KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tajam pada akhir perdagangan hari ini Jumat, 17 Oktober 2025, merosot 209,1 poin atau 2,57 persen ke level 7.915,66.
Penurunan ini menjadi yang terdalam dalam dua bulan terakhir, seiring tekanan kuat dari pelemahan rupiah dan sentimen eksternal global.
Berdasarkan data perdagangan hari ini, IHSG sempat dibuka di level 8.132,75, namun terus bergerak di zona merah sepanjang sesi perdagangan hingga menyentuh titik terendah di 7.854,31. Volume perdagangan tercatat mencapai 36,07 miliar saham dengan nilai transaksi sekitar Rp23,56 triliun.
Tekanan jual merata hampir di seluruh sektor, dengan pelemahan terdalam terjadi pada teknologi yang anjlok 5,25 persen, disusul energi turun 5,02 persen, transportasi minus 4,18 persen, dan infrastruktur melemah 3,41 persen. Hanya sektor kesehatan yang mencatat pelemahan tipis 0,07 persen, sedangkan sektor lain ikut terseret koreksi pasar.
Dari jajaran top gainer, saham PT Berkah Prima Perkasa Tbk (BLUE) melonjak 24,64 persen ke level Rp1.315, diikuti PT Perdana Bangun Pusaka Tbk (KONI) naik 18,75 persen, dan PT Shield On Service Tbk (SOSS) menguat 16,82 persen.
Sementara itu, di sisi top loser, PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) ambruk 15 persen ke Rp124.950, disusul PT Golden Flower Tbk (POLU) dan PT Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN) yang sama-sama turun sekitar 15 persen.
Secara sektoral, investor tampak melakukan aksi ambil untung setelah penguatan IHSG sebelumnya, di tengah ekspektasi bahwa Bank Indonesia akan tetap mempertahankan suku bunga acuan pada level tinggi hingga akhir tahun.
Namun demikian, diberitakan sebelumnya, IHSG dibuka menguat tipis pada perdagangan hari ini Jumat, 17 Oktober 2025, naik 7,68 poin atau setara 0,09 persen ke level 8.132,44.
Sepanjang sesi pembukaan, IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 8.137,14 dan level terendah di 8.128,65. Total volume transaksi mencapai 10,06 juta lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp508,32 miliar dari 61,65 ribu transaksi di seluruh pasar.
Analis pasar modal menilai penguatan tipis IHSG pada awal perdagangan ini menunjukkan sikap wait and see pelaku pasar menjelang rilis data makroekonomi domestik serta perkembangan global yang masih bergejolak. Pergerakan pasar hari ini diperkirakan akan terbatas dengan potensi konsolidasi di rentang 8.100–8.150.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Hari Rachmansyah menegaskan faktor-faktor eksternal ini bisa memicu aksi profit taking dan risiko keluarnya dana asing (foreign outflow) dari pasar saham domestik.
“IHSG diprediksi berpotensi koreksi menguji support di 8.150 dengan resistance terdekat 8.272. Pelaku pasar disarankan bersikap defensif, fokus pada saham berfundamental kuat, dan menerapkan strategi buy on weakness secara selektif,” kata Hari, pada Senin, 13 Oktober 2025.
Sentimen Global dan Domestik Pekan Lalu
Dari sisi eksternal, pasar saham Amerika Serikat mengalami koreksi signifikan sepanjang pekan lalu di tengah berlarutnya shutdown pemerintah yang menunda rilis sejumlah data ekonomi penting.
Indeks S&P 500 melemah sekitar 2,7 persen, Nasdaq turun 3,5 persen, dan Dow Jones terkoreksi 1,9 persen, seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap ancaman tarif baru AS terhadap China.
Meskipun sempat mencatatkan rekor di awal pekan akibat dorongan saham teknologi, tekanan jual kembali meningkat menjelang akhir pekan.
“Memasuki pekan depan, fokus investor akan tertuju pada dimulainya musim laporan keuangan (earnings season) yang diawali oleh Citigroup dan JPMorgan, yang diperkirakan dapat menahan laju koreksi indeks. Namun secara keseluruhan, pasar AS masih berpotensi melanjutkan pelemahan secara mingguan di tengah ketidakpastian kebijakan fiskal dan tensi perdagangan yang meningkat,” ujar Hari.
Sementara dari domestik, pemerintah berencana mengalihkan sisa dana Rp15 triliun yang belum terserap, terutama dari BTN yang baru menyalurkan sekitar 19 persen, ke Bank Pembangunan Daerah (BPD) guna memperkuat likuiditas perbankan di daerah. Kebijakan ini diperkirakan menjadi salah satu katalis positif untuk sektor perbankan nasional.
Selain itu, kebijakan baru yang membuka peluang bagi koperasi dan UMKM untuk mengelola tambang hingga 2.500 hektar dinilai dapat memperluas partisipasi ekonomi masyarakat di sektor sumber daya alam.
Pemerintah juga menyerahkan enam smelter beserta aset sitaan negara kepada PT Timah (TINS) sebagai langkah konkret dalam pemberantasan tambang ilegal, yang dapat memperkuat fundamental emiten komoditas tersebut. (*)