KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini, Rabu, 14 Maret 2025, ditutup menguat sebesar 147,08 poin atau setara 2,15 persen ke level 6.979,88.
Sepanjang sesi, indeks sempat menyentuh level tertinggi di 6.987,78 dan menyentuh level terendah di 6.915,96. Nilai transaksi di seluruh pasar mencapai Rp16,96 triliun dengan volume 289,64 juta lot dari 1,48 juta transaksi. Di pasar reguler, nilai perdagangan tercatat Rp15,73 triliun dengan volume 272,46 juta lot.
Aksi beli investor domestik menjadi pendorong utama reli IHSG hari ini, meski investor asing masih mencatatkan net sell sebesar Rp499 miliar di pasar reguler. Tercatat, investor asing membukukan pembelian senilai Rp2,59 triliun dan penjualan sebesar Rp3,09 triliun.
Kenaikan tajam IHSG turut didukung oleh penguatan mayoritas sektor, terutama sektor energi yang melesat 3,14 persen, sektor keuangan yang naik 2,48 persen, dan sektor infrastruktur yang tumbuh 2,17 persen. Sektor transportasi juga menguat 2,27 persen, disusul sektor industri sebesar 1,15 persen. Di sisi lain, sektor teknologi terkoreksi 1,04 persen dan sektor kesehatan turun 0,32 persen.
Ada setidaknya 418 saham mengalami kenaikan, 218 saham anjlok dan 166 saham stagnan.
Dari jajaran top gainers, saham PT Bumi Benowo Sukses Sejahtera Tbk yang bergerak di sektor properti dan real estat dengan kode emiten BBSS menjadi bintang hari ini setelah melonjak 35 persen ke harga Rp270. Penguatan ini terjadi di tengah meningkatnya minat investor terhadap saham-saham properti lapis kedua.
Selanjutnya, saham PT Hotel Fitra International Tbk dari sektor consumer cyclicals dengan kode emiten FITT turut melejit 34,62 persen ke harga Rp210. Lonjakan ini terjadi setelah volume transaksi saham FITT meningkat tajam, ditopang sentimen positif sektor pariwisata dan perhotelan menjelang libur panjang.
Kenaikan signifikan juga dicatatkan oleh PT Platinum Wahab Nusantara Tbk dari sektor consumer cyclicals dengan kode saham TGUK yang melesat 34,62 persen ke level Rp105. Saham TGUK menguat konsisten sejak beberapa hari terakhir seiring dengan rumor ekspansi gerai baru di wilayah Jabodetabek.
Saham PT Mineral Sumberdaya Mandiri Tbk dari sektor energi dengan kode emiten AKSI mencatatkan kenaikan sebesar 34,39 persen ke harga Rp254. Lonjakan ini terjadi seiring meningkatnya harga komoditas tambang dan sentimen positif terhadap kinerja operasional perseroan.
Melengkapi lima besar saham penguat hari ini, PT Alfa Energi Investama Tbk yang juga berasal dari sektor energi dengan kode saham FIRE naik 19,18 persen ke level Rp87. Penguatan saham FIRE didorong oleh rencana restrukturisasi portofolio proyek dan potensi kolaborasi dengan mitra strategis baru.
Sementara itu, tekanan jual membayangi sejumlah saham, menjadikan PT First Media Tbk dari sektor infrastruktur dengan kode emiten KBLV sebagai top loser hari ini setelah melemah 14,71 persen ke harga Rp87. Pelemahan ini terjadi di tengah isu penurunan pelanggan layanan tetap dan belum adanya aksi korporasi besar.
Saham PT Cipta Sarana Medika Tbk dari sektor kesehatan dengan kode emiten DKHH juga terkoreksi 14,47 persen ke Rp130. Emiten ini baru saja IPO awal bulan ini, dan koreksi tajam hari ini terjadi setelah masa euforia pasca pencatatan saham mulai mereda.
Dari sektor non-cyclical, saham PT Sekar Bumi Tbk dengan kode emiten SKBM turun 12,44 persen ke harga Rp352. Tekanan pada saham ini seiring dengan laporan penurunan margin laba bersih pada kuartal sebelumnya.
Saham PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk dari sektor keuangan dengan kode AMAG juga terkoreksi signifikan 12,21 persen ke Rp374. Sentimen negatif muncul dari laporan hasil audit yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan premi bruto di kuartal I/2025.
