KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup melemah hingga 148 poin atau turun -2,12 persen ke level 6.875 pada perdagangan Kamis, 6 Februari 2025.
Merujuk data perdagangan RTI Bussines, pergerakan IHSG terpantau bervariasi dengan level tertinggi 7.044 dan level terendah di angka 6.830. Adapun sebanyak 176 saham menguat, 428 saham melemah, dan 196 saham mengalami stagnan.
Dari segi volume perdagangan, tercatat Rp20.273 miliar saham dengan transaksi Rp13.750 triliun dengan frekuensi perdagangan mencapai 1,435,400.
Mengutip data perdagangan Stockbit, saham BUVA (33.80 persen) terlihat berada di posisi teratas top gainer. Di posisi kedua ada AIMS (24.60 persen) diikuti SAFE (24.50 persen), OBAT (24.47 persen), dan SONA (21.02 persen).
Sementara dari top loser, saham NZIA (-15.00 persen) bertengger di posisi pertama, kedua ada LMPI (-10.62 persen), dibuntuti DGWG (-10.42 persen), IPAC (-9.70 persen), BBSS (-9.58 persen) yang masing-masing berada di peringkat tiga, empat, dan lima.
Indeks LQ45 juga berada di zona merah dengan performa -2.97 persen. Adapun saham yang mengalami koreksi paling dalam di indeks ini adalah BMRI dengan -7.69 persen.
Dari sisi sektoral, hanya satu sektor yang terpantau mengalami penguatan yaitu health dengan performa 1,13 persen.
IHSG pada hari ini dibuka melemah sebesar 10,23 poin atau turun 0,15 persen ke level 7.014,00.
IHSG bergerak dalam rentang 7.029 hingga 7.014, mencatatkan level tertinggi di 7.029 dan terendah di 7.014. Volume perdagangan mencapai 2,64 juta lot dengan nilai transaksi sebesar Rp337,48 miliar dan frekuensi perdagangan sebanyak 22.720 kali.
IHSG Masih Rawan Koreksi
Sebelumnya diberitakan, IHSG memang diprediksi melanjutkan tren koreksinya dan menguji kisaran 6.974-7.007 pada hari ini.
Dalam analisis MNC Sekuritas yang disampaikan pagi ini, Kamis, 6 Februari 2025, disampaikan jika indeks mampu bertahan di atas area support 6.931, ada peluang bagi IHSG untuk rebound dan mengarah ke target terdekat di kisaran 7.129-7.176.
Namun, jika tekanan jual semakin dalam dan IHSG menembus 6.931, maka skenario bearish akan semakin kuat dengan potensi koreksi lanjutan menuju level 6.742-6.853.
Ruang Gerak IHSG makin Sempit
VP Head of Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menyampaikan proyeksinya terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk esok hari, Kamis, 6 Februari 2025. Ia menyebut bahwa pasar modal dalam negeri akan bergerak beragam (mixed).
Audi mengidentifikasi tiga sentimen utama yang akan membatasi dan menekan IHSG ke depan. Sentimen pertama adalah fluktuasi nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
“Pelemahan rupiah yang terjadi kemarin karena adanya penguatan indeks dolar pada beberapa hari terakhir,” tutur Audi.
Namun demikian, Kiwoom Sekuritas, kata Audi, sudah melihat adanya normalisasi dari nilai tukar rupiah terhadap mata uang Paman Sam tersebut. Hal ini dinilai menjadi sentimen positif bagi pergerakan indeks saham domestik.
Sentimen berikutnya adalah penantian rilis kinerja keuangan 2024 para perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) oleh pelaku pasar.
“Di satu sisi kita melihat bahwa asing menekan cukup besar di pasar kita secara year to date,” jelas analis Kiwoom Sekuritas tersebut.
Lebih lanjut, Audi menyatakan bahwa para investor juga terus mengamati pergerakan positif harga emas akibat ketidakpastian ekonomi global. Pelaku pasar tengah memerhatikan aset investasi berisiko rendah.
“Kenaikan harga emas ini juga menjadi bukti atau evidence bahwa pasar ini sedang mengarah pada aset yang low risk, aset yang safe-haven,” ungkap dia.
Selain itu, empat bank berkapitalisasi besar (big caps) menjadi salah satu faktor yang membebani IHSG pekan ini. Selain faktor internal ini, analis dari Kiwoom Sekuritas juga menyebutkan faktor eksternal yang secara tidak langsung memengaruhi pasar modal.
“IHSG masih melanjutkan ketidakpastian baik dari sisi internal maupun eksternal. Pekan ini cukup fluktuatif dan dalam tren pelemahan,” ungkap VP Head of Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas.
Menurut Audi, kinerja empat big banks, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) tidak sesuai ekspektasi pasar.
“Pada akhirnya empat bank besar tersebut menjadi pemberat IHSG beberapa hari terakhir. Termasuk hari ini tekanan juga berlanjut dari beberapa bank besar,” ujar Audi.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.