KABARBURSA.COM - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir pekan ini diperkirakan akan lebih hati-hati dengan potensi koreksi terbatas setelah mencatat kenaikan signifikan pada perdagangan Kamis, 16 Oktober 2025.
Meskipun penguatan kemarin menunjukkan optimisme pasar yang cukup solid, sejumlah indikator teknikal menandakan adanya risiko pembalikan arah dalam jangka pendek.
Pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup menguat 0,91 persen ke level 8.124, dengan 412 saham naik, 250 saham turun, dan 141 saham stagnan. Kenaikan ini menunjukkan adanya sentimen positif di pasar domestik, meskipun nilai transaksi menurun cukup signifikan menjadi Rp19,49 triliun, dibandingkan Rp29,96 triliun pada hari sebelumnya.
Total volume transaksi juga turun menjadi 27,19 miliar saham dari 36,16 miliar saham, mengindikasikan bahwa momentum beli mulai melemah dan pelaku pasar lebih selektif dalam mengambil posisi.
Menurut analis teknikal PT MNC Sekuritas Herditya Wicaksana, posisi IHSG saat ini berada pada awal Wave (2) dari Wave [3] dalam label hitam. Artinya, indeks berpotensi mengalami fase konsolidasi atau koreksi sebelum melanjutkan tren kenaikan berikutnya.
Secara teknikal, IHSG memang masih berada di atas garis moving average 20 hari (MA20), sinyal yang mencerminkan tren jangka menengah masih positif, namun volatilitas jangka pendek tetap harus diwaspadai.
Herditya menilai IHSG masih rawan melanjutkan koreksi untuk menguji area support penting di 7.720–7.937, yang berfungsi sekaligus sebagai area penutupan gap harga. Namun, jika tekanan jual terbatas, IHSG masih berpeluang menguat kembali untuk menguji rentang resistance 8.154–8.200.
Dengan demikian, arah pergerakan indeks pada akhir pekan akan sangat bergantung pada reaksi pasar terhadap area support ini: jika bertahan, peluang rebound tetap terbuka; namun jika tembus, potensi koreksi bisa lebih dalam menuju area bawah 7.900.
Dari sisi teknikal harian, level support IHSG berada di 8.051 dan 7.913, sedangkan resistance berada di 8.169 dan 8.250. Level-level ini menjadi acuan penting bagi investor jangka pendek untuk menentukan strategi trading harian.
Perhatikan BRIS, BUMI, PANI, dan INKP
MNC Sekuritas dalam riset terbarunya juga memberikan rekomendasi saham yang menarik untuk diperhatikan dengan strategi “Buy on Weakness”, yaitu membeli ketika harga melemah mendekati area support teknikal. Beberapa saham yang direkomendasikan antara lain:
- BRIS (PT Bank Syariah Indonesia Tbk), yang memiliki prospek pertumbuhan jangka panjang dari ekspansi pembiayaan syariah dan digitalisasi layanan perbankan. Koreksi jangka pendek bisa dimanfaatkan untuk akumulasi karena valuasinya relatif masih menarik.
- BUMI (PT Bumi Resources Tbk), yang berpotensi diuntungkan dari pergerakan harga batu bara global meskipun volatilitas tinggi. Saham ini cocok untuk strategi jangka pendek berbasis momentum.
- PANI (PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk), yang memiliki potensi pertumbuhan dari proyek properti skala besar dan ekspansi kawasan baru. Secara teknikal, saham ini menunjukkan sinyal konsolidasi sehat dengan potensi rebound.
Selain tiga saham tersebut, INKP (PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk) juga direkomendasikan dengan rating “Speculative Buy”, karena memiliki potensi teknikal untuk rebound dari level bawah meski risikonya relatif lebih tinggi.
Saham INKP biasanya sensitif terhadap pergerakan harga pulp global dan sentimen ekspor manufaktur kertas.
Secara keseluruhan, performa IHSG pada akhir pekan ini diperkirakan akan bergerak cenderung mixed dengan potensi koreksi teknikal, setelah penguatan signifikan sebelumnya. Namun, prospek jangka menengah tetap positif, mengingat tren kenaikan belum sepenuhnya berbalik arah.
Strategi yang disarankan bagi trader adalah memanfaatkan momentum pelemahan harga untuk akumulasi bertahap, terutama pada saham-saham berfundamental baik yang direkomendasikan MNC Sekuritas.
Dengan katalis eksternal seperti ketegangan geopolitik dan fluktuasi pasar global yang masih membayangi, investor disarankan untuk menjaga posisi secara disiplin, menyesuaikan porsi portofolio dengan profil risiko, dan fokus pada saham-saham yang memiliki momentum teknikal positif di tengah fase konsolidasi pasar.(*)