Menutup daftar lima besar saham terlemah hari ini, PT Trans Power Marine Tbk dari sektor transportasi dan logistik dengan kode emiten TPMA mencatat penurunan 11,35 persen ke harga Rp625. Koreksi tajam ini terjadi karena saham TPMA hari bebarengan ex date pembelian untuk dividen tunai, yang umumnya memicu aksi ambil untung dari investor.
Saham-saham berbasis energi dan infrastruktur menjadi penopang utama karena prospek pertumbuhan dan proyek pemerintah yang terus bergulir.
Dengan tekanan jual asing yang masih berlanjut namun diimbangi oleh minat beli domestik, investor disarankan tetap selektif, fokus pada saham sektor riil dengan fundamental kuat dan prospek pertumbuhan berkelanjutan menjelang musim pembagian dividen.
Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas atau IPOT, Indri Liftiany Travelin Yunus memprediksi pergerakan IHSG pekan ini.
“Dalam jangka pendek, IHSG diprediksi bergerak variatif cenderung melemah dengan rentang support di 6.710 dan resistance di 7.030,” kata dia dalam keterangan tertulis pada Rabu, 14 Mei 2025.
Memasuki pekan ini yang hanya terdiri dari tiga hari perdagangan, yaitu 14 hingga 16 Mei 2025, pelaku pasar disarankan untuk mencermati beberapa data penting.
Dari global, perhatian tertuju pada inflasi Amerika Serikat bulan April yang diprediksi tetap di 2,4 persen secara tahunan. Indeks Harga Konsumen (CPI) diperkirakan naik menjadi 321,4 dari sebelumnya 319,7, sementara Indeks Harga Produsen (PPI) diproyeksi tumbuh 0,2 persen.
Ia mempaparkan data penjualan ritel Amerika Serikat juga menjadi perhatian karena diprediksi melemah menjadi 0,1 persen dari 1,5 persen, yang mencerminkan potensi penurunan daya beli. Di sisi lain, indeks sentimen konsumen Amerika diperkirakan meningkat tipis menjadi 53 dari 52,2.
Dari dalam negeri, fokus utama akan tertuju pada rilis neraca perdagangan Indonesia bulan April yang diperkirakan masih surplus, meskipun lebih kecil dari bulan sebelumnya yakni sebesar USD3,5 miliar.
IHSG Kuat berkat AS-China, tapi Ada Alasan Bisa Koreksi Lagi
Pasar saham Indonesia berpeluang mencatatkan penguatan jangka pendek usai tercapainya kesepakatan dagang sementara antara Amerika Serikat dan China. Namun, penguatan ini dinilai belum kokoh secara struktural.
Menurut Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, kesepakatan yang dicapai belum menyentuh akar permasalahan dan hanya bersifat taktis.
“Resistance kuat berada di kisaran 6.970 hingga 7.000, level psikologis yang menjadi ujian besar IHSG dalam waktu dekat. Jika berhasil ditembus, terbuka peluang menuju 7.100–7.150 hingga akhir Mei,” jelasnya dalam riset harian dikutip Rabu, 14 Mei 2025.
Untuk jangka menengah, yakni dalam rentang satu hingga tiga bulan ke depan, peluang lanjutan penguatan tetap terbuka jika The Fed merealisasikan pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada FOMC Meeting Juni atau Juli. Ditambah lagi, rilis kinerja kuartal II emiten yang solid dapat menopang laju indeks menuju 7.200–7.250, bahkan mungkin menyentuh 7.300.
Meskipun demikian, Kiwoom tetap mengambil pendekatan konservatif, mengingat pengalaman serupa saat jeda dagang pada 2018–2019 yang tidak menghasilkan perbaikan konkret. Sikap skeptis juga ditunjukkan oleh lembaga internasional lain.
Macquarie menyebut kesepakatan ini sebagai “langkah taktis bersama”, bukan perdamaian jangka panjang. Bahkan, sebagian besar tarif masih tetap berlaku, termasuk tarif fentanyl dari AS dan balasan dari China.
Sementara itu, analis dari Citi menyoroti bahwa kompromi dagang ini belum tentu mendapat dukungan penuh dari basis politik Donald Trump. Ketidakpastian terhadap niat strategis AS terhadap China, serta ketidakpercayaan mitra dagang terhadap komitmen jangka panjang AS, menjadi faktor pembatas laju sentimen global. (*