KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Jumat, 8 Agustus 2025 di zona hijau dengan kenaikan 0,58 persen ke level 7.533. Meski menguat, pergerakan indeks masih dibayangi tekanan jual yang cukup terasa.
Secara teknikal, MNC Sekuritas memperkirakan IHSG masih berada di fase wave (iv) dari wave [c], yang berarti ruang koreksi belum sepenuhnya tertutup. Ada potensi indeks akan kembali menguji area support terdekat di kisaran 7.259–7.415 sebelum menemukan pijakan baru.
Dari sisi saham, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mencatat penguatan ke Rp1.115 disertai peningkatan volume beli.
Skenario teknikal menunjukkan BBTN berada di bagian wave (v) dari wave [c] dalam fase wave 2, membuka peluang pergerakan lanjutan jika harga terkoreksi ke area beli ideal di kisaran Rp1.040–Rp1.095, dengan target menuju Rp1.145 hingga Rp1.180.
PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi salah satu sorotan setelah melonjak 9,66 persen ke Rp7.950, juga dengan volume beli yang signifikan.
Posisi teknikal BREN berada di wave v dari wave (c), memberi sinyal potensi kenaikan lanjutan bila harga bergerak di kisaran Rp7.425–Rp7.800, dengan proyeksi target di Rp8.200 hingga Rp8.525.
Sementara itu, saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) justru terkoreksi 2,20 persen ke Rp4.010 di tengah tekanan jual.
Dari pola pergerakan, INCO diperkirakan masih berada di wave [ii] dari wave 3 pada label hitam, dengan peluang menarik bagi investor untuk mengakumulasi di area Rp3.600–Rp3.880, menargetkan rebound ke kisaran Rp4.270–Rp4.450.
PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) melemah tipis 0,34 persen ke Rp2.940, meski terlihat ada masuknya volume beli. TLKM diperkirakan sedang dalam fase wave (iv) dari wave [c], sehingga pergerakan di area Rp2.830–Rp2.940 dapat menjadi titik kumpul tenaga menuju target Rp3.050 hingga Rp3.150.
Meski sejumlah saham menunjukkan sinyal beli pada level koreksi, kondisi IHSG yang masih rentan membuat pelaku pasar disarankan untuk tetap selektif dan disiplin pada batas pengamanan harga.
Sentimen teknikal memberi ruang bagi peluang, namun risiko fluktuasi jangka pendek tetap perlu diantisipasi, terutama menjelang pengujian area support utama indeks.(*)