KABARBURSA.COM - Pada penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari Jumat, 6 September 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan performa positif dengan berada di zona hijau. IHSG ditutup naik 40,80 poin atau setara dengan 0,53 persen, mencapai level 7.721,84.
Rupiah juga mengalami penguatan pada penutupan perdagangan pasar spot.
Nilai tukar rupiah ditutup pada level Rp15.377,50 per dolar AS, menguat sebesar 23,50 poin atau 0,15 persen dibandingkan dengan posisi sebelumnya yang berada di level Rp15.401 per dolar AS.
Berdasarkan kurs tengah Jisdor, nilai tukar rupiah pada hari ini tercatat di level Rp15.372 per dolar AS, menguat dibandingkan dengan kurs pada Kamis, 5 September 2024, yang berada di level Rp15.410 per dolar AS.
Menurut data dari RTI, pada penutupan perdagangan hari ini, sebanyak 311 saham mencatatkan kenaikan harga, sementara 281 saham mengalami penurunan.
Ada pula 201 saham yang tidak mengalami perubahan. Total transaksi sore ini mencapai Rp9,67 triliun dengan volume perdagangan sebanyak 24,26 miliar saham.
Beberapa saham yang menjadi top losers dan memberi tekanan pada IHSG di antaranya adalah Hartadinata Abadi (HRTA) yang turun 3,06 persen menjadi Rp380, PP (PTPP) yang mengalami penurunan sebesar 2,52 persen ke level Rp464, dan Adaro Energy Indonesia yang turun 2,25 persen ke level Rp3.470.
Di sisi lain, saham-saham yang menjadi top gainers dan mendongkrak IHSG antara lain Erajaya Swasembada (ERAA) yang naik 5,24 persen menjadi Rp442, Krakatau Steel (KRAS) yang naik 4,17 persen ke level Rp125, serta Astra Agro Lestari (AALI) yang tumbuh 3,92 persen ke level Rp6.625.
Dalam perdagangan bursa Asia, sebagian besar indeks mengalami penurunan. Shanghai Komposit naik 0,81 persen atau 4,18 poin ke posisi 3.454, sementara Nikkei Jepang melemah 0,72 persen atau 265,60 poin ke posisi 36.391,50. Indeks Strait Times Singapura turun 0,12 persen atau 4,18 poin ke level 3.454,46, sedangkan Hang Seng Hong Kong tetap stabil di level 17.444,0.
JP Morgan Prediksi IHSG Akhir 2024 Cetak Rekor Tertinggi
Pada awal September 2024, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menunjukkan tren kenaikan. JP Morgan Indonesia memperkirakan bahwa kenaikan IHSG ini akan berlanjut hingga akhir tahun 2024.
Untuk memanfaatkan potensi keuntungan, investor disarankan untuk mempertimbangkan investasi di beberapa sektor tertentu.
Pada perdagangan Kamis, 5 September 2024, IHSG ditutup pada level 7.681,04, naik sebesar 8,15 poin atau 0,11 persen dari hari sebelumnya. Pada hari perdagangan tersebut, IHSG bahkan sempat mencapai rekor tertinggi di angka 7.714.
JP Morgan memperkirakan bahwa IHSG akan mencapai level 7.800 pada akhir 2024, yang berarti masih ada potensi kenaikan sekitar 1,54 persen dari posisi 7.681,04 pada 5 September.
Proyeksi ini didasarkan pada tiga faktor pendorong utama. Pertama, pemangkasan suku bunga oleh The Fed dan Bank Indonesia (BI) yang diperkirakan akan terjadi antara September hingga Desember 2024. Kedua, target ambisius pemerintah Indonesia untuk mencapai Indonesia Emas pada 2045. Ketiga, pemulihan pertumbuhan kinerja emiten yang didorong oleh penguatan nilai tukar rupiah.
Head of Research & Strategy JP Morgan Indonesia Henry Wibowo menyebutkan tiga sektor unggulan yang diprediksi akan menjadi fokus investasi untuk sisa tahun ini, yaitu perbankan, konsumer, dan properti.
Dia menjelaskan bahwa sektor perbankan, yang menyumbang sekitar 60 persen dari komposisi IHSG, akan menjadi primadona bagi para fund manager seperti ETF seiring dengan pemangkasan suku bunga.
Pemangkasan suku bunga diperkirakan akan meningkatkan likuiditas di sektor riil dan mendorong perusahaan untuk memanfaatkan fasilitas perbankan.
Sektor konsumer juga menjadi pilihan utama karena adanya potensi GDP Indonesia yang dapat melampaui USD5.000 per kapita. Angka ini dianggap sebagai titik penting yang dapat mendorong perkembangan dan menciptakan gelombang konsumsi baru.
Terakhir, sektor properti menjadi perhatian banyak pihak karena harga rumah di wilayah Jabodetabek menunjukkan kecenderungan stagnan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Meskipun ada beberapa lonjakan harga, kenaikannya tidak signifikan jika dibandingkan dengan tren jangka panjang.
Henry juga menambahkan bahwa langkah pemangkasan suku bunga diperkirakan akan memberikan dampak positif bagi sektor properti. Penurunan suku bunga secara umum akan berkontribusi pada membuat Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) menjadi lebih terjangkau bagi masyarakat.
Hal ini diharapkan dapat merangsang minat pembeli potensial dan mempercepat pertumbuhan sektor properti yang sempat mengalami stagnasi. Dengan KPR yang lebih mudah diakses, diharapkan akan ada peningkatan aktivitas pasar properti dan merangsang pertumbuhan ekonomi di sektor tersebut. (*)