KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat pada pembukaan perdagangan awal pekan depan, Senin, 27 Juli 2024. Penguatan tersebut terjadi lantaran IHSG menguji resistance 7300 di perdagangan Jumat, 26 Juli 2024 kemarin.
Berdasarkan analisa Phintraco Sekuritas, secara teknikal IHSG membatalkan potensi bearish reversal pada perdagangan Jum’at kemarin. Kendati begitu, penguatan lanjutan diprediksi akan terjadi pada awal pekan depan.
“Secara teknikal, tehnical rebound tersebut membatalkan potensi bearish reversal. Penguatan lanjutkan ke kisaran 7300-7330 di awal pekan depan justru akan memperkuat indikasi bullish continuation,” tulis analisa Phintraco Sekuritas, Jum’at, 27 Juli 2024.
Phintraco Sekuritas, dalam analisanya menyebut pasar domestik masih mengantisipasi Foreign Direct Investment (FDI) dan juga kinerja keungan kuartal II 2024 masing-masing emiten yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI).
Di sisi lain, rilis pertumbuhan ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS) di kuartal II tahun 2024 juga turut dinanti pasar domestik. Hal itu juga didasari oleh kondisi Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang ada Juni 2024 berada di level 120.
“Didasari pada kondisi indeks keyakinan konsumen yang masih konsisten di kisaran 120 sampai dengan Juni 2024 dan perbaikan kinerja ekspor di Mei dan Juni 2024, pertumbuhan ekonomi diyakini masih dapat dipertahankan di atas 5 persen pada 2Q24,” jelas analisa Phintraco Sekuritas.
Adapun berikut saham yang dapat diperhatikan di awal pekan depan menurut Phintraco Sekuritas:
- PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (BEI: ADMR)
- PT AKR Corporindo Tbk (BEI: AKRA)
- PT Vale Indonesia Tbk (BEI: INCO)
- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BEI: BRIS)
- PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (BEI: SIDO)
- PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)
Perdagangan Ditutup Variatif Pekan Ini
Berdasarkan data dari BEI, perdagangan di periode 22 sampai 26 Juli 2024 ditutup bervariasi. Peningkatan tertinggi terjadi pada rata-rata volume transaksi harian sepekan sebesar 9,00 persen menjadi 17,972 miliar lembar saham dari 16,488 miliar lembar saham pada penutupan pekan sebelumnya.
Kapitalisasi pasar Bursa turut mengalami peningkatan, yaitu sebesar 0,04 persen menjadi Rp12.362 triliun dari Rp12.358 triliun pada pekan sebelumnya. Perubahan terjadi pada pergerakan IHSG sebesar 0,09 persen pada posisi 7.288,167 dari 7.294,495 pada penutupan pekan lalu.
Rata-rata nilai transaksi harian Bursa selama sepekan mengalami perubahan sebesar 11,41 persen menjadi Rp8,506 triliun dari Rp9,601 triliun pada pekan sebelumnya. Transaksi frekuensi harian Bursa selama sepekan mengalami perubahan sebesar 0,92 persen menjadi 993 ribu kali dari pekan lalu sebanyak 1 juta kali transaksi.
Sementara pergerakan investor asing pada Jum’at kemarin, mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp366,69 miliar dan sepanjang tahun 2024 investor asing mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp2,46 triliun.
Di samping itu, Indeks saham di Asia pada penutupan perdagangan Jumat kemarin juga mayoritas ditutup menguat. Meski begitu, tercatat penurunan pada saham Nikkei 225 yang turun 0.53 persen.
Berdasarkan analisa Phillip Sekuritas Indonesia, penurunan saham Nikkei 225 memperpanjang tren sejak delapan hari lalu. Di samping itu, saham TAIEX juga ditutup lemah 3.3 persen yang kembali buka setelah tutup kemarin akibat badai topan.
Indeks MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang menyusut 0.06 persen setelah jatuh 1.88 persen sehari sebelumnya seiring dengan mulai stabilnya harga saham di sektor teknologi setelah turun tajam dalam beberapa hari terakhir.
Di sisi lain, analisa Philip Sekuritas menyebut data ekonomi AS semalam memberikan sedikit rasa optimisme dengan pertumbuhan ekonomi di 2Q24 lebih tinggi dari ekspektasi dan inflasi yang mulai mereda.
Pertumbuhan ekonomi mengalami akselerasi, meningkat 2.8 persen secara kuartal di 2Q24, atau dua kali lipat dari laju pertumbuhan di 1Q24 kendati tidak terlalu cepat untuk memicu lonjakan inflasi.
Core PCE Prices, tulis Philip Sekuritas, digunakan oleh Federal Reserve untuk mengukur inflasi, naik 2.9 persen secara kuartal, turun tajam dari 3.7 peren di kuartal sebelumnya. “Kondisi seperti ini selain membantu melawan kekhawatiran bahwa ekspansi ekonomi AS berisiko terhenti secara tiba-tiba juga memberi dukungan pada ekspektasi bahwa bank sentral AS (Federal Reserve) akan mulai memangkas suku bunga acuan di bulan September,” tulis analisa Philip Sekuritas Indonesia, Jum’at.
Sementara di Asia, investor diyakini tengah mencerna rilis data tingkat inflasi (CPI) Tokyo yang melambat menjadi 2.2 persen secara tahunan di bulan Juli dari 2.3 persen di bulan Juni.
Inflasi Inti (Core CPI) di Tokyo dan wilayah sekitarnya juga dinilai memperpanjang akselerasi selama tiga bulan beruntun dengan catatan naik 2.2 persen secara tahunan di bulan Juli, tercepat sejak bulan Maret dan menyusul kenaikan 2.1 persen di bulan Juni.
“Sehingga memperkuat alasan bagi bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) untuk melanjutkan proses normalisasi kebijakan moneter,” tulis analisa Philip Sekuritas. (And/*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.