Logo
>

IHSG Hari ini Terkoreksi 1,87 Persen, Tekanan Jual Meluas

Adapun IHSG tergelincir tajam di sesi I perdagangan. Tekanan jual meluas di hampir seluruh sektor.

Ditulis oleh Desty Luthfiani
IHSG Hari ini Terkoreksi 1,87 Persen, Tekanan Jual Meluas
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada penutupan perdagangan hari ini Senin, 27 Oktober 2025. (Foto: KabarBursa/Desty Luthfiani)

KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada penutupan perdagangan hari ini Senin, 27 Oktober 2025, ditutup turun 154,57 poin atau 1,87 persen ke level 8.117,15 dari pembukaan 8.332,95. 

Sepanjang sesi, IHSG sempat menguat ke posisi tertinggi di 8.354,67 sebelum terkoreksi hingga menyentuh level terendah di 7.959,17 akibat tekanan jual meluas di hampir seluruh sektor.

Adapun IHSG tergelincir tajam di sesi I perdagangan. Tekanan jual meluas di hampir seluruh sektor. 

Indeks acuan Bursa Efek Indonesia (BEI) ini ambruk 244 poin atau 2,94 persen ke posisi 8.028. Ini menjadi salah satu koreksi intraday terdalam dalam dua bulan terakhir. 

Sentimen pasar tampak tertekan oleh aksi ambil untung besar-besaran, terutama di saham-saham berkapitalisasi besar yang sebelumnya menjadi penopang indeks.

Sementara itu, total volume transaksi dalam sehari tercatat mencapai 381,25 juta lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp28,41 triliun dari 2,85 juta kali transaksi. Investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) senilai Rp332,06 miliar di seluruh pasar, menandakan masih adanya minat beli meski indeks terkoreksi.

Dari sisi sektoral, hampir seluruh sektor saham ditutup di zona merah. Sektor energi mengalami tekanan paling dalam dengan penurunan sebesar 3,71 persen, diikuti sektor properti yang merosot 3,48 persen, serta sektor industri yang turun 3,46 persen. 

Sementara itu, hanya sektor kesehatan yang mampu bertahan di zona hijau dengan kenaikan 1,05 persen.

Beberapa saham yang mencatatkan kenaikan tertinggi (top gainers) antara lain, Raja Roti Cemerlang Tbk (BRRC) yang melonjak 34,82 persen ke harga Rp151 per saham, Repower Asia Indonesia Tbk (REAL) naik 34,78 persen ke Rp93, Puri Sentul Permai Tbk (KDTN) menguat 28,57 persen ke Rp144, Multi Indocitra Tbk (MICE) meningkat 25 persen ke Rp650, dan Sunson Textile Manufacture Tbk (SSTM) turut naik 25 persen ke Rp560 per saham.

Sementara itu, saham-saham dengan pelemahan terdalam (top losers) antara lain Impack Pratama Industri Tbk (IMPC) yang anjlok 15 persen ke Rp2.380, Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN) turun 15 persen ke Rp14.025, Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk (RISE) melemah 14,88 persen ke Rp10.725, Citra Putra Realty Tbk (CLAY) terkoreksi 14,84 persen ke Rp3.100, dan Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) turun 14,73 persen ke Rp220 per saham.

Tekanan jual pada saham-saham berkapitalisasi besar di sektor energi dan properti menjadi penekan utama indeks. 

Namun, analis menilai koreksi ini bersifat sementara karena masih didukung oleh aliran dana asing positif dan ekspektasi rilis laporan keuangan kuartal III yang solid pada sejumlah emiten unggulan.

Analis Sempat Nilai IHSG akan Naik

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), David Kurniawan mengatakan IHSG berpotensi melanjutkan tren penguatan menuju level psikologis 8.400 pada pekan ini, seiring masuknya arus modal asing, stabilnya indikator makroekonomi domestik, serta dimulainya musim laporan keuangan emiten yang menjadi katalis utama pergerakan pasar.

Ia memaparkan data BEI, IHSG pekan lalu ditutup menguat di level 8.271, naik sekitar 4,5 persen dibandingkan pekan sebelumnya. 

