Logo
>

IHSG Ditutup Semringah, Lompat 27 Poin ke Level 7,107

Ditulis oleh Hutama Prayoga
IHSG Ditutup Semringah, Lompat 27 Poin ke Level 7,107

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat sebesar 27 poin atau naik 0,39 persen ke level 7,107 pada perdagangan di Jakarta, Kamis, 16 Januari 2025.

    Merujuk data perdagangan RTI Business, pada hari ini IHSG bergerak di kisaran 7,071 hingga 7,190. Adapun volume perdagangan terpantau Rp16,667 miliar saham dengan transaksi mencapai Rp13,220 triliun, sementara itu frekuensi perdagangan mencapai 1,618,034 kali.

    Adapun sebanyak 289 saham terpantau menguat, 302 saham melemah, dan 209 saham mengalami stagnan.

    Sementara itu mengutip Stockbit, saham GULA menduduki posisi teratas top gainer. Diikuti SURE, WIFI, DOOG, dan CBDK.  Sedangkan saham yang berada di lima besar top loser adalah BRRC, SAPX, JSPT, INTD, dan KJEN.

    Indeks LQ45 turut mengalami penguatan dengan performa 0,09 persen. Adapun saham penopang penguatan indeks ini ialah UNVR 2,88 persen, BMRI 2,17 persen, dan BBNI 2,04 persen.

    Dari sisi sektoral, sebanyak enam sektor terpantau menguat di antaranya energi, finansial, industrial, infrastruktur, properti, dan transportasi.

    Sementara sektor-sektor yang mengalami koreksi ialah basic ind, cyclical, health, non cyclical, dan teknologi.

    IHSG Disebut Bisa Sentuh Level 8,000 di Akhir 2025

    PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa mencapai level 8,000 pada tahun 2025. Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto, menyatakan masih optimistis pasar modal Indonesia akan bergerak positif di tahun ini.

    Prediksi bahwa IHSG bisa menyentuh angka 8.000 di tahun ini juga masih diyakini Rully dapat terealisasi di tengah potensi perang dagang di era pemerintahan Donald Trump jilid 2 di Amerika Serikat (AS).

    “Meskipun sekarang pelaku pasar masih menunggu berita positif dari global dan dalam negeri, kami masih optimis terhadap pasar saham Indonesia karena dua faktor dari dalam negeri, yaitu inflasi yang stabil dan daya beli yang terjaga,” ujar dia dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Rabu, 15 Januari 2025.

    Rully menyebut Indonesia terus menunjukkan penurunan inflasi karena didukung oleh stabilitas harga bahan makanan. Dia memperkirakan harga bahan makanan akan tetap stabil di tahun depan, selama tidak ada gangguan cuaca ekstrem yang dapat memengaruhi produksi pangan.

    Selain itu, dia menyampaikan dengan stabilnya harga bahan makanan, serta pembatasan pemberlakuan efektif PPN 12 persen oleh pemerintah, khusus untuk barang dan jasa mewah akan menjadi faktor positif dalam menjaga daya beli dan konsumsi masyarakat Indonesia.

    Untuk makroekonomi, Rully dan tim riset Mirae Asset memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 akan mencapai 5 persen dengan posisi suku bunga acuan 5,5 persen pada akhir tahun.

    Menurut dia, dengan kondisi pasar yang masih berfluktuasi tajam dan antisipasi terhadap efek dari kebijakan Trump, Bank Indonesia kemungkinan baru akan menurunkan suku bunga pada semester II 2024.

    Dengan mempertimbangkan berbagai faktor makroekonomi tersebut, pasar modal Indonesia tetap memiliki prospek yang positif pada 2025. Kondisi global yang penuh tantangan diharapkan dapat dihadapi dengan kebijakan yang tepat dan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan.

    Mandiri Sekuritas: IHSG dalam The Waiting Game

    Kondisi pasar modal global maupun domestik dinilai masih tidak pasti. Direktur Utama Mandiri Sekuritas Oki Ramadhana, mengatakan kondisi pasar saham akan mengalami The Waiting Game atau menunggu kondisi lebih pasti.

