KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan reli penguatannya di akhir sesi I perdagangan Rabu, 17 September 2025. IHSG naik 22,54 poin atau 0,28 persen ke level 7.980,23, tetap bertahan di zona hijau sejak pembukaan di 7.964,42.
Sepanjang perdagangan, indeks bergerak di rentang 7.940 hingga 7.990, dengan nilai transaksi mencapai Rp8,77 triliun dari volume 249,02 juta lot saham.
Sejumlah saham menjadi motor penggerak. Dari sisi penguatan, PTRO melesat 8,11 persen, BRPT naik 5,60 persen, dan DSSA menguat 0,92 persen. Di sisi lain, sejumlah saham unggulan justru menekan indeks, seperti BBCA yang turun 1,26 persen, BMRI melemah 0,45 persen, dan ANTM terkoreksi 1,94 persen.
Komposisi ini menunjukkan bahwa meskipun saham perbankan besar masih terkoreksi, sentimen positif dari sektor energi dan industri mampu menjaga IHSG tetap hijau.
Sektor industri mencatat kinerja paling impresif dengan kenaikan 3,94 persen, mencerminkan kuatnya sentimen terhadap emiten manufaktur dan energi terintegrasi.
Sebaliknya, sektor finansial terkoreksi paling dalam, melemah 0,35 persen, seiring aksi ambil untung pada saham-saham big caps perbankan.
Selain itu, indeks kesehatan naik 1,43 persen dan teknologi menguat 1,93 persen, memperlihatkan adanya rotasi dana ke sektor-sektor defensif dan pertumbuhan.
Di kawasan Asia, bursa regional bergerak variatif dengan kecenderungan positif. Hang Seng di Hong Kong menguat 1,41 persen, Shanghai Composite bertambah 0,41 persen, dan Shenzhen Component melesat 1,02 persen.
Bursa Jepang justru melemah tipis, dengan Nikkei 225 turun 0,04 persen dan Topix minus 0,50 persen. Sementara Kospi Korea Selatan terkoreksi 0,71 persen, sejalan dengan pelemahan di Taiwan dan Australia.
Pergerakan ini menggambarkan pasar Asia masih berhati-hati menjelang keputusan The Fed terkait pemangkasan suku bunga acuan yang diperkirakan turun seperempat poin ke kisaran 4,00–4,25 persen.
Pasar valuta asing Asia juga menunjukkan dinamika yang menarik. Rupiah mencatat penguatan tipis 0,06 persen ke Rp16.430 per dolar AS, sementara yuan Tiongkok naik 0,08 persen dan ringgit Malaysia menguat 0,26 persen. Rupee India bahkan menguat cukup signifikan, 0,32 persen.
Namun, yen Jepang, dolar Australia, dan baht Thailand justru melemah tipis terhadap dolar AS. Kondisi ini menandakan pasar mata uang masih cenderung defensif sambil menanti kepastian arah kebijakan moneter global.
Secara keseluruhan, pergerakan IHSG di sesi siang memperlihatkan ketahanan indeks domestik di tengah volatilitas global. Dukungan dari sektor industri, energi, kesehatan, dan teknologi mampu menutupi tekanan pada sektor finansial.
Dengan tambahan sentimen positif dari penguatan mata uang kawasan, investor tampaknya tetap optimistis menanti hasil rapat The Fed yang akan menjadi penentu arah pasar berikutnya.(*)