Sepanjang periode tersebut, investor asing mencatatkan capital inflow senilai Rp4,3 triliun di pasar reguler. Bahkan pada 24 Oktober 2025, IHSG sempat menembus level tertinggi 8.348 sebelum terkoreksi ringan menjelang penutupan perdagangan.

David Kurniawan, menilai bahwa momentum musim laporan keuangan menjadi faktor penentu arah pasar dalam jangka pendek. “Earning season kali ini akan menjadi penentu arah pasar berikutnya,” ujar David melalui pernyataan resmi yang diterima KabarBursa.com pada Senin, 27 Oktober 2025. 

“Sektor perbankan, infrastruktur, dan komoditas masih berpotensi menjadi motor penggerak utama. Jika sentimen global tetap kondusif, IHSG berpeluang menguji level 8.400 dalam jangka pendek dengan support di 8.150," sambung dia.

David menjelaskan penguatan IHSG pekan lalu tidak lepas dari kombinasi faktor global dan domestik yang saling menopang. Dari sisi global, pelaku pasar merespons data pertumbuhan ekonomi China yang menunjukkan ekonomi Negeri Tirai Bambu tumbuh 4,8 persen year-on-year pada kuartal III 2025, lebih rendah dibandingkan 5,2 persen pada kuartal sebelumnya. 

Angka tersebut menjadi laju pertumbuhan paling lambat sejak kuartal III 2024, memicu ekspektasi adanya stimulus lanjutan dari pemerintah China untuk menjaga momentum ekonomi.

Selain itu, perhatian investor global juga tertuju pada dinamika geopolitik antara Amerika Serikat dan China. Presiden AS terpilih Donald Trump dijadwalkan bertemu langsung dengan Presiden Xi Jinping pada 30 Oktober 2025 untuk membahas kesepakatan dagang dan peninjauan ulang tarif impor. Pertemuan tersebut dinilai pasar sebagai momen penting yang dapat meredakan ketegangan sekaligus membuka peluang stabilisasi rantai pasok global.

Pasar komoditas turut memberikan pengaruh besar terhadap arah indeks. Harga emas dunia mencatat penurunan terdalam dalam satu dekade terakhir, dengan outflow harian terbesar pada ETF emas selama lima bulan terakhir. 

Sebaliknya, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) terus menguat, mendekati level tertinggi dalam dua pekan terakhir. Penguatan harga minyak dipicu oleh sanksi baru yang dijatuhkan Amerika Serikat terhadap beberapa produsen utama Rusia, sehingga menimbulkan kekhawatiran baru terkait pasokan global.

“Volatilitas komoditas menjadi faktor yang turut memengaruhi pergerakan saham-saham energi dan pertambangan di bursa domestik. Namun secara keseluruhan, pasar tetap dalam kondisi risk-on karena pelaku pasar melihat potensi rebound ekonomi global masih terbuka,” kata David.

Sentimen Domestik: Kebijakan BI dan Konsolidasi Danantara

Dari sisi domestik, Bank Indonesia (BI) melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 21–22 Oktober 2025 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate di level 4,75 persen, dengan suku bunga deposit facility sebesar 3,75 persen dan suku bunga lending facility sebesar 5,5 persen. Keputusan tersebut dinilai sesuai ekspektasi pasar dan menunjukkan keyakinan BI terhadap stabilitas inflasi serta ketahanan nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global.

Selain kebijakan moneter, pasar juga disorot oleh langkah strategis Badan Pengelola Investasi Dana Anagata Nusantara (Danantara) yang berencana melebur seluruh unit asset management milik tiga bank besar BUMN yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), menjadi satu entitas baru bernama Asset Management Nasional. Entitas ini diproyeksikan memiliki total dana kelolaan (AUM) sebesar 8 miliar dolar AS dan ditargetkan mulai beroperasi penuh pada kuartal I 2026.

Menurut David, langkah konsolidasi tersebut akan memperkuat fondasi industri keuangan nasional serta memperluas basis investor institusional di pasar modal domestik. 

“Pembentukan Asset Management Nasional akan menciptakan pemain besar baru di industri pengelolaan aset, yang berpotensi meningkatkan likuiditas pasar dan mendorong pertumbuhan sektor keuangan secara lebih berkelanjutan,” jelasnya. (*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Desty Luthfiani

Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".