaksi pasar terpantau ramai dengan total volume 9,69 juta lot senilai Rp633,64 miliar dan frekuensi 60,74 ribu kali. Seluruh transaksi tercatat di pasar reguler.

Meski IHSG menghijau, investor asing masih mencatatkan aksi jual bersih (net foreign sell) senilai Rp737,40 miliar di seluruh pasar. Rinciannya, net sell di pasar reguler mencapai Rp997,84 miliar.

Sementara di pasar tunai dan negosiasi asing justru membukukan net buy Rp260,44 miliar. Total pembelian asing pagi ini tercatat Rp6,38 triliun, sedangkan penjualan asing mencapai Rp7,11 triliun.

Beberapa saham top gainer yang mendorong indeks di awal perdagangan antara lain PT Pakuan Tbk (UANG) melonjak 25,00 persen ke Rp4.750, PT Asri Karya Lestari Tbk (ASLI) naik 22,22 persen ke Rp110.

PT Citra Buana Prasida Tbk (CBPE) menguat 21,09 persen ke Rp310, PT Esta Multi Usaha Tbk (ESTA) naik 19,05 persen ke Rp150, serta PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) naik 16,07 persen ke Rp260.

Sebaliknya, saham-saham yang melemah di awal sesi meliputi PT A3N Agro Bahari Nusantara Tbk (UDNG) turun 10,00 persen ke Rp1.260, PT Royaltama Mulia Kontraktorindo Tbk (RMKO) terkoreksi 8,77 persen ke Rp208.

PT Paramita Bangun Sarana Tbk (PBSA) melemah 8,50 persen ke Rp915, PT Panca Anugrah Wisesa Tbk (MGLV) turun 8,30 persen ke Rp486, dan PT Damai Sejahtera Abadi Tbk (UFOE) turun 7,69 persen ke Rp240.

Dari sisi sektoral, mayoritas indeks saham sektoral bergerak positif. Sektor teknologi memimpin penguatan dengan kenaikan 1,39 persen, disusul industri 0,85 persen, properti 0,82 persen, serta kesehatan 0,51 persen. 

Sektor energi naik 0,52 persen, infrastruktur 0,44 persen, barang siklikal 0,45 persen, barang dasar 0,46 persen, dan keuangan 0,25 persen. Adapun sektor transportasi dan non-siklikal cenderung stagnan.

Optimisme Pasar dan Kesepakatan Dagang RI-Uni Eropa Jadi Sentimen Positif

Pekan lalu IHSG menembus level psikologis 8.100 pada akhir perdagangan dan menutup pekan di 8.099 atau menguat sekitar 0,60 persen dibandingkan periode sebelumnya. 

Level tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah dengan sempat menyentuh 8.168 pada 24 September 2025. Meski indeks menguat, investor asing tercatat membukukan penjualan bersih sebesar Rp1 triliun di pasar reguler, menandakan investor lokal mendominasi sentimen penguatan pasar.

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) David Kurniawan mengatakan, fluktuasi IHSG kali ini mendapat dukungan dari dua faktor utama.

Pertama, optimisme pasar terhadap potensi penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang mendorong arus dana ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Kedua, tercapainya kesepakatan dagang Indonesia-Uni Eropa terkait pemangkasan tarif hingga 80 persen produk ekspor RI mulai 2027 yang membuka peluang perdagangan jangka panjang. Sentimen positif juga datang dari harga emas spot dunia yang mencapai rekor tertinggi sekitar US$3.759 per troy ounce.

“Sentimen global dan domestik memberi katalis positif untuk IHSG, termasuk stabilitas Rupiah yang dijaga Bank Indonesia,” kata Davi dalam keterangan tertulis yang diterima KabarBursa.com pada Senin, 29 September 2025. 

Ia memprediksi penguatan akan kembali berlanjut. “Jika konsisten, tren bullish jangka pendek berpeluang berlanjut,” ujarnya.

Dari dalam negeri, pasar juga diguncang kabar force majeure di tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia akibat bencana lumpur yang menghentikan operasi tembaga dan emas. Kondisi ini menimbulkan ketidakpastian jangka pendek pada sektor pertambangan. 

Namun, sentimen positif lebih dominan setelah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memastikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) untuk 2026 tidak naik, memberi napas bagi industri rokok.

Menurut David, ada dua sentimen penting yang wajib dipantau pada pekan 29 September–3 Oktober 2025, yakni kebijakan fiskal dan kepemimpinan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, terkait disiplin defisit anggaran dan stimulus pemerintah, serta konfirmasi soal moratorium cukai rokok yang dapat menjadi katalis sektor konsumer.

“Investor sebaiknya melakukan akumulasi bertahap pada saham berfundamental kuat di sektor perbankan, konsumer, dan komoditas ekspor, sedangkan trader memanfaatkan potensi bullish jangka pendek,” kata David.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Desty Luthfiani

Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".