    Dia menargetkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir 2025 mencapai level 8.150. Oki menyebut, IHSG menghadapi tekanan strategi bottom-up dan pada keadaan tersebut sangat penting bagi investor untuk berfokus pada sektoral saat memasuki tahun 2025.

    “Kami mendorong para investor untuk berkonsentrasi pada area di mana perputaran uang akan meningkat, seiring dengan meningkatnya kebutuhan pendanaan menghadapi kondisi likuiditas yang masih ketat, dan volatilitas yang besar mungkin akan terus terjadi sampai adanya kepastian pasar yang lebih baik,” kata Oky dalam keterangan tertulisnya yang diterima Kabarbursa.com pada Minggu, 12 Januari 2025.

    Oki mengatakan, pentingnya selektivitas dalam investasi di tengah situasi volatilitas tinggi. Dia juga memproyeksikan IHSG di akhir tahun mengalami kenaikan di level 8.150 dengan kisaran antara 7.140 hingga 8.590.

    Sektor-sektor seperti konsumsi, pangan, properti, telekomunikasi, transportasi, dan retail akan menjadi fokus utama investor sepanjang tahun ini.

    “Kami melihat tahun 2025 sebagai periode yang menantang tetapi penuh peluang, khususnya bagi investor yang cermat memilih sektor-sektor dengan potensi pertumbuhan tinggi,” ucap dia.

    Menurut Oki, likuiditas yang ketat dan ketidakpastian geopolitik akan membuat investor memainkan strategi The Waiting Game sebelum mengambil langkah besar. Untuk itu, penting sekali mengidentifikasi sektor-sektor yang akan mendapatkan manfaat dari peningkatan kebutuhan pendanaan.

    “Kuartal II 2025 akan menjadi momen penting dengan sektor perbankan, otomotif, dan retail yang kami perkirakan memberikan performa kuat. Di sisi lain, investor perlu tetap waspada terhadap dinamika global, seperti hasil Pemilu Amerika Serikat dan eskalasi konflik geopolitik, yang dapat mempengaruhi arah pasar secara keseluruhan,” tutur dia.

    Selain pasar saham, Oki juga optimis terhadap pasar obligasi Indonesia di 2025. Beberapa katalis positif, seperti prospek penurunan suku bunga acuan BI Rate dan ekspektasi suku bunga The Fed yang terus menurun, akan mendukung kinerja pasar ini.

    “Dengan inflasi domestik yang relatif rendah dan tekanan supply Surat Berharga Negara (SBN) yang terkendali, kami yakin pasar obligasi akan memberikan positive return di tahun 2024 dan 2025. Pemerintah juga memiliki ruang fiskal yang cukup untuk menjaga stabilitas pasar, termasuk melalui Saldo Anggaran Lebih, loan program, dan investment financing. Valuasi pasar obligasi Indonesia saat ini juga cukup menarik jika dibandingkan dengan yield negara berkembang lainnya yang memiliki rating serupa,” kata dia.

    Oki mencatat, salah satu perkembangan menarik di pasar obligasi Indonesia adalah meningkatnya dominasi investor domestik, khususnya dari kalangan ritel.

    “Tahun ini, investor ritel menjadi pembeli terbesar di pasar obligasi pemerintah, dan ini adalah tren yang positif. Korelasi antara imbal hasil US Treasury dan yield obligasi pemerintah Indonesia terus menurun, menunjukkan ketahanan pasar kita yang semakin kuat,” tutupnya.

    Dengan beragam peluang di pasar saham dan obligasi, perbankan mendorong investor untuk mengambil pendekatan yang bijak dan memanfaatkan momentum pertumbuhan di sektor-sektor unggulan. Kendati risiko global tetap ada, fokus pada fundamental dan sektor dengan potensi tinggi menjadi kunci sukses investasi di tahun 2025.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.