KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada kuartal II 2025 ini diprediksi akan terus menguat terlihat dari pelaku pasar yang semakin optimis memandang pasar saham Indonesia.
Retail Equity Analyst Indo Premier Sekuritas, Indri Liftiany Travelin, Yunus menilai, IHSG diproyeksikan bergerak menguat dalam rentang support 7.150 hingga resistance 7.400.
Sepanjang pekan lalu IHSG tercatat naik sebesar 3,75 persen dalam rentang 7.071 hingga 7.402 dan ditutup di level 7.312.
Meskipun investor asing tercatat melakukan aksi jual selama sepekan terakhir, tekanan tersebut mulai mereda. Hanya dua sektor yang mencatatkan penurunan, sementara sektor lainnya mengalami kenaikan.
Sektor Consumer Cyclicals menjadi pemberat IHSG setelah turun 3,59 persen, mencerminkan pergeseran minat investor dari saham defensif.
Sebaliknya, sektor Technology mencatatkan lonjakan hingga 19,88 persen, terutama berkat kenaikan saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dari sektor pusat data dan layanan teknologi yang melonjak lebih dari 60 persen dalam sepekan.
Bursa Efek Indonesia pun memberikan label unusual market activity (UMA) terhadap saham ini.
Menurut Indri, sejumlah sentimen mendorong pergerakan IHSG pada pekan 14 hingga 18 Juli 2025. Di antaranya adalah keputusan Presiden Donald Trump menurunkan tarif impor untuk Indonesia dari 32 persen menjadi 19 persen.
Selain itu, penyebab lainnya adalah spekulasi bahwa saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrosea Tbk (PTRO), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) akan dipertimbangkan masuk ke dalam indeks MSCI dalam rebalancing mendatang.
Sentimen domestik pun mendukung, terutama keputusan Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke level 5,25 persen, sesuai konsensus pasar.
Ia juga menyoroti bahwa pelaku pasar global tengah memantau kebijakan tarif impor AS yang akan diumumkan pada 1 Agustus 2025 secara serentak.
Dengan adanya kepastian bahwa tarif impor untuk Indonesia akan ditetapkan sebesar 19 persen dan prospek pemangkasan suku bunga lanjutan di dalam negeri, pasar Indonesia dinilai memiliki katalis yang cukup kuat.
Sebanyak 54 persen pelaku pasar meyakini The Fed akan memangkas suku bunga acuannya pada September 2025. Menurut Indri, hal ini membuka ruang bagi Bank Indonesia untuk melanjutkan sikap akomodatifnya dalam kebijakan moneter.
“Kombinasi dari meredanya aksi jual investor asing, pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia, dan prospek penurunan tarif impor AS menciptakan momentum beli yang kuat. Kami melihat peluang signifikan pada saham-saham dengan fundamental solid yang secara teknikal menunjukkan sinyal breakout," kata Indri melalui keterangan resminya Senin, 21 Juli 2025.
Menjelang pekan 21 hingga 25 Juli 2025, IPOT mencermati sejumlah sentimen kunci baik dari global maupun domestik. Pidato Ketua The Fed Jerome Powell menjadi agenda utama yang dinanti pelaku pasar untuk mencari petunjuk mengenai arah suku bunga ke depan, menjelang FOMC Meeting berikutnya.
Selain itu, rilis S\&P Global Manufacturing PMI Flash Amerika Serikat untuk Juli diperkirakan melemah dari 52,9 menjadi 52,4, dan dapat menjadi sinyal perlambatan ekonomi yang berdampak ke kebijakan suku bunga global.
Sementara dari domestik, para investor menantikan laporan kinerja emiten untuk kuartal II atau semester I yang dapat menjadi katalis harga saham masing-masing perusahaan.
Dalam merespons dinamika pasar yang dipengaruhi oleh laporan keuangan emiten dan arah suku bunga, Indo Premier Indri merekomendasikan sejumlah saham dan instrumen reksa dana yang dianggap memiliki potensi penguatan signifikan.
Salah satunya adalah saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dari sektor logam dan pertambangan, yang saat ini diperdagangkan pada harga 2.420 dengan target harga 2.700 atau berpotensi naik 11,57 persen.
Saham ini telah berhasil menembus garis resistance di level 2.300 dan ditutup dengan pola candlestick marubozu, didukung indikator teknikal yang positif.
IPOT juga merekomendasikan saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dari sektor teknologi dan media, yang berada di harga 580 dengan proyeksi kenaikan hingga 620 atau sekitar 6,90 persen.
Saham ini menunjukkan volume perdagangan yang meningkat di akhir pekan lalu dan tercatat dikoleksi asing secara konsisten selama sepekan.
Saham PT Indosat Tbk (ISAT) dari sektor telekomunikasi juga masuk dalam radar rekomendasi, saat ini berada di harga 2.350 dengan target harga 2.560 atau potensi kenaikan sebesar 8,94 persen.
Saham ini berhasil keluar dari fase konsolidasi jangka panjang dan mengalami lonjakan volume dalam dua hari terakhir.
Selain saham individual, IPOT juga merekomendasikan reksa dana saham berbasis ETF yakni Premier ETF SMInfra18 dengan kode XISI. Reksa dana ini fokus pada sektor infrastruktur yang berpotensi terdongkrak berkat penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia, karena dapat menurunkan beban bunga atas pinjaman dan memperluas margin perusahaan sektor terkait.(*)
 
      