KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada perdagangan hari ini, Rabu, 15 Januari 2025 ditutup menguat 122,99 poin atau 1,77 persen di level 7.079,56 pada pukul 16.00 WIB.
Sementara pergerakan dalam rentang intraday antara 6.956,66 dengan level terendah dan 7.084,56 sebagai level tertinggi.
Pada sesi perdagangan ini, transaksi IHSG mencapai Rp10,77 triliun dengan frekuensi perdagangan sebanyak 1,38 juta kali. Volume perdagangan tercatat 190,74 juta lot.
Sementara di pasar reguler, IHSG mencatat transaksi sebesar 182 juta lot dengan nilai mencapai Rp10 triliun.
Sejumlah saham mencatatkan kenaikan luar biasa dan masuk dalam daftar top gainers hari ini.
Saham sektor media PT Era Media Sejahtera Tbk (DOOH) memimpin, mencatatkan lonjakan harga tertinggi sebesar 35 persen, dari harga sebelumnya Rp60 menjadi Rp81.
Di posisi kedua, ada saham di sektor percetakan PT Inter-Delta Tbk atau dalam kode saham INTD mencatatkan kenaikan sebesar 27,27 persen, dari Rp198 menjadi Rp252.
Selanjutnya saham emiten logistik, PT Krida Jaringan Nusantara Tbk atau dalam kode saham KJEN menguat sebesar 27,03 persen, dari Rp148 menjadi Rp188.
Dari sektor infrastruktur, ada saham PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk atau dalam kode saham CMNP mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 24,89 persen, dari Rp2.370 menjadi Rp2.960,
Peringkat kelima diduduki oleh saham komoditas gula PT Aman Agrindo Tbk atau dalam kode saham GULA dari sektor agribisnis naik sebesar 24,85 persen, dari Rp330 menjadi Rp412.
Lonjakan harga saham pada lima emiten ini memberikan kontribusi positif terhadap penguatan IHSG, sekaligus mencerminkan kepercayaan investor yang terus meningkat di awal tahun 2025.
Selain itu, pada penutupan perdagangan hari ini, sejumlah saham mengalami koreksi signifikan, dengan beberapa di antaranya mencatatkan penurunan terbesar di pasar.
Peringkat pertama saham Sarana Mitra Luas Tbk atau dalam kode saham SMIL menjadi top loser hari ini, anjlok sebesar 29,81 persen ke level Rp113.
Posisi berikutnya ada Raja Roti Cemerlang Tbk atau dalam kode saham BRRC turun signifikan sebesar 25,00 persen ke harga Rp168.
Posisi ketiga ada saham Geoprima Solusi Tbk atau dalam kode saham GPSO mengalami penurunan tajam, melemah 24,87 persen ke level Rp432.
Ada juga saham Mandala Multifinance Tbk atau dalam kode saham MFIN anjlok sebesar 22,95 persen ke Rp2.820.
Pringkat kelima diduduki saham Pakuan Tbk atau dalam kode saham UANG, yang melemah 13,60 persen ke harga Rp540.
Koreksi tajam pada saham-saham tersebut menunjukkan volatilitas yang tinggi di pasar saat ini, seiring dengan aksi jual yang mendominasi perdagangan hari ini.
Saham Perbankan Anjlok: Begini Analisisnya!
Saham-saham sektor perbankan akhir-akhir ini mengalami pelemahan, turut menyeret IHSG ke zona merah. Pelemahan ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor domestik dan global yang memperburuk sentimen investor.Diketahui IHSG dibuka menguat tipis sebesar 47 poin atau naik 0,68 persen ke level 7,003 pada perdagangan Rabu, 15 Januari 2025.
Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menjelaskan bahwa tekanan terhadap saham perbankan terutama disebabkan oleh kondisi ekonomi makro yang menantang.
“Walaupun fundamental perbankan domestik masih cukup solid, tekanan suku bunga tinggi yang dipertahankan oleh Bank Indonesia telah menyebabkan tingginya biaya pinjaman. Meski demikian, potensi pertumbuhan kredit tetap optimis, terutama di tahun 2024, seiring dengan peningkatan konsumsi domestik menjelang momentum Natal dan Tahun Baru (Nataru),” kata Nafan kepada Kabarbursa.com dikutip Rabu, 15 Januari 2025.
Nafan juga mencatat bahwa pelemahan ini lebih dipengaruhi oleh sentimen pasar daripada kinerja fundamental perbankan itu sendiri. “Investor masih khawatir terhadap dinamika global, termasuk kebijakan pro-growth dalam Trumponomics 2.0 yang mendorong aliran modal ke Amerika Serikat. Hal ini mengakibatkan terjadinya capital outflow dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia,” ucap dia.
Selain itu, kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (US Treasury yield) yang menipiskan spread dengan Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia juga menambah tekanan pada pasar keuangan domestik.
“Ketika spread antara yield obligasi AS dan SBN kita semakin kecil, maka investor asing cenderung menarik dananya dari pasar domestik. Ini yang menyebabkan tekanan tambahan terhadap saham-saham perbankan, terutama bank-bank besar seperti BRI, Bank Mandiri, dan BNI,” kata dia.
Kendati demikian, Nafan optimis terhadap prospek jangka panjang sektor perbankan. “Emiten perbankan besar masih menunjukkan komitmen pada pembagian dividen yang menarik, yang menjadi nilai tambah bagi investor jangka panjang,” katanya.
Fundamental ekonomi domestik juga dinilai masih solid, sehingga perbankan tetap memiliki peluang pertumbuhan yang baik.
Nafan menekankan pentingnya fokus pada fundamental dalam menghadapi kondisi pasar yang fluktuatif. “Pelemahan IHSG saat ini lebih bersifat sementara. Jika emiten terus memperkuat kinerja fundamentalnya, termasuk menjaga margin dan komitmen terhadap tata kelola perusahaan yang baik, maka sektor perbankan tetap menjadi sektor menarik bagi investor,” ujar dia.
Para pelaku pasar kini menunggu perkembangan lebih lanjut dari kebijakan moneter domestik dan global, yang akan menjadi penentu arah pasar modal ke depan. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.