KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup di level 6.749 atau menguat 0,39 persen pada perdagangan Selasa, 29 April 2025.
Mengutip RTI Business, pada hari ini indeks bergerak konsisten di rentang 6.724 dan 6.763. Seiring menguatnya IHSG, 383 saham di zona hijau, 230 saham melemah, dan 192 saham stagnan.
Adapun volume perdagangan ditutup mencapai 21.231 miliar lembar saham, sedangkan nilai transaksi tercatat Rp10.058 triliun.
Sementara itu merujuk Stockbit, tiga perbankan besar kembali mendominasi transaksi hari ini. Di antaranya PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Mandiri (BMRI), dan PT Bank Central Asia (BBCA) yang mencatatkan transaksi masing-masing sebesar Rp604,50 miliar, Rp534,38 miliar, dan Rp526,40 miliar.
Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) tampil memimpin dalam hal volume transaksi, mencapai 4,30 miliar lembar saham. Nilai transaksinya pun mencolok, menyentuh angka Rp364,22 miliar.
Emiten dari sektor pertambangan dan energi juga tidak ketinggalan. PT Aneka Tambang (ANTM) menutup perdagangan dengan nilai transaksi Rp349,69 miliar.
Sementara itu, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), mencatat volume perdagangan sebesar 1,23 miliar saham. Saham-saham lain seperti PT Bumi Resources Minerals (BRMS) dan PT Darma Henwa (DEWA) masing-masing mencatatkan volume tinggi sebesar 742,28 juta dan 756,34 juta lembar saham.
Sektor properti turut unjuk gigi melalui saham Puradelta Lestari Tbk (DMAS), yang juga mencatat volume tinggi, yakni 683,74 juta lembar saham.
Adapun, hampir seluruh sektor mencatatkan penguatan, dengan sektor kesehatan menjadi pendorong utama, melonjak hingga 1,65 pesen. Di sisi lain, sektor industri justru mengalami koreksi sebesar -0,95 persen, menjadi satu-satunya sektor yang melemah.
Proyeksi IHSG di Musim Dividen, ini Jadi Primadona di 2025
IHSG diperkirakan bakal mendapat dampak positif dari musim pembagian dividen perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah emiten telah mengumumkan jadwal pembagian dividen yang menarik perhatian pasar.
Menurut pengamat pasar modal dan Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, musim dividen bisa menjadi katalis positif untuk IHSG menuju kuartal II 2025. Namun ia memperingatkan bahwa penguatan ini kemungkinan hanya bersifat sementara.
"Secara historis, pembagian dividen memang kerap menjadi katalis positif, meningkatkan likuiditas dan mendorong technical rebound. Akan tetapi, daya dorong tersebut diprediksi terbatas mengingat tekanan global belum menunjukkan tanda-tanda mereda," ujarnya kepada Kabarbursa.com, Selasa, 29 April 2025.
Hendra mencatat bahwa hingga 25 April 2025 IHSG masih melemah 5,66 persen secara year-to-date (ytd), dan hanya menempati peringkat keempat dari enam indeks utama di ASEAN, serta kesembilan dari 13 indeks Asia Pasifik.
Menurutnya, beberapa faktor yang membayangi kinerja IHSG antara lain perang dagang Amerika Serikat (AS)-China yang belum mereda, perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian pertumbuhan di China. Selain itu, tingkat suku bunga tinggi di AS yang berpotensi memengaruhi pasar saham domestik.
"Serta suku bunga tinggi di Amerika Serikat menjadi faktor eksternal yang terus membayangi kinerja pasar," katanya.
Meskipun IHSG masih dibayangi tantangan eksternal, Hendra melihat musim dividen tahun ini diharapkan bukan sekadar menjadi pelipur lara di tengah tekanan, tetapi juga menjadi momentum pemulihan IHSG yang lebih berkelanjutan.
Menurut Hendra, rotasi sektor akan menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan investor setelah musim dividen berakhir. Beberapa sektor yang diperkirakan akan mencatatkan penguatan antara lain sektor energi, yang sudah mencatat penguatan 1,30 persen pada perdagangan 28 April 2025, sehingga diperkirakan tetap menjadi sektor primadona seiring stabilnya harga minyak dan gas.
"Sektor perbankan besar berpotensi kembali menjadi motor penggerak utama, didukung stabilisasi pasar keuangan domestik. Sementara itu, sektor konsumer primer dan kesehatan, yang cenderung defensif terhadap ketidakpastian global, diprediksi menjadi tujuan utama akumulasi selanjutnya," terangnya.
Tidak ketinggalan, lanjut dia, sektor konstruksi dan infrastruktur mulai mendapat perhatian lebih, seiring ekspektasi stimulus besar dari pemerintahan baru yang ingin mempercepat pembangunan nasional.
Selain musim dividen, perhatian pasar domestik kini juga tertuju pada langkah strategis Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, yang tengah menjajaki peran sebagai penyedia likuiditas di pasar modal.
"Kehadiran Danantara dinilai Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat memperkuat likuiditas dan stabilitas pasar, seiring rencana Danantara untuk mengalokasikan sebagian dana dividen BUMN ke investasi di saham," jelasnya.
Hendra melihat meskipun Danantara tidak diwajibkan berizin formal sebagai liquidity provider, mereka dapat menjadi penopang penting pasar domestik.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.