Logo
>

IHSG Ditutup Menguat ke Level 7.515, CDIA Catat Transaksi Tertinggi

IHSG ditutup menguat 0,68 persen ke 7.515, namun analis memprediksi indeks bisa terkoreksi ke 6.900 di akhir 2025 akibat tekanan makroekonomi global.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
IHSG Ditutup Menguat ke Level 7.515, CDIA Catat Transaksi Tertinggi
Indeks harga saham gabungan IHSG ditutup menguat. Foto: doc KabarBursa.com

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat sebesar 0,68 persen ke level 7.515 pada perdagangan Selasa, 5 Agustus 2025. 

Merujuk data perdagangan RTI Business, IHSG sepanjang sesi bergerak konsisten di zona hijau hingga berada di level 7.546. Namun, IHSG sempat melemah di angka 7.463.

Meski menguat, 330 saham terpantau melemah hari ini, lebih banyak dibanding yang menguat yakni 274 saham. Sedangkan 200 saham terpantau stagnan. 

Adapun volume perdagangan pada penutupan hari ini tercatat 28,347 miliar lembar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp18,478 triliun.

Merujuk data Stockbit, saham PT Sanurhasta Mitra Tbk. (MINA) bertengger di posisi puncak daftar top volume dengan 18,47 juta saham yang berpindah tangan. 

Di posisi kedua, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mencatat volume 13,27 juta saham. Selanjutnya, PT Sentul City Tbk (BKSL) membukukan 9,76 juta saham, PT Multipolar Tbk (MLPL) 8,77 juta saham, serta PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) 8,05 juta saham.

CDIA juga memimpin nilai transaksi dengan total Rp1,52 triliun. Sementara untuk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berada di posisi kedua dengan nilai transaksi Rp1,31 triliun. Diikuti PT Barito Pacific Tbk (BRPT) Rp715,86 miliar, diikuti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Rp691,82 miliar, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp581,38 miliar.

Pada penutupan kali ini sektor cyclical menjadi pemimpin penguatan dengan lonjakan 3,72 persen. Selain itu, sektor keuangan (finance) menguat 1,32 persen. Sektor Properti juga mencatat kenaikan signifikan sebesar 1,11 persen, diikuti teknologi (+0,95 persen), kesehatan (+0,58 persen), transportasi (+0,29 persen), non-cyclical (+0,24 persen), serta energi (+0,09 persen).

Namun, tidak semua sektor bergerak positif. Industri dasar (basic industry) terpantau koreksi sebesar 1,11 persen, diikuti sektor industri terkoreksi 0,25 persen, serta sektor infrastruktur yang melemah 0,13 persen.

IHSG Diprediksi Turun ke 6.900 pada Akhir 2025

PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal menyentuh level 6.900 di akhir tahun 2025. Prakiraan ini tidak lepas dari kondisi makroekonomi pada semester II. 

Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto menilai, kondisi makroekonomi dan pasar modal pada semester II 2025 masih akan menantang.

Faktor utamanya adalah kebijakan tarif perdagangan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang mulai berlaku pada semester II 2025.  

Faktor utamanya adalah kebijakan tarif perdagangan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang mulai berlaku pada semester II 2025.  

Rully menjelaskan, saat ini data dan peristiwa yang terjadi cukup beragam. Sebab, kata dia, di tengah derasnya sentimen negatif tarif dagang AS ternyata ada beberapa katalis positif. 

"Beberapa sentimen positif itu adalah direvisi positifnya pertumbuhan ekonomi global, pelemahan dolar AS yang membuat rupiah menguat, dan ruang pemangkasan suku bunga acuan yang melebar,” ujar Rully dalam keterangannya, Senin, 4 Agustus 2025.

Rully memprediksi Bank Indonesia masih memiliki ruang pemangkasan suku bunga atau BI rate sekali lagi sebesar 0,25 persen. Dengan begitu, dia memprakirakan sektor emas dan perbankan masih akan diuntungkan karena pemangkasan yang sudah dilakukan akan berdampak pada penurunan suku bunga perbankan.  

Dengan sentimen tersebut, Rully memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan ditutup pada 6.900 di akhir 2025.

Selain itu, instrumen obligasi juga diprediksi akan diuntungkan dari pemangkasan suku bunga tersebut karena dapat menekan imbal hasil (yield) yang mendorong kenaikan harga instrumen surat utang.  

Adapun prediksi pertumbuhan ekonomi dunia baru direvisi naik oleh Lembaga Moneter Internasional (IMF) menjadi 3,1 persen pada 2025 dan 2026, dari prediksi masing-masing sebelumnya pada level 2,8 persen dan 3 persen.

Hal itu disebabkan penundaan berlakunya tarif perdagangan luar negeri AS sehingga negara-negara di dunia mendorong aktivitas ekspor-impornya di awal (front loading). Indonesia, lanjut Rully, adalah salah satu negara dengan surplus perdagangan yang cukup tinggi yaitu USD4,3 miliar pada Mei dan USD4,1 miliar pada Juni 2025.  

Namun, dia memprediksi berlakunya tarif oleh Presiden AS Donald Trump akan membuat aktivitas perdagangan dunia akan terpengaruh signifikan, tidak terkecuali Indonesia